Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aturan Siswi Non-Muslim Pakai Jilbab Vs Karyawati Muslim Lepas Jilbab, What's Going On With Our Tolerance?

25 Januari 2021   07:39 Diperbarui: 25 Januari 2021   08:08 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau mau kerja disini silahkan lepas jilbab Anda, tapi kalau tidak mau maka kami tinggal mencari lagi orang lain yang berkenan untuk itu." Saat itu istri saya yang tengah butuh sekali pekerjaan sempat goyah keyakinannya untuk tetap mengenakan jilbab. Hatinya risau dan galau dengan tawaran perusahaan yang menurutnya cukup menarik, khususnya dari sisi gaji. 

Namun saya kemudian mengatakan, "Dibayar 1 miliar pun hal itu tidak akan sepadan." Saya meminta istri saya melupakan tawaran dari perusahaan bersangkutan dan mencari lagi saja peluang kerja di tempat lain.

Sebuah ironi besar sebenarnya melihat kelakuan orang-orang yang seperti memandang rendah keyakinan beragama milik orang lain. Secara langsung mereka memang tidak terlihat memaksa. 

Akan tetapi perlakuan semacam itu menurut saya lebih cenderung mempermainkan keyakinan beragama orang lain dan mengusangkan prinsip-prinsip toleransi serta kesetaraan dalam merekrut calon tenaga kerja. Apalagi "syarat" melepas atau tidak mengenakan jilbab tidak disinggung samasekali dalam pengumuman lowongan pekerjaan. Sebatas membuka lowongan kerja bagi karyawati untuk posisi ini dan itu berikut beberapa persyaratan administratif lain yang masih sangat bisa dimaklumi.

Peraturan Cemen

Kalau memperbandingkan aturan mengenakan jilbab yang dibuat oleh SMKN 2 Padang dengan perusahaan yang mensyaratkan lepasnya jilbab tampak sekali satu perbedaan besar. Sekolah tadi dengan terang-terangan dari awal memberlakukan kebijakan tersebut dan seharusnya publik sudah mengetahui lebih dahulu aturan di sana. 

Jika memang tidak cocok di awal maka bisa memilih sekolah lain. Meskipun dalam konteks sekolah negeri perarutan semacam itu tidaklah tepat. Kecuali memang sekolahnya berbentuk Madrasah atau sekolah Islam maka peraturannya tidak akan memantik polemik seperti yang sekarang ini terjadi.

Sedangkan perusahaan-perusahaan kebanyakan tidak memberikan informasi di awal perihal adanya "syarat khusus" yang menyampaikan hal ini. Sangat jarang sekali tempat kerja yang meminta syarat calon karyawatinya tidak boleh seorang yang berhijab. 

Kalaupun ada yang mengatakan itu mungkin para pencari kerja sudah bisa bersikap lebih dulu di awal. Tidak perlu repot-repot datang untuk mengikuti prosesi rekrutmen kerja dari awal hingga akhir, sementara ujung-ujungnya diminta melepas jilbab sebagai syarat penerimaan. Si pencari kerja seperti dibohongi dalam hal ini. 

Mereka mencari pekerjaan bukan dengan niatan melepas keyakinan mengikuti ajaran agamanya. Tapi beberapa perusahaan dengan semena-mena dan tidak merasa ada yang salah dengan perlakuannya itu. 

Jikalau sedari awal memang tidak menginginkan karyawati berjilbab maka umumkan saja dengan lantang hal itu. Tidak perlulah bersembunyi dibalik layar dan bersikap seperti seorang penyandera yang menguji orang lain dengan imbalan agar seseorang melepaskan keyakinan beragama miliknya. Hanya aturan cemen yang berlaku seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun