Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Industrial Profiling Writer; Planmaker; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Grow Smarter Everyday

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menerka Aksi "Kenang-kenangan" Trump pada Detik-detik Akhir Pemerintahannya

9 Januari 2021   12:28 Diperbarui: 9 Januari 2021   12:32 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump | Sumber gambar: www.washingtonpost.com

Kongres Amerika Serikat (AS) sudah memutuskan secara resmi bahwa Joe Biden adalah presiden AS selanjutnya. Hasil pemilihan umum AS yang berlangsung Desember 2020 lalu memang sudah menunjukkan bahwa Joe Biden-lah pemenang pemilu dengan menyisihkan pesaingnya sekaligus presiden petahana Donald Trump. Persaingan keduanya termasuk cukup sengit dengan selisih perolehan suara yang tidak jauh-jauh amat. Selain itu pilpres AS beberapa waktu lalu itu juga termasuk bertensi tinggi dengan segala tudingan serta tuduhan yang beredar. Berbagai drama pun turut terjadi disana termasuk upaya pemakzulan terhadap Presiden Trump setelah dinilai melanggar batas atas tudingan intimidasinya terhadap negara lain guna turut menyukseskan proses pemilihan dirinya sebagai presiden. Tapi upaya pemakzulan tersebut gagal dan Trump masih bisa berdiri untuk kembali maju dalam persaingan pilpres dengan Joe Biden.

Kabarnya Trump memang cukup berhasil untuk membuat "Make America Great Again". Tapi pandemi COVID-19 seakan membuka banyak borok dan belang pada diri Trump sehingga popularitasnya terus merot hingga akhirnya takluk oleh sang pesaing, Joe Biden. Terkait dengan COVID-19 Trump memang tergolong arogan bahkan sombong sehingga banyaknya jumlah korban terinfeksi hingga meninggal dunia ditengarai merupakan efek dari sikap arogannya itu. Di sisi lain hal itu justru menguntungkan Biden untuk meraup simpati publik dalam pilpres yang berjalan akhir tahun 2020 itu.

Sayangnya, segenap daya upaya Trump pada akhirnya tidak membuahkan hasil hingga ia harus kalah oleh rivalnya. Tapi Trump adalah Trump. Ia pantang menyerah dan mulai menebarkan narasi ketidakpercayaan atas proses pemilihan hingga tudingan bahwa dirinya dicurangi. Tapi semua argumentasi Trump pada akhirnya tidak ada yang berhasil menggoyahkan posisi Biden sebagai pemenang pilpres.

Bagaimanapun juga Trump memang keras kepala. Sampai-sampai akibat kekeraskepalaannya itu AS yang mendeklarasikan dirinya sebagai negara paling demokratis justru dipermalukan akibat serbuan ke Capitol Hill oleh masa pendukung Trump beberapa waktu lalu. Sidang pengesahan Joe Biden sebagai pemenang pilpres pun sempat tertunda karenanya. Meski pada akhirnya Trump legowo terhadap kemenangan Biden tapi hal itu sudah terlanjur menciptakan kesan yang kurang kondusif menjelang masa akhir jabatannya. Status jabatan presiden yang dimiliki Trump sedianya bertahan sampai 20 Januari 2021 mendatang, tapi seiring kekacauan yang terjadi kemarin dimana ditengarai hal itu akibat "hasutan" Trump maka publik AS pun was-was melihat apa gerangan yang akan terjadi selama hari-hari terakhir Presiden Trump menjabat. Berikut ini merupakan beberapa kemungkinan yang bisa saja terjadi :

Pengaktifan Amandemen ke-25

Serbuan ke gedung Capitol beberapa waktu lalu telah memicu ketidakpercayaan publik atas kepemimpinan Donald Trump di penghujung masa jabatannya. Bahkan beberapa presiden terdahulu AS seperti Barack Obama, Bill Clinnton, hingga George W Bush pun mengecam tindakan provokatif Trump yang diduga menjadi sebab musebab terjadinya serangan masa. Efek dari hal itu para politisi di negeri paman sam tidak sedikit yang memperbincangkan perikal Amandemen ke-25.

Berdasarkan konstitusi AS Amandemen ke-25 memungkinkan posisi jabatan presiden bisa diganti sebelum waktunya dengan alasan meninggal dunia, mengundurkan diri, atau dirasa cacat dalam menjalankan tugas. Dalam kasus ini Trump dinilai banyak kalangan telah gagal mengusung prinsip demokrasi di AS sehingga layak disebut sebagai presiden yang gagal.

Seruan pengaktifan Amandemen ke-25 bisa saja terjadi pada hari-hari terkahir Trump menjabat mengingat beberapa waktu terakhir ini dikabarkan beberapa lobi dan diskusi mulai dilakukan oleh beberapa elit politik negeri tersebut. Wakil Presiden Mike Pence diharapkan oleh sebagian pihak untuk segera mengaktifkan amandemen tersebut dan menolak "alibi" apapun yang disampaikan oleh Trump. Sehingga dengan demikian jabatan Trump bisa diambil alih oleh Mike Pence selaku wakil presiden dan posisi wakil presiden akan dicarikan gantinya oleh kongres. Apabila Trump sampai berhasil dimakzulkan melalui Amandemen ke-25 ini masa sungguh miris nasib Trump harus berakhir dengan cara seperti itu.

Menyakiti China untuk Kali Terakhir

Sudah menjadi bahan pembicaraan publik dunia kalau perang dagng yang terjadi antara AS dengan China salah satu biang keroknya adalah Donald Trump. Kebijakan Trump yang beberapa kali menyudutkan China membuat negeri dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia itu meradang. Mereka melakukan aksi balsan hingga berujung saling balas dari keduanya. Negara-negara lain yang tidak tahu apa-apa pun akhirnya turut terkena getahnya. Termasuk Indonesia.

Perang dagang itu sedikit "terganggu" intensitasnya pasca pandemi COVID-19 merebak. Tapi bukannya hal itu membuat hubungan kedua negara membaik tapi justru sebaliknya. Saling tuding sebagai negara asal virus pun mengemuka menjadi bumbu baru ketegangan dari kedua negara. Yang terakhir kemarin adalah kebijakan Trump untuk memasukkan beberapa perusahaan asal China kedalam daftar hitam. Tak ayal hal itupun membuat berang pemerintah China. Meskipun terlihat sudah tidak akan lagi memimpin AS tapi kenyataannya Trump masih punya waktu untuk menyakiti China lagi.

Masih ada beberapa hari lagi bagi Trump untuk membuat suatu kebijakan selaku Presiden AS. Bukan tidak mungkin diantaranya kebijakan yang mungkin akan dikeluarkannya nanti adalah menelurkan larangan atau membuat aturan "aneh" yang bisa menghambat perkembangan perusahaan China di AS. China tentu berharap menciptakan pertumbuhan besar bagi perusahan asal negaranya khususnya untuk mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi. Tapi Trump bisa saja menjadi batu penghalang di detik-detik akhir pemerintahannya. Mungkin saja Trump ingin meninggalkan kesan betapa ia sangat tidak rela kalau negaranya terus "dijajah" oleh perusahaan-perusahaan asal China sehingga menciptakan kesan patriot untuk menggantikan aib serbuan gedung Capitol beberapa waktu lalu itu.

Capitoll Hill Attack Part 2

Meskipun kecil kemungkinannya akan kembali terjadi tapi masih ada satu momen sakral pelantikan Biden sebagai presiden AS pada 20 Januari 2021 nanti. Momen sakral pertama yaitu pengesahan oleh kongres sudah dicoreng beberapa waktu lalu oleh para pendukugn Trump. Bisa jadi situasi serupa akan terulang pada pelantikan Biden beberapa waktu mendatang.

Trump memang mennjanjikan bahwa akhir pemerintahannya akan berlangsung mulus. Tapi hal itu bukan berarti menggaransi pendukungnya akan berfikiran serupa. Apalagi Trump masih kerapkali menggaungkan narasi bahwa dirinya bukanlah sosok yang kalah dalam pilpres Desember lalu. Biarpun twitter dan facebook milik Trump tengah dibekukan dalam waktu lama hal itu bukan berarti menghalangi Trump untuk terus bersuara. Bahkan baru-baru ini Trump menyatakan akan menggunakan platform lain guna menyampaikan aspirasinya ke hadapan publik. Dengan jumlah pengikut yang begitu banyak maka mereka sangat mungkin akan kembali mengikuti Trump dimanapun ia berlabuh dengan platform barunya. Hal ini tentu patut diwaspadai semua pihak di negeri Paman Sam sana.

Deklarasi Platform Medsos Baru

Facebook dan twitter boleh jadi menjadi wajah dunia saat ini sebagai wadah publik dunia menyebarkan opini. Sudah begitu banyak peristiwa yang terjadi pasca digerakkan oleh narasi-narasi yang beredar melalui platform ini. Demikian juga halnya dengan Donald Trump. Sebagai sosok yang aktif di medsos dengan jutaan jumlah pengikut akan sangat mudah baginya untuk menyebar pengaruh. Bahkan keterpilihan Trump sebagai presiden AS dengan mengalahkan Hillary Clinton beberapa tahun lalu ditengarai berkat andil data pengguna facebook yang bocor oleh Cambridge Analytica. Sehingga dengan kekuatan medsos yang ada maka Trump berhasil membuat sesuatu yang besar.

Lantas ketika medsos yang dimiliki Trump pada kedua jenis jejaring sosial itu dibekukan bukankah hal itu akan membuat Trump mati kutu? Sepertinya tidak. Sebagai seorang public figure terkenal sekaligus miliarder di salah satu negeri terkaya dunia, sangatlah mudah bagi Trump untuk membentuk atau mengorkestrasi berdirinya platform sejenis. Bukan tidak mungkin facebook dan twitter akan memiliki saingan baru dengan Trump sebagai salah satu pioner yang memperkenalkan keberadaannya. Jika hal itu sampai terjadi maka wajah dunia sepertinya akan kembali berubah. Dan sekali lagi itu karena Donald Trump.

"Konstelasi politik di negeri Paman Sam memang menarik perhatian dunia. Mungkin ada yang kecewa tapi bisa jadi ada juga yang tertawa. Terlapas dari apapun yang terjadi di AS kita hanya berharap bahwa negara kita tidak akan tertular efek negatif yang bisa sewaktu-waktu terjadi."

Apapun yang terjadi nantinya memang kemungkinan hanya akan terkait langsung dengan situasi di AS. Bisa jadi efeknya sampai ke negara kita atau bisa juga tidak. Tapi apapun itu kita harus tetap menatap dengan waspada perihal apa yang akan terjadi di sisa waktu kepemimpinan Donald Trump ini. Kita pasti berharap agar Trump tidak pernah menekan tombol nuklir yang katanya lebih besar daripada yang dimiliki Korea Utara itu. Semoga.

Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi :

[1]; [2]; [3]; [4]; [5]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun