Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyoal Nasib Gedung Sekolah di Kala Pandemi

25 Juni 2020   06:41 Diperbarui: 25 Juni 2020   06:40 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kondisi gedung sekolah | Sumber gambar : www.tribunnews.com / Antara /Asep Faturahman

Sudah beberapa bulan berlalu sejak pandemi COVID-19 menjangkiti Indonesia. Segala aktivitas turut terkena imbasnya. Aktivitas bisnis banyak yang ditutup, demikian juga dengan tempat-tempat ibadah. Meskipun belakangan sedikit demi sedikit aktivitas bisnis mulai menggeliat, rumah-rumah ibadah mulai dipenuhi para jamaah, tapi aktivitas belajar mengajar di sekolah masih belum sepenuhnya mendapatkan izin untuk kembali mengadakan kegiatan pendidikan seperti sediakala. 

Hanya sebagian wilayah terkategori zona hijau yang mendapatkan izin dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk memulai kembali kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Tapi sayangnya jumlahnya hanya berkisar di angka 6 persen saja dari total peserta didik. 

Dengan kata lain 94 persen sisanya untuk sementara masih diharuskan untuk belajar dari rumah. Sehingga nasib gedung-gedung sekolah itu masih akan banyak yang terasing oleh kehadiran sorak sorai gembira para siswa-siswi yang menuntut ilmu. Ruang kelas masih akan banyak yang tidak terurus seiring kegiatan jadwal piket kelas yang biasanya rutin dilakukan kini tidak ada lagi. Kondisi gedung-gedung sekolah akan sangat memprihatinkan apabila petugas kebersihan tidak secara rutin memelihara kondisi lingkungan sekolah tersebut. Apalagi jumlah mereka juga terbatas sedangkan ruang kelas yang mesti diperhatikan juga cukup banyak.

Jika melihat dan memperhatikan kondisi rumah kosong, terabaikan oleh pemiliknya, dan tidak dihuni oleh nyawa manusia maka seringkali kondisinya semakin memburuk dari waktu ke waktu. Kondisi rumah akan cepat rusak. Konon katanya keberadaan manusia dalam menghuni sebuah rumah memberikan hawa kehidupan pada bangunan rumah tersebut. 

Rumah menjadi bertahan lama. Biarpun kondisi struktur bangunannya sudah tidak terlalu baik sekalipun, seiring keberadaan orang untuk tinggal didalamnya maka hal itu membuat rumah bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama. Sebaliknya, rumah akan lebih cepat mengalami kerusakan tatkala dibiarkan kosong tak berpenghuni. 

Terlebih saat dibiarkan tanpa ada perawatan samasekali. Begitupun dengan kondisi gedung-gedung sekolah. Semakin lama tidak ditempati dan dibiarkan terbengkalai tanpa perawatan yang memadai bukan tidak mungkin kualitas gedung-gedung sekolah akan banyak yang menurun. Hal ini tentu merupakan kabar buruk bagi para peserta didik ataupun para pengajar yang berada di sekolah tersebut. Saat kegiatan belajar mengajar kelak kembali seperti semula kondisinya akan sangat berisiko untuk kembali dihuni.

Potret Gedung Sekolah Rusak di Indonesia

Dalam kondisi normal saja kondisi sarana dan prasarana pendidikan tanah air sudah sering dikritik oleh berbagai pihak. Terutama menyangkut kualitas dan kelayakan dari seluruh sarana dan prasarana yang ada. Terkait kondisi ruang kelas saja data Kemendikbud di bulan November 2019 mencatat setidaknya ada 333.645 ruang kelas yang mengalami kerusakan berat dan sedang. Dimana 244.193 diantaranya merupakan gedung milik Sekolah Dasar (SD). 

Artinya sebelum masa pandemi saja pekerjaan rumah kita untuk memperbaiki kualitas gedung sekolah masih cukup banyak. Bukan tidak mungkin situasi pandemi COVID-19 dan terabaikannya gedung-gedung sekolah itu akan menambah jumlah kerusakan yang terjadi pada gedung-gedung sekolah. 

Jumlah kerusakan ruang kelas bisa bertambah lebih banyak lagi. Dan dari data kerusakan ruang kelas yang ada itu bisa jadi sampai sekarang masih belum terurus penyelesaiannya alias masih dalam kondisi tidak layak atau rusak. Entah berapa banyak lagi gedung-gedung sekolah yang butuh perhatian kita bersama saat ia akan kembali dipergunakan selepas meredanya masa pandemi nanti.

Meskipun sejauh ini aktivitas belajar mengajar masih bisa dilakukan dengan jarak jauh, akan tetapi hal itu sepertinya tidak bisa diandalkan dalam jangka waktu lama. Kegiatan belajar mengajar masih terasa lebih mengena tatkala dilakukan melalui tatap muka secara langsung antara guru dan murid. 

Terutama untuk kategori pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah. Bagaimanapun juga pendidikan tidaklah sebatas pada upaya untuk menyampaikan materi demi materi, melainkan juga tentang ajaran tentang karakter, budi pekerti, kekeluargaan, dan beberapa aspek lain yang lebih optimal disampaikan secara langsung ketimbang memanfaatkan teknologi digital. Minimal untuk saat ini, karena bisa jadi suatu hari kelak akan ada teknologi digital yang benar-benar memfasilitasi upaya itu.

Kondusivitas aktivitas belajar mengajar dan atmosfer pembelajaran untuk saat ini masih lebih terasa kala melakukannya di gedung khusus sekolah daripada di rumah masing-masing. Meski mungkin penilaian ini terkesan subjektif karena kebiasaan kita selama ini. Hanya saja memang dunia digital masih belum memberikan solusi optimal terhadap sisi "sensitif" pada diri kita. Untuk aspek intelektual rasanya tidak jauh berbeda antara pendidikan virtual dengan tatap muka secara langsung. 

Masalahnya hanya pada sisi emosi. Sehingga pembelajaran jarak jauh bisa dikatakan hanyalah solusi sementara terkait kondisi pandemi. Saat semua berangsur normal, atau minimal new normal, pendidikan harus dikembalikan lagi ke tempatnya semula. Yaitu ke gedung-gedung sekolah. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk merawat dan memastikan kondisi gedung-gedung sekolah tatap terjaga. Jangan sampai makin bertambah jumlah ruang kelas yang rusak atau gedung yang tidak layak huni. Pertanyaannya sekarang, siapa yang harus mengemban tanggung jawab itu?

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi :

[1]; [2]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun