Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Strategi Militer" Model Apa yang Tengah Dimainkan Istana Sekarang?

18 Mei 2020   15:34 Diperbarui: 18 Mei 2020   15:30 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi dalam sebuah kesempatan meninjau penyaluran bansos | Sumber gambar : tempo.co

Apabila dikroscek ketegasan peraturannya, kemungkinan jawabannya adalah libur masih tetap di akhir tahun. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk maju. Mengambang lagi. 

Demikian halnya dengan kebijakan menaikkan iuran BPSJ Kesehatan saat masa pandemi. Publik dibikin emosi atas egoisme pemerintah yang "membangkang" putusan Mahkamah Agung (MA). Sepertinya hal ini juga merupakan bagian dari strategi militer tersebut.

Sialnya, kita disuruh berdamai dengan COVID-19 disaat virus tersebut tidak mengenal istilah tersebut. Jika sudah berdamai, harusnya kita bisa mudik dengan nyaman. 

Apabila sudah berdamai, semestinya tidak ada kekhawatiran untuk berinteraksi sosial seperti sediakala. Apabila sudah berdamai, seharusnya kita bisa menikmati lebaran seindah yang dulu-dulu. 

Sayangnya, COVID-19 tidak merayakan lebaran. Ia tidak akan memaafkan siapapun yang berinteraksi dengan para pengidapnya untuk turut terinfeksi. Sehingga kita masih harus tetap menjaga jarak dengan si virus. 

Berdamai dengan virus hanyalah sebuah frasa kata-kata yang menunjukkan ketidakmampuan seseorang. Pernyataan itu adalah bagian dari "strategi militer" untuk mengelak dari tanggung jawab.

Jangan-jangan strategi militer "terbaru" yang sedang diterapkan sekarang adalah strategi untuk mengkamuflase ketidakberdayaan dalam menghadapi situasi pandemi. 

Sebenarnya tidak berdaya, tapi menampilkan seolah-olah tetap mampu menghadapi situasi ini dengan baik-baik saja. Terlihat gagah tapi lemah. Terlihat ampuh tapi rapuh. Terlihat sigap tapi gagap. Apakah bangsa ini sudah begitu terlalu hingga diberikan harapan semu?

Salam hangat,
Agil S Habib 

Refferensi: [1]; [2]; [3]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun