Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker & Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Versi Terbaik Seorang Karyawan

27 Oktober 2020   06:32 Diperbarui: 27 Oktober 2020   06:43 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi versi terbaik diri sebagai karyawan | Sumber gambar: www.feedster.com

"Versi terbaik seorang karyawan terletak pada keinginan besarnya untuk terus bertumbuh dan berkembang dengan kemampuan yang lebih baik. Boleh jadi seorang karyawan memiliki batasan fungsi kerjanya, namun ia tidak akan terpaku disana sehingga melupakan keinginan untuk berkembang menguasai keterampilan yang lain."

Sudah merupakan hal yang wajar apabila tingkat kinerja karyawan diukur dengan tujuan mengetahui performanya di tempat kerja. Apakah mereka sudah memenuhi ekspektasi yang dibebankan selama ini atau sebaliknya. 

Harapannya tentu setiap pekerja memiliki tingkat performansi tinggi serta produktivitas kerja yang baik. Sehingga beberapa program penunjang seringkali dijalakan melalui pelatihan, seminar, Focus Group Discussion (FGD), dan lain sebagainya dengan misi untuk terus menggenjot pencapaian kinerja dari seluruh karyawan yang ada. Tidak jarang iming-iming bonus (reward) ataupun punishment diberikan kepada mereka supaya bisa menunjukkan hasil kerja yang sesuai harapan.

Selama ini para pekerja khususnya dinegara kita sering dianggap belum mampu menunjukkan produktivitas yang mumpuni. Untuk kategori ASEAN saja produktivitas pekerja kita masih kalah dibandingkan Singapura, Malayisa, ataupun Thailand. 

Sebuah studi yang dilakukan oleh Center for Indonesian Policy Studies (CPIS) beberapa tahun lalu menunjukkan setidaknya ada tiga hal yang berpengaruh terhadap rendahnya produktivitas pekerja kita yaitu penguasaan bahasa asing, budaya disiplin dan tepat waktu dalam bekerja, dan atensi para pekerja yang masih terserap pada permasalahan upah sehingga mengganggu konsentrasi terhadap pengembangan potensi dan keahlian yang dimiliki karyawan. 

Mungkin masih ada beberapa penyebab lain yang juga turut menyebabkan rendahnya produktivitas yang dimiliki oleh para pekerja kita. Akan tetapi dalam hal ini sebenarnya sudah bisa ditarik kesimpulan bahwa masih banyak dari para pekerja kita yang belum mencapai versi terbaik dari dirinya. 

Sekadar bekerja, sebatas memenuhi kehadiran, secukupnya menjalankan instruksi atasan, atau bahkan beranggapan yang penting tetap bisa gajian. Dorongan untuk membentuk kualitas diri sebagai pekerja yang komplit masih belum sepenuhnya dimiliki oleh setiap orang. Sebuah contoh sederhana, lebih kecil prosentase pekerja yang berhasrat melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi dibandingkan yang tidak.

Terlepas dari adanya keterbatasan kondisi yang ada, motivasi seseorang untuk terus belajar mengembangkan dirinya merupakan ciri yang mencolok untuk menunjukkan kualitas diri seorang pekerja. Mereka yang memiliki antusiasme besar untuk maju dan menjadi versi terbaik dari dirinya sebagai pekerja akan gigih dalam memperjuangkan hasratnya itu. 

Beberapa kali saya menjumpai rekan kerja yang meskipun bergaji kecil tapi tetap antusias mengembangkan dirinya dengan melanjutkan perkuliahan atau sekadar mengikuti kursus keterampilan lain. Namun tidak jarang juga ada rekan kerja bergaji tinggi tapi seperti tidak memiliki hasrat lagi untuk berkembang. Cukup puas dengan apa yang diperolehnya saat ini dan tidak terdorong untuk meraih pencapaian yang lebih besar lagi.

