Terutama untuk kategori pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah. Bagaimanapun juga pendidikan tidaklah sebatas pada upaya untuk menyampaikan materi demi materi, melainkan juga tentang ajaran tentang karakter, budi pekerti, kekeluargaan, dan beberapa aspek lain yang lebih optimal disampaikan secara langsung ketimbang memanfaatkan teknologi digital. Minimal untuk saat ini, karena bisa jadi suatu hari kelak akan ada teknologi digital yang benar-benar memfasilitasi upaya itu.
Kondusivitas aktivitas belajar mengajar dan atmosfer pembelajaran untuk saat ini masih lebih terasa kala melakukannya di gedung khusus sekolah daripada di rumah masing-masing. Meski mungkin penilaian ini terkesan subjektif karena kebiasaan kita selama ini. Hanya saja memang dunia digital masih belum memberikan solusi optimal terhadap sisi "sensitif" pada diri kita. Untuk aspek intelektual rasanya tidak jauh berbeda antara pendidikan virtual dengan tatap muka secara langsung.Â
Masalahnya hanya pada sisi emosi. Sehingga pembelajaran jarak jauh bisa dikatakan hanyalah solusi sementara terkait kondisi pandemi. Saat semua berangsur normal, atau minimal new normal, pendidikan harus dikembalikan lagi ke tempatnya semula. Yaitu ke gedung-gedung sekolah. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk merawat dan memastikan kondisi gedung-gedung sekolah tatap terjaga. Jangan sampai makin bertambah jumlah ruang kelas yang rusak atau gedung yang tidak layak huni. Pertanyaannya sekarang, siapa yang harus mengemban tanggung jawab itu?
Salam hangat,
Agil S HabibÂ
Refferensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H