Tatanan kehidupan baru, new normal, sudah didepan mata. Segala upaya dikerahkan untuk memastikan hal itu berlangsung dengan baik dalam rangka menyelamatkan kondisi bangsa terhadap ancaman kesehatan sekaligus hantaman ekonomi sebagai imbas pandemi COVID-19.Â
Setelah beberapa waktu lalu pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memberikan reward kepada beberapa daerah yang dinilai berhasil mengatasi pandemi, baru-baru ini Kemendagri kembali mengumumkan diadakannya lomba terkait simulasi new normal melalui pembuatan video.Â
Hadiahnya tidak main-main karena secara total mencapai 168 miliar rupiah. Diperuntukkan kepada 84 daerah yang dinilai mampu menampilkan video kreatif penerapan protokol kesehatan di era new normal.
Tidak lama berselang pasca program ini diumumkan, respon berbagai kalangan pun mengemuka. Kebanyakan mengkritisi langkah yang diambil oleh pemerintah.Â
Ada yang menyebut bahwa gagasan tersebut tidak normal. Sebagian menganggapnya sebagai tindakan menghambur-hamburkan uang padahal masyarakat diterpa banyak kesulitan.Â
Yang lainnya menilai hal itu sebagai cara "malas" pemerintah mengelola dampak pandemi karena seharusnya mereka terjun langsung memantau situasi di lapangan dan bukannya membuat kompetisi pembuatan video.Â
Meskipun mendapatkan kritik bertubi-tubi, tapi sepertinya hal itu tidak akan bisa membatalkan tekad pemerintah untuk tetap melanjutkan kompetisi video itu.Â
Sehingga setiap kritik sepertinya akan menemui kesia-siaan belaka. Untuk saat ini kita mungkin perlu meminta penjelasan lebih lanjut perihal urut-urutan program pemerintah ini dan bagaimana pelaksanaan program ini dijalankan.Â
Tujuannya harus jelas, parameternya mesti terukur, dan  hasil kerjanya harus memberikan impact yang positif. Bukan sekadar even video yang mencari pemenang dari pembuat video terbaik lantas hilang begitu saja.
Harus diakui bahwa segala cara memang harus dikerahkan untuk menangkal efek pandemi ini. Mulai dari cara yang paling saintifik hingga yang paling "nyeleneh" sekalipun boleh-boleh saja dilakukan asalkan mampu memberikan dampak positif terhadap perbaikan situasi dan kondisi. Orientasi hasil, dengan catatan selama hal itu masih dalam batas kewajaran.Â
Hadiah 168 miliar rupiah untuk 84 pemenang, dimana daerah yang berhasil menjadi juara pertama akan mendapatkan hadiah 3 miliar rupiah dan seterusnya. Hadiah dimaksudkan sebagai insentif bagi daerah pemenang.Â
Dan semestinya hal itu untuk rakyat, bukan untuk "bancakan" para pejabat daerah. Dengan demikian secara esensi uang tersebut seharusnya memang kembali kepada rakyat.
Menggugah kreativitas warga negara untuk menanggulangi dampak pandemi adalah hal yang baik untuk dilakukan. Hal ini bisa dibilang sebagai upaya kreatif pemerintah. Namun apakah upaya itu sepadan dengan hasilnya atau justru berakhir dengan kegagalan itulah yang harus dibuktikan.Â
Biarpun terkesan remeh, jikalau niatan program dimaksudkan untuk sesuatu yang besar maka tentu hal itu harus dilakukan dengan sepenuh hati. Pemerintah pusat jangan hanya bisa memperhatikan dari jauh tanpa tahu realitas di lapangan. Kompetisi video bukanlah akhir dari langkah kreatif, demikian juga "produk" karya video yang dihasilkan.Â
Seberapa efektif hasil karya itu mengubah masyarakat adalah poin pentingnya. Jangan sampai uang sebesar itu menguap sia-sia untuk sesuatu hal yang tidak berdaya guna samasekali.Â
Dan dalam hal ini daerah-daerah yang memenangi lomba harus bertanggung jawab penuh atas kemenangannya. Uangnya dipakai untuk rakyat, bukan sebagai kesempatan untuk bersenang-senang apalagi memperkaya diri sendiri.
Ketimbang terus menerus meributkan sesuatu, mari sama-sama menunjukkan langkah konstruktif untuk memperbaiki situasi bangsa ini. Kita boleh berbeda pandangan, berselisih paham, atau kontra kebijakan.Â
Paling tidak berilah kesempatan pada yang memegang mandat untuk menunjukkan bukti nyata keberhasilannya. Dengan data valid dan fakta yang tak terbantahkan.Â
Apabila ternyata mereka gagal, maka harus berlapang dada menerima masukan dari yang lain. Bertanggungjawab dengan ketetapan yang sudah dibuat.. Siap?
Salam hangat,
Agil S HabibÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI