Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Asalkan Bukan Vaksin Sinovac?

13 Januari 2021   16:19 Diperbarui: 13 Januari 2021   16:24 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemberian vaksin | Sumber gambar : www.kompas.com

Kalaupun akhirnya harus tetap menggunakan Sinovac ia akan memilih menjadi orang terakhir setelah efek penggunaan vaksin secara luas sudah bisa diketahui. Syukur-syukur kalau mendapatkan vaksin selain punya Sinovac seperti Pfizer, Moderna, atau yang lainnya. 

Intinya jangan vaksin dari Sinovac saja. Apa yang diyakini oleh teman saya itu bisa jadi dimiliki pula oleh sebagian rakyat negeri ini. Mereka akan dengan senang hati divaksinasi asalkan tidak menggunakan vaksin produksi Sinovac. Yang penting bukan Sinovac.

Jatah Vaksin

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memaparkan bahwa pemerintah Indonesia saat ini sudah menjalin kontrak pengadaan vaksin sebanyak 329 juta dosis. 

Dari angka itu Sinovac mendapatkan porsi terbesar yaitu sekitar 125,504 juta dosis, Pfizer dengan 50 juta dosis, AstraZeneca dengan 50 juta dosis,  Novavax dengan 50 juta dosis, dan Covax/Gavi dengan 54 juta dosis. Melihat hal ini maka akan ada sebagian warga negara yang mendapatkan suntikan vaksin dari pabrikan farmasi yang berbeda-beda.

Lantas bagaimana dengan mereka yang "kurang beruntung" mendapatkan vaksin dari Sinovac? Sebenarnya tidaklah fair menilai Sinovac lebih buruk dari jenis vaksin yang lain tanpa melampirkan argumentasi yang saintifik dan berlandaskan data. 

Kita tidak sedang menilai sesuatu dari terkaan apalagi pengumbaran kata-kata yang beredar di media sosial. Kita berurusan dengan ilmu pengetahuan yang harus berdasarkan pembuktian dan fakta. Bukankah ranah data adalah urusan para ilmuwan atau pakar kesehatan? Memang benar. 

Tapi sebagai awam kita cukup menyaksikan apa yang terjadi selanjutnya terhadap para "objek" vaksinasi generasi pertama, dimana salah satunya terdapat nama presiden kita. 

Apabila beliau baik-baik saja maka sepertinya tidak perlu lagi ada perdebatan tentang status Sinovac sebagai vaksin yang hendak dipakai di negeri ini.

Sekarang mari kita mendasarkan pro kontra vaksinasi ini melalui argumentasi berbasi data. Sehingga yang kita sampaikan tidak lagi sekadar perang kata-kata. 

Saya tidak yakin para petinggi negeri ini terutama yang terkait dengan kebijakan vaksinasi begitu kejam terhadap masyarakat dengan membiarkan vaksin gagal masuk ke tubuh mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun