Masih ada beberapa hari lagi bagi Trump untuk membuat suatu kebijakan selaku Presiden AS. Bukan tidak mungkin diantaranya kebijakan yang mungkin akan dikeluarkannya nanti adalah menelurkan larangan atau membuat aturan "aneh" yang bisa menghambat perkembangan perusahaan China di AS. China tentu berharap menciptakan pertumbuhan besar bagi perusahan asal negaranya khususnya untuk mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi. Tapi Trump bisa saja menjadi batu penghalang di detik-detik akhir pemerintahannya. Mungkin saja Trump ingin meninggalkan kesan betapa ia sangat tidak rela kalau negaranya terus "dijajah" oleh perusahaan-perusahaan asal China sehingga menciptakan kesan patriot untuk menggantikan aib serbuan gedung Capitol beberapa waktu lalu itu.
Capitoll Hill Attack Part 2
Meskipun kecil kemungkinannya akan kembali terjadi tapi masih ada satu momen sakral pelantikan Biden sebagai presiden AS pada 20 Januari 2021 nanti. Momen sakral pertama yaitu pengesahan oleh kongres sudah dicoreng beberapa waktu lalu oleh para pendukugn Trump. Bisa jadi situasi serupa akan terulang pada pelantikan Biden beberapa waktu mendatang.
Trump memang mennjanjikan bahwa akhir pemerintahannya akan berlangsung mulus. Tapi hal itu bukan berarti menggaransi pendukungnya akan berfikiran serupa. Apalagi Trump masih kerapkali menggaungkan narasi bahwa dirinya bukanlah sosok yang kalah dalam pilpres Desember lalu. Biarpun twitter dan facebook milik Trump tengah dibekukan dalam waktu lama hal itu bukan berarti menghalangi Trump untuk terus bersuara. Bahkan baru-baru ini Trump menyatakan akan menggunakan platform lain guna menyampaikan aspirasinya ke hadapan publik. Dengan jumlah pengikut yang begitu banyak maka mereka sangat mungkin akan kembali mengikuti Trump dimanapun ia berlabuh dengan platform barunya. Hal ini tentu patut diwaspadai semua pihak di negeri Paman Sam sana.
Deklarasi Platform Medsos Baru
Facebook dan twitter boleh jadi menjadi wajah dunia saat ini sebagai wadah publik dunia menyebarkan opini. Sudah begitu banyak peristiwa yang terjadi pasca digerakkan oleh narasi-narasi yang beredar melalui platform ini. Demikian juga halnya dengan Donald Trump. Sebagai sosok yang aktif di medsos dengan jutaan jumlah pengikut akan sangat mudah baginya untuk menyebar pengaruh. Bahkan keterpilihan Trump sebagai presiden AS dengan mengalahkan Hillary Clinton beberapa tahun lalu ditengarai berkat andil data pengguna facebook yang bocor oleh Cambridge Analytica. Sehingga dengan kekuatan medsos yang ada maka Trump berhasil membuat sesuatu yang besar.
Lantas ketika medsos yang dimiliki Trump pada kedua jenis jejaring sosial itu dibekukan bukankah hal itu akan membuat Trump mati kutu? Sepertinya tidak. Sebagai seorang public figure terkenal sekaligus miliarder di salah satu negeri terkaya dunia, sangatlah mudah bagi Trump untuk membentuk atau mengorkestrasi berdirinya platform sejenis. Bukan tidak mungkin facebook dan twitter akan memiliki saingan baru dengan Trump sebagai salah satu pioner yang memperkenalkan keberadaannya. Jika hal itu sampai terjadi maka wajah dunia sepertinya akan kembali berubah. Dan sekali lagi itu karena Donald Trump.
"Konstelasi politik di negeri Paman Sam memang menarik perhatian dunia. Mungkin ada yang kecewa tapi bisa jadi ada juga yang tertawa. Terlapas dari apapun yang terjadi di AS kita hanya berharap bahwa negara kita tidak akan tertular efek negatif yang bisa sewaktu-waktu terjadi."
Apapun yang terjadi nantinya memang kemungkinan hanya akan terkait langsung dengan situasi di AS. Bisa jadi efeknya sampai ke negara kita atau bisa juga tidak. Tapi apapun itu kita harus tetap menatap dengan waspada perihal apa yang akan terjadi di sisa waktu kepemimpinan Donald Trump ini. Kita pasti berharap agar Trump tidak pernah menekan tombol nuklir yang katanya lebih besar daripada yang dimiliki Korea Utara itu. Semoga.
Salam hangat,
Agil S Habib
Refferensi :