Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies adalah "Musuh Bersama" Jokowi dkk?

13 Mei 2020   07:24 Diperbarui: 13 Mei 2020   07:21 1990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan dalam sebuah kunjungan ke Presiden Jokowi | Sumber gambar : kompas.com

Mungkin karena Tegal tidak "sepenting" Jakarta, atau memang karena pemimpinnya tidak cukup memiliki popularitas menuju kandidat capres, atau karena Tegal berada dibawah komando Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang "sekubu" dengan Pak Jokowi dan kawan-kawan (dkk).

Dalam survei elektabilitas terbaru yang dilakukan oleh Indonesia Election and Strategic (IndEX) Research, Ganjar Pranowo mengalami peningkatan elektabilitas paling tinggi. Membuatnya mengungguli Anies Baswedan serta semakin mendekati elektabilitas Prabowo Subianto yang masih menempati posisi pertama. 

Seiring dengan elektabilitas Prabowo yang mengalami penurunan berdasarkan survei IndEX Research tersebut, dan keberadaan Prabowo yang sekarang lebih mudah "dijinakkan" karena berada dalam barisan yang sama dengan Jokowi dkk maka memang hanya Anies saja yang perlu untuk "dilawan". 

Dalam politik, setiap momen atau peristiwa yang terjadi dalam pengelolaan sebuah negara adalah area melancarkan intrik dan strategi menuju kekuasaan. 

Bahkan sebuah krisis seperti pandemi COVID-19 yang terjadi sekarang merupakan "kesempatan" untuk mengupayakan menuju raihan kekuasaan periode selanjutnya. Pemilihan umum presiden 2024. 

Barangkali kepentingan terselubung inilah yang lantas menghambat sinkronisasi pemerintahan pusat dan daerah, khususnya di wilayah DKI Jakarta. Lebih kompleks lagi, pusat pemerintahan Indonesia yang "dikuasai" Jokowi dkk berada dalam area teritori Anies Baswedan. 

Dengan kata lain, DKI Jakarta berada dalam dualisme yang rentan menciptakan kontradiksi kebijakan, ketidaksinkronan visi serta pandangan, hingga adu kuat pengaruh masing-masing pihak.

Luka Lama

Mungkin situasinya akan berbeda jikalau Gubernur DKI Jakarta bukan Anies atau yang sebarisan dengan Anies. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) misalnya. Atau sebaliknya jika presidennya berasal dari barisan Anies Baswedan, Prabowo misalnya, maka ketidaksinkronan lebih bisa dihindari. 

Meski pilpres telah usai, kontestasi pilkada DKI Jakarta sudah rampung, tapi sisa-sisa "pertarungan" itu masih membekas. Sepertinya masih ada rasa tidak terima atas keputusan demokrasi yang berlangsung di negeri ini. 

Karena jikalau semua sudah berlapang dada terhadap semua yang terjadi di masa lalu, maka seharusnya akan jauh lebih mudah untuk bersinergi dan selaras dalam langkah dan tindakan. Atau bisa jadi ada "luka lama" yang turut berperan disini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun