Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Shift 3 Pekerjaan, Benarkah Paling Berisiko Kinerja Tidak Produktif?

2 Desember 2020   07:54 Diperbarui: 6 Desember 2020   04:10 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Produktivitas kerja bisa sangat dipengaruhi oleh cara pandang kita terhadap pekerjaan. Apakah kita sebatas menilaianya sebagai tempat mengeruk rupiah atau lebih dari itu yaitu sebagai sarana beribadah. Tindak lanjut keduanya akan sangat berbeda yang mana hal itu akan turut mempengaruhi cara kita dalam menginjakkan langkah selanjutnya."

Baru-baru ini ada seorang rekan yang bercerita perihal situasi kerjanya dimana ia harus turun shift dari jadwal semula yang sudah ditetapkan. Ia yang sebelumnya berada di shift 3 untuk sementara waktu harus mengikuti jadwal kerja shift sebelumnya. 

Sebagai informasi, jam kerja dari shift 1 pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 WIB dan berakhir pada pukul 15.00 WIB. Sementara shift 2 dimulai dari jam 15.00 WIB sampai dengan jam 23.00 WIB. 

Dan untuk shift 3 sendiri berlangsung dari pukul 23.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB. Dengan turun sihiftnya para pekerja dari shift 3 ke shift 2 serta sebagian dari shift 2 yang mesti turun ke shift 1 maka artinya shift 3 mengalami kekosongan. 

Kebijakan tersebut dilakukan oleh atasan rekan tadi dengan pertimbangan adanya kebutuhan perihal rencana inspeksi mendadak (sidak) para petinggi perusahaan tersebut dalam waktu dekat sehingga beberapa aktivitas mesti dituntaskan dengan segera. 

Selain itu, terkait mengapa shift 3 yang diturunkan ke shift sebelumnya adalah karena adanya indikasi atau lebih tepatnya kecurigaan perihak rendahnya produktivitas kerja orang-orang yang berada di shift 3 tersebut. 

Fenomenanya bukan menjurus pada siapa-siapa saja yang tidak produktif dalam bekerja, melainkan mereka yang bekerja di shift 3 paling rentan menunjukkan kinerja kurang memuaskan dibandingkan shift yang lain.

Kecurigaan sang atasan berawal dari tidak tuntasnya beberapa pekerjaan yang sudah ditargetkan sebelumnya. Kemudian ada juga rekaman kamera pengawas (CCTV) yang menyorot beberapa pekerja terlihat tengah bersantai-santai dalam cukup banyak periode jam kerja mereka. 

Bagaimanapun juga, shift 3 dengan jam kerja yang umumnya merupakan waktu untuk beristirahat dan tidur nyenyak memang menyajikan tantangan tersendiri bagi para pekerja yang harus melewati waktu tersebut dengan menjalani pekerjaan seperti di siang hari. 

Kondisi fisik seseorang tentu akan sangat berbeda dikala malam hari dibandingkan saat siang hari. Bahkan beberapa hormon tertentu didalam tubuh mulai aktif bekerja dimalam hari tatkala jam istirahat seseorang. 

Dengan "terbaliknya" waktu istirahat dan bekerja bukaan tidak mungkin hal itu akan mengusik cara kerja hormon dalam menunjang aktivitas tubuh.

Ilustrasi kerja shift 3 | Sumber gambar : popular-world.com
Ilustrasi kerja shift 3 | Sumber gambar : popular-world.com
Aspek fisiologis tubuh memang mendapatkan tantangan tersendiri kala harus menjalani pekerjaan di shift 3. 

Sementara itu ada aspek lainnya yang mungkin lebih berasal dari sisi kedisiplinan seseorang yang menganggap bahwa jam kerja shift 3 lebih memungkinkan mereka terbebas dari pengamatan langsung para atasan yang umumnya bekerja secara non shift. 

Kalaupun ada yang ikut serta dalam jadwal shift maka jumlahnya biasanya jauh lebih sedikit ketimbang saat jam kerja non shift. 

Setiap jengkal pekerjaan yang saat jam kerja non shift lebih mudah diperhatikan akan terasa lebih luas bagi para atasan yang bertugas mengomandoi shiftnya masing-masing. 

Akibatnya tidak sedikit pekerja "bengal" yang berlaku tidak bertanggung jawab pada periode shift ini. Tidur saat jam kerja, bersantai dikala ada pekerjaan yang semestinya dilakukan, atau bisa jadi menunaikan aktivitas dibawah standar yang seharusnya sehingga membuat beberapa pekerjaan molor penuntasannya atau target yang tidak sesuai harapan. 

Oleh karena itu tidak sedikit perusahaan yang memberlakukan kebijakan patroli dimana karyawan yang tidur pada saat jam kerja akan menerima sanksi hukuman tertentu. Beberapa bahkan ada pekerja yang dirumahkan karena tertangkap basah tengah tidur saat jam kerja.

Potensi memburuknya produktivitas pekerja di shift 3 memang tidak bisa dipungkiri sangat mungkin terjadi di beberapa jenis usaha tertentu. 

Apapun latar belakang yang menyebabkan hal itu terjadi sebenarnya kemerosotan produktivitas sebagai salah satu aspek penunjang eksistensi berdirinya sebuah unit bisnis bisa saja diantisipasi. Pemberlakuan sanksi seperti yang sudah diutarakan sebelumnya mungkin cukup efektif meredam hal itu. 

Namun apakah cuma hal itu saja yang bisa dilakukan? Pada dasarnya bekerja itu adalah tentang kesadaran. Kita bekerja, dibayar, dan mendapatkan kompensasi atas pekerjaan yang kita lakukan dengan standar serta kesepakatan tertentu. 

Antara pekerja dengan yang mempekerjakan seharusnya saling memahami satu sama lain bahwa tidak sedikitpun waktu kerja itu yang biasa dibuang-buang begitu saja. 

Sehingga tatkala ada pekerja yang berlaku semaunya sendiri maka seharusnya mereka juga malu akan kredibilitas dirinya sebagai pribadi.

Spiritualitas yang Menyadarkan

Kesadaran pribadi adalah cara lain untuk menjaga agar produktivitas kerja terjaga. Dan kesadaran tertinggi itu berawal dari keyakinan bahwa pekerjaan kita memiliki nilai yang spesial selain daripada media mencari nafkah. Apabila dikatakan bahwa kerja adalah ibadah maka hal itu tidaklah berlebihan. 

Apabila paradigma tersebut sudah benar-benar diyakini kebenarannya maka tidak perlu menunggu keberadaan sang atasan atau khawatir disorot kamera pengawas maka mereka akan bekerja dengan sama baiknya kapanpun ia ditempatkan. 

Dalam istilah ESQ hal ini disebut dengan Angle Principle dimana seseorang meyakini bahwa segala tingkah lakunya senantiasa dicata oleh malaikat yang berada dipundah sebelah kanan dan sebelah kiri tubuhnya. 

Keyakinan itu akan membuat mereka merasa harus berbuat yang terbaik dalam menunaikan pekerjaannya apabila menginginkan hal itu sebagai bagian dari catatan kebaikan mereka. Dan sekali lagi, spiritualitas memiliki peranan yang luar biasa dalam menunjang produktivitas kerja suatu korporasi.

Orang-orang yang bekerja di shift 3 tentunya menyadari tantangan yang bakal mereka hadapi. Ngantuk, ingin menjatuhkan diri ke tempat tidur, bersantai meneguk secangkir kopi hangat, dan sebagainya. 

Sehingga beberapa langkah antisipasi pun bisa dilakukan seperti tidur cukup terlebih dahulu sebelum berangkat kerja, membawa bekal minuman penmabah stamina, menyibukkan diri dengan terus beraktivitas selama jam kerja, dan masih banyak lagi yang lain. 

Ada beragam cara yang bisa ditempuh dimana bisa jadi setiap orang berbeda-beda cara pendekatannya. 

Namun tujuan besanya adalah bagaimana supaya pekerjaan tetap didukung secara profesional dengan mengerahkan kemampuan terbaik dalam menunaikan setiap tugas dan tanggung jawab yang diemban.

Salam hangat,
Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun