Proses vaksinasi sudah dimulai dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menandainya dengan menjadi orang pertama yang menerima suntikan vaksin CoronaVac dari perusahaan farmasi Sinovac hari ini (13/01).Â
Vaksin virus corona COVID-19 hasil produksi Sinovac beberapa waktu sebelumnya sudah mendapatkan izin pemakaian darurat (EUA) dari BPOM setelah lolos uji klinis dengan tingkat efikasi 65,3 persen.Â
Hasil uji klinis tersebut memang lebih rendah dibandingkan uji klisis serupa di Brasil dan Turki menggunakan jenis vaksin yang sama. Tapi masih masuk batas ketentuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mensyaratkan efikasi vaksin COVID-19 minimal sebesar 50 persen.Â
Jika dibandingkan dengan vaksin jenis lain seperti Pfizer dan Moderna atau AstraZeneca memang dikatakan juga kalau vaksin Sinovac memiliki efikasi lebih kecil. Namun mengacu pada penjelasan tentang efikasi dari BPOM hal itu bisa jadi dipengaruhi juga oleh objek uji klinisnya.
"Vaksinasi merupakan bagian dari ikhitar kita untuk terlepas dari jerat pandemi. Memang akan selalu ada pro kontra, keraguan, serta kekhawatiran yang mengiringi perjalanan vaksinasi ini. Tapi marilah mencoba untuk percaya dan melihat prosesi ini dengan cara pandang yang terbaik. Jangan lupa untuk selalu berserah diri kepada-Nya."
Meskipun Sinovac sudah dinyatakan aman oleh pemerintah melalui rilis halal dari MUI juga izin pakai dari BPOM tetap saja masih ada sebagian kalangan yang meragukannya.Â
Terlebih narasi tentang "Vaksin China" yang terus diserukan oleh beberapa pihak semakin membuat masyarakat khawatir akan kredibilitas vaksin tersebut.Â
Sampai-sampai seorang presiden harus turun tangan langsung dengan menjadi orang pertama yang disuntik vaksin demi agar rakyatnya yakin bahwa semuanya baik-baik saja.
Era digital memang luar biasa dimana pemberitaan model apapun bisa dengan cepat menyebar luas. Apalagi yang dibumbui dengan cerita provoktaif, bombastis, serta dramatis.Â
Vaksin buatan Sinovac kebetulan diproduksi oleh perusahaan farmasi asal China sehingga pemberitaan yang beredar tentangnya lebih mudah untuk dikemas sedemikian rupa sehingga memiliki daya pikat tinggi bagi masyarakat.Â
Sayangnya tidak sedikit dari kemasan berita itu yang justru menjadikan publik antipati dan khawatir. Setiap hari disirami berita yang belum jelas kebenarannya tetap saja akan mempengaruhi paradigma berfikir seseorang terutama apabila hal itu menyangkut aspek keamanan dan kenyamanan pribadi masing-masing.
Menilik fenomena dimana publik masih memendam keraguan terhadap vaksin buatan Sinovac ini salah seorang teman bahkan mengatakan bahwa ia akan sembunyi dari kewajiban vaksinasi selama vaksin yang digunakan masih milik Sinovac.Â