Padahal tidaklah selalu merupakan keserakahan tatkala seseorang ingin mendapatkan sesuatu yang lebih. Sebuah ambisi besar adakalanya baik apabila diarahkan secara tepat. Di sisi lain hal itu juga merepresentasikan semangat yang terus bergelora. Terus menggali potensi yang ada di dalam diri, senantiasa menjadikan dirinya lebih baik dari waktu ke waktu. Prinsip ini pun diilhami oleh pengajaran bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan esok harus lebih baik dari hari ini. Sebuah pernyataan bahwa semua orang diharapkan memiliki antusiasme untuk menjadikan dirinya lebih baik setiap waktu. Termasuk halnya dengan seorang karyawan.

Rakaat Dhuha dan Versi Diri yang Lebih Baik

Ibadah sholat dhuha tidak semata tentang ritual. Nilai-nilai filosofis yang terkandung didalamnya pun juga termasuk ajaran tentang bagaimana hendaknya seseorang terus menggapai target yang lebih tinggi. Ibadah dhuha minimal dilakukan dengan dua rakaat sholat, akan tetapi keutamaan yang didapat akan semakin besar kala jumlah rakaatnya dilipatgandakan juga. 

Dengan kata lain ketika kita mematri target yang lebih tinggi maka kita pun turut akan berkembang bersamanya. Semakin kita menantang diri untuk menggapai sebuah target itu tandanya kita sedang berupaya untuk melihat sisi lain dari diri kita yang lebih hebat lagi. 

Sebuah tantangan amatlah diperlukan untuk menggali kapasitas sejati seseorang. Dia yang berbuat lebih akan mendapatkan lebih untuk dirinya. Sementara yang berlaku biasa-biasa saja juga akan mendapatkan hasil yang setimpal dengan jerih payahnya.

Jika kamu sholat dhuha 2 rakaat maka tidak akan dicatat sebagai orang yang lalai. Jika kamu sholat 4 rakaat maka akan dicatat sebagai muhsinin. Jika kamu sholat 6 rakaat maka akan dicatat sebagai orang yang sering berdiri sholat. Jika kamu sholat 8 rakaat maka dicatat sebagai orang yang sukses/beruntung. Jika kamu sholat 10 rakaat maka dosamu tidak akan dicatat di hari itu. Jika kamu sholat 12 rakaat maka Allah akan bangunkan rumah di surga bagimu.

Effort lebih akan menjanjikan hasil yang lebih. Hanya saja memang kita tidak cukup berbuat seperti cara pada umumnya. Mungkin kita harus berkorban waktu lebih dari yang lain. Bisa jadi kita akan lebih lelah secara fisik dan pikiran ketimbang orang lain. Namun jangan khawatir, semuanya masih akan baik-baik saja. Semua akan menjadi indah pada waktunya.

Versi terbaik seorang karyawan tidak selalu tentang mereka yang mendapatkan promosi jabatan. Namun lebih kepada seseorang yang tidak menahan diri untuk terus berkembang dalam posisi apapun yang ia tempati. 

Terkadang seseorang yang sudah nyaman dengan suatu pekerjaan lantas dialihkan untuk pekerjaan yang lain menjadi meredup semangatnya. Enggan menunjukkan kreativitasnya yang lain karena beranggapan bahwa "habitat" yang ia tempati tidak layak bagi dirinya. Sedangkan mereka yang tetap mampu menjadi versi diri yang terbaik tidak akan mempedulikan hal semacam itu. Di mana pun ia berada akan tetap berkarya secara maksimal tanpa membeda-bedakan ini dan itu.

Memang bukan perkara gampang. Apalagi bagi seseorang yang sensitif dan mudah terbawa perasaan. Hanya saja tatkala prinsip untuk selalu menjadi versi diri yang terbaik terus diterapkan dalam segala situasi dan kondisi maka itu akan menjadikan kita layaknya mutiara. Yang tidak mempedulikan di mana ia diletakkan atau disimpan. Di dalam lautan ataupun di air comberan ia akan tetap berstatus mutiara dengan harganya yang mahal. Ketika waktunya tiba, mutiara akan diletakkan di suatu tempat yang benar-benar layak untuk menatap keistimewaannya.

Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi: [1]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun