Bulan Ramadhan tahun 2020 atau 1441 Hijriah barangkali akan menjadi Ramadhan yang sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pandemi virus corona COVID-19 berdampak besar terhadap sendi-sendi kehidupan bangsa ini, termasuk dalam "kebiasaan" menyambut Ramadhan.Â
Sebuah bulan yang sangat dinanti-nantikan kehadirannya. Keberkahannya begitu ditunggu-tunggu oleh semua orang. Ramadhan adalah salah satu potret kebersamaan yang bisa kita saksikan dalam kehidupan masyarakat negeri ini.Â
Sholat tarawih berjamaah, buka puasa bersama, bazar Ramadhan serta tradisi ngabuburit, bagi-bagi takjil, hingga sidang penentuan awal Ramadhan atau biasa dikenal dengan Sidang Isbat merupakan bagian tak terpisahkan dari tradisi Ramadhan di Indonesia.Â
Sayangnya, pandemi COVID-19 "memaksa" kita untuk menjaga jarak satu sama lain. Kita dilarang untuk berkumpul dalam sebuah komunitas besar. Semua dilakukan demi mengantisipasi persebaran virus yang hingga kini telah merenggut cukup banyak korban jiwa itu.
Layaknya tahun-tahun sebelumnya, penentuan awal Ramadhan biasanya memicu polemik terkait perbedaan hari jatuhnya awal puasa. Dua organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah merupakan dua kiblat besar dalam menentukan awal puasa dengan metode yang dianut oleh masing-masing pihak.Â
Muhammadiyah untuk tahun 2020 ini telah menentukan tanggal 1 Ramadhan akan jatuh pada tanggal 24 April 2020, sesuai perhitungan hasil Hisab. Bahkan untuk Hari Raya Idhul Fitri pun sudah ditetapkan sejak jauh-jauh hari menggunakan metode serupa dan akan jatuh pada tanggal 24 Mei 2020.
Secara garis besar, metode Hisab merupakan sebuah perhitungan matematis dan astronomis guna menentukan posisi bulan untuk mengetahui awal dimulainya sebuah bulan baru.
Metode ini berbeda dengan Rukyat yang lebih mengedepankan wujud fisik dari bulan itu sendiri. Dengan kata lain melihat langsung baik melalui mata telanjang atau dengan menggunakan alat (teropong, teleskpo, dan lain-lain) lebih dikedepankan untuk mengetahui apakah waktu sudah memasuki periode bulan baru atau belum.Â
Ormas NU dan juga pemerintah umumnya mengombinasikan dua metode ini, Hisab dan Rukyat, untuk menentukan awal Ramadhan melalui Sidang Isbat yang menghadirkan segenap elemen ormas Islam di tanah air.Â
Kemeneterian Agama (Kemenag) mengajak seluruh ormas Islam untuk berdiskusi menyampaikan pandangannya terkait hal ini. Informasi pantauan hilal dari beberapa titik akan turut menjadi pertimbangan Menteri Agama (Agama) untuk memutuskan kapan jatuhnya tanggal 1 Ramadhan yang sekaligus menandai ibadah puasa mulai dilaksanakan.
Tanpa Sidang Isbat?
Seiring dengan pandemi virus vorona COVID-19 yang masih terus mengganas hingga saat ini, aktivitas yang melibatkan sekumpulan orang dalam jumlah besar sangatlah dihindari.Â
Apakah ini artinya Sidang Isbat yang menghadirkan segenap elemen untuk berunding dalam satu ruangan yang sama juga akan dihilangkan? Social distancing, physical distancing.Â
Lalu bagaimana awal Ramadhan ditetapkan pada tahun 2020 ini? Apakah pemerintah akan langsung mengikuti hasil perhitungan Hisab ormas Muhammadiyah yang menyatakan tanggal 24 April 2020 sebagai awal Ramadhan?
Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin, menyatakan bahwa Sidang Isbat penentuan awal Ramadhan akan tetap dilaksanakan mesti berada dalam situasi pandemi COVID-19.Â
Dalam pernyataannya, Kemenag akan tetap melaksanakan Sidang Isbat pada tanggal 23 April 2020 nanti dengan protokol saat pandemi. Pantauan hilal yang menjadi dasar rujukan utama akan tetap dilakukan di berbagai titik dengan ketentuan dibatasi maksimal 10 orang serta senantiasa menjaga jarak fisik.Â
Semua peserta yang terlibat harus diukur suhu tubuhnya serta tetap menggunakan masker. Selain itu, pengoperasian beberapa alat bantu seperti teleskop hanya diizinkan untuk satu orang petugas saja. Tidak boleh bergantian. Pasca dipergunakan, alat-alat tersebut juga akan disterilkan kembali menggunakan cairan disinfektan.
Biarpun di tengah situasi pandemi virus, Sidang Isbat akan tetap berjalan. Meski mungkin suasanannya akan jauh berbeda dibanding sebelumnya. Sidang Isbat sepertinya tidak akan dilakukan dengan cara yang biasa. Jumlah pesertanya barangkali akan jauh lebih sedikit.Â
Kursi-kursi untuk duduk peserta mungkin akan dijeda satu sama lain. Lebih ekstrem lagi bisa jadi sidang akan dilakukan via video conference. Apapun caranya,Â
Sidang Isbat akan tetap dilakukan. Setidaknya hal itu akan tetap menjaga ke-afdhol-an penentuan awal Ramdhan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Suasana Ramadhan kali ini kemungkinan besar memang akan sangat berbeda dengan yang dulu-dulu kita rasakan. Akan tetapi, Ramadhan akan tetap menjadi Ramadhan. Kemuliaannya tidak akan berkurang sedikitpun hanya karena adanya pandemi COVID-19.Â
Nilai ibadahnya masih akan berlipat ganda. Sepuluh hari pertama, kedua, dan ketiga juga tetap akan memberikan keutamaan sebagaimana Ramadhan terdahulu.Â
Bahkan Lailatul Qadar masih akan tetap menjadi hadiah berharga dari Sang Pencipta kepada para hamba-Nya yang dengan khusyuk menjalani ibadah Ramadhan kali ini.
Kita akan tetap bisa menjalani Ramadhan dengan segala keberkahannya. Meski mungkin Sholat Tarawih harus kita lakukan di rumah, Tadarus Al-Qur'an juga dari rumah, tidak ada acara buka puasa bersama, dan lain sebagainya.Â
Ramadhan tetap akan memiliki nilainya yang mulia. Pertanyaannya sekarang, apakah kita sudah mempersiapkan diri untuk menyambut tamu yang mulia ini?Â
Layaknya seorang tamu, hendaknya kita menyambutnya di rumah kita sendiri dengan jamuan yang terbaik. Dan jamuan itu adalah kekhusyukan kita menunaikan ibadah Ramadhan.Â
Menikmati Ramadhan bukanlah perkara ramai atau semarak suasana Ramadhan, melainkan kebahagiaan hati untuk terus berserah diri kepada-Nya serta memperbanyak rangkaian ibadah kepada-Nya. Sholat Tahajud, Tadarus Al-Qur'an, memperbanyak dzikir, memperbanyak khazanah keislaman, menghafal Al-Qur'an, serta masih banyak lagi yang lainnya.Â
Jangan pernah mengira Ramadhan akan kehilangan ruhnya oleh karena pandemi COVID-19. Justru ruh yang menghidupkan Ramadhan adalah antusiasme kita dalam menjalani rangkaian demi rangkaian ibadah yang diwajibkan serta dianjurkan selama periode bulan suci ini.
Selamat menunaikan Ibadah Puasa.
Salam hangat,
Agil S HabibÂ
Refferensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H