Apalagi ketika menyangkut suasana politik. Istilah-istilah yang tidak layak seperti kadrun, kampret, cebong, dan sejenisnya seperti merepresentasikan bahwa ada yang berubah dengan etika bangsa ini. Dan yang disayangkan Sepertinya kita tidak cukup menyadarinya.
Vanuatu menjadi sebuah cermin untuk melihat bahwa kita yang sekarang ini gampang panas, cepat tersulut emosi, dan kurang elegan dalam menanggapi situasi yang tidak sesuai dengan pandangan kita. Ketika ada kritik keras yang terlontar maka biasanya celaan demi celaan akan bermunculan.Â
Saat ada kebijakan yang dinilai kurang tepat sekonyong-konyong muncul selentingan bahwa hal itu adalah bentuk ketidaksukaan terhadap pemerintah. Kita seperti berubah menjadi sebuah bangsa dengan kepribadian yang sensitif dan responsif.Â
Hanya saja responsif yang ada bukanlah responsif yang produktif, justru sebaliknya. Tidak mengherankan apabila begitu banyak "adu laporan" kepada kepolisian apabila salah satu pihak menilai rivalnya tidak berbuat patut sehingga layak diperkarakan secara hukum.Â
Bukan telinga kita saja yang cepat merah padam, tapi otak kita gampang mendidih, dan hati pun menjadi lebih mudah terbawa suasana simpang siur kabar yang sayogyanya butuh kajian lebih mendalam.Â
Bangsa ini lebih cepat merespon sesuatu berdasarkan permukaannya saja, belum pada tataran intinya sehingga sikap yang dikeluarkan pun tidak memiliki bobot yang berkualitas.
Kita sudah cukup lama terjebak dalam situasi dimana saling "serang" antar pribadi menjadi kebiasaan.Â
Ketika sikap ini meluas dan melintasi batas antar negara maka bisa dikatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan diri kita. Sebagai pribadi apalagi sebagai sebuah bangsa yang dikenal dengan adat ketimurannya.Â
Sudah waktunya kita bercermin untuk melihat tentang apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita masing-masing. Apakah perkembangan zaman telah membawa kita menuju perubahan sikap yang tidak semestinya itu?Â
Padahal seharusnya kitalah yang memiliki kendali penuh atas sikap dan etika kita. Justru tantangan perubahan zaman harus mampu dikendalikan oleh budi pekerti yang tertanam pada lubuk sanubari terdalam yang dimiliki bangsa ini. Akankah kita menyadarinya?