Dalam rangka menunjang keberlangsungan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) agar tidak terlalu membebani masyarakat, pemerintah dikabarkan akan memberikan bantuan kuota gratis kepada para guru.Â
Sebelumnya para pelajar sudah terlebih dahulu mendapatkan bantuan kuota beberapa gigabyte untuk menunjang aktivitas belajarnya.Â
Namun baru-baru ini saya menyaksikan sebuah kondisi yang kurang mengenakkan terkait jatah kuota murah untuk para pelajar ini. Salah seorang tetangga tiba-tiba datang ke rumah dan meminta bantuan terkait adanya masalah pada aplikasi kegiatan PJJ anaknya.Â
Sebagai informasi, tetangga tersebut menggunakan kuota internet besar tapi murah yang disediakan oleh provider dengan kampanye mendukung program belajar dari rumah.Â
Tapi waktu itu tetangga saya seperti kebingunan melihat gadget miliknya mengalami masalah. Setelah diperiksa kondisinya ternyata penyebabnya adalah dari jaringan internet yang dibelinya dengan harga murah tersebut.Â
Ketika koneksi internet coba ditautkan ke jaringan wifi yang ada di rumah, koneksi terlihat kembali normal seperti tidak ada gangguan samasekali.Â
Tak ayal kecurigaan pun kami alamatkan pada jaringan internet murah tersebut. Pada umumnya, harga sebanding kualitas. Dengan harga murah umumnya layanan yang diberikan akan mengikuti.
Dengan kondisi seperti itu maka wajar sekali apabila muncul keraguan terhadap program bantuan kuota gratis dari pemerintah kepada para guru dan murid itu. Jangan-jangan nanti jaringan internet akan cenderung sering mengalami masalah.Â
Lagipula belum tentu provider yang ditunjuk pemerintah bisa memberikan jaminan kelancaran akses internet mengingat kondisi lokasi yang bisajadi berbeda-beda satu sama lain.Â
Karena ada kecenderungan provider tertentu cocok digunakan di salah satu daerah tetapi kurang cocok dipakai di daerah yang lain.Â
Seandainya guru dan murid mendapatkan bantuan secara tunai mungkin mereka akan lebih bisa menentukan provider mana yang tepat dan mana yang tidak, serta berapa besar kebutuhan kuota yang diperlukan untuk setiap periodenya.
Tersendatnya jaringan internet bisa jadi bukan sepenuhnya "salah" provider. Hal itu bisa saja disebabkan oleh akses yang membludak serta penggunaan kuota yang tidak semestinya.
Jatah kuota yang semestinya untuk menunjang proses pembelajaran justru dipergunakan untuk hal lain yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan aktivitas belajar mengajar seperti bermain game online, menonton youtube, bermain media sosial (medsos), dan lain sebagainya.
Pada akhirnya jatah kuota yang semestinya cukup untuk kegiatan belajar mengajar menjadi kurang dan habis di tengah jalan.Â
Satu lagi, sesuatu yang diperoleh secara gratis umumnya punya kecenderungan untuk disia-siakan. Seperti jatah kuota internet yang bisa saja dipergunakan untuk sesuatu diluar maksud yang diharapkan oleh pemerintah. Â
Memberikan subsidi tunai dan baru diberikan untuk pulsa internet setidaknya memberikan pemahaman sikap bahwa kuota itu dibeli dengan uang.Â
Bukan pemberian langsung yang bisa dengan senaknya saja dihabiskan. Meskipun hal ini sebenarnya juga tergantung pada setiap individu yang mempergunakan fasilitas dari negara tersebut.Â
Gratis atau tidak, subsidi langsung atau tunai akan sama saja apabila orang-orang yang menerimanya tidak memiliki rasa tanggung jawab dalam memanfaatkan pemberian itu. Sehingga kuncinya ada dikedua belah pihak. Masyarakat selaku penerima program harus bijak dalam mengelola bantuan yang diberikan oleh negara.Â
Sedangkan pemerintah tentu harus memilih strategi terbaik dalam memberikan bantuan kepada masyarakatnya.Â
Apabila sekarang sudah diputuskan akan memberikan bantuan gratis kuota internet secara langsung untuk beberapa bulan kedepan, maka tidak ada salahnya dilakukan evaluasi untuk satu bulan pertama dan jatah kuotanya pun diberikan untuk kebutuhan satu periode tersebut saja.Â
Apabila dinilai baik maka langkah serupa bisa diulang kembali pada periode selanjutnya. Akan tetapi jika ditemukan banyak masalah dan penyimpangan, barangkali pemerintah perlu mencoba alternatif lain salah satunya dengan memberikan bantuan tunai kepada para guru dan murid untuk kemudian sebagian atau seluruhnya dibelikan kuota internet yang cocok dan sesuai kebutuhan.Â
Hal inipun juga mesti dievaluasi lagi dalam periode-periode selanjutnya untuk menemukan formula terbaik dari program kebijakan ini.
Program subsidi kuota internet gratis ini memang baik, tapi belum tentu sempurna dalam implementasi. Termasuk bagi mereka yang sebenarnya membutuhkan lebih dari sekadar kuota internet pun juga harus diberi perhatian.Â
Guru atau murid yang terkendala tidak memiliki gawai yang mendukung kegiatan belajar mengajar jarak jauh pun mesti diberikan bantuan yang sesuai. Percuma juga mendapatkan kuota internet gratis tapi tidak ada alat untuk mengaksesnya, bukan?
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H