Bagaimanapun juga seorang planner tidak "bersentuhan" langsung dengan pekerjaan yang ia rencakan. Ada "penerjemah" yang menjalankan rencana tersebut dan lantas memberikan laporan atas hasil pekerjaannya. Berdasarkan laporan itulah seorang planner kemudian memutuskan tindakan selanjutnya. Apakah akan tetap dengan rencana awal atau mengubahnya.   Â
Seorang planner tidak bisa serta merta mengubah rencana awal apabila tidak mendapatkan feedback atas suatu kondisi. Karena informasi atau data akan senantiasa menjadi rujukan planner dalam melangkah. Meskipun begitu tidak menutup kemungkinan ada unsur naluriah yang juga dibutuhkan pada situasi-situasi khusus. Dan umumnya naluri itu terbentu seiring dengan pengalaman selama menjalankan peran sebagai seorang planner.
Bisa dibilang kalau sebenarnya planner itu tidak menuntaskan masalah dari sebuah pekerjaan yang hendak dituntaskan. Hal itu adalah sebuah tugas kolektif yang mana planner hanyalah sebagian dari pemilik peran didalamnya. Planner hanya bisa berkontribusi dan memberikan masukan pertimbangan dengan berbagai skenario kemungkinan. Karena pada esensinya koordinasi, kerja sama, dan interaksi antar linilah yang paling berperan atas hal itu.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H