Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasien Sembuh (Hampir) "Overtake" Korban Meninggal, Titik Balik Penuntasan Pandemi Covid-19?

13 April 2020   11:48 Diperbarui: 13 April 2020   11:55 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Tribunnews.com

Kasus positif COVID-19 yang terkonfirmasi di Indonesia sejauh ini (13/04 pagi) sudah mencapai 4.241 kasus dengan 373 diantaranya meninggal dunia, 369 orang sembuh, serta sekitar 3.509 orang berada dalam perawatan. 

Secara garis beras jumlah korban meninggal akibat virus ini memang cukup besar, akan tetapi secercah harapan bisa kita lihat seiring terus bertambahnya jumlah pasien yang sembuh. 

Pada awal-awal masa pandemi hingga saat ini angka korban terinfeksi COVID-19 memang cukup "berbeda". Ketika di seluruh dunia mayoritas menampilkan angka kesembuhan yang lebih besar, kita justru sebaliknya.

Angka kematian di Indonesia hampir selalu mengungguli jumlah kesembuhan pada publikasi resmi yang disampaikan oleh pemerintah. Tak ayal hal inipun membuat beberapa kalangan memandang sinis situasi yang terjadi di Indonesia. Bahkan salah seorang dokter di Malaysia menyebut Indonesia adalah sebuah bom waktu terkait besarnya angka kematian akibat COVID-19.

Namun, perlahan tapi pasti kita mulai melihat angka kesembuhan yang terus bertambah. Jumlahnya semakin mendekati dan hampir menyalip jumlah korban meninggal dunia. 

Bukan tidak mungkin hari ini akan terjadi "overtake" jumlah kesembuhan dan melebihi kasus kematian yang terjadi. Biarpun dalam beberapa kesempatan seringkali disampaikan data terkonfirmasi pemerintah ini kemungkinan belum merepresentasikan kondisi sebenarnya, setidaknya kita bisa menyaksikan angka-angka yang membawa pesan optimisme bahwa virus ini bisa kita kalahkan. 

Kita bisa sembuh. Jumlah korban dalam perawatan yang lebih dari 3.500 orang itu memiliki peluang besar untuk kembali pulih seperti sediakala. Sehat seperti semula.

Saya kira tidak sedikit dari kita yang terus memantau perkembangan kasus ini, menyaksikan waktu-waktu pengumuman update informasi terkini oleh gugus tugas milik pemerintah. Indonesia yang awalnya nihil kasus COVID-19 kini telah mencapai angka 4.000 ribu atau bahkan lebih besar lagi. 

Sejauh itu pula kita berharap bahwa akan segera ada kabar baik yang bisa membuat pandemi ini lekas usai. Entah itu dengan ditemukannya vaksin antivirus atau karena lenyap dengan sendirinya. 

Tidak sedikit yang merasa bahwa COVID-19 telah menghadirkan cukup banyak kesulitan hidup. Suasana sakral bulan suci Ramdhan dan mudik lebaran terancam "kacau" karenanya. 

Yang kita butuhkan saat ini adalah sebuah kabar baik. Kabar yang memberikan harapan bahwa kita memiliki peluang besar untuk membuat virus ini bertekuk lutut.

Titik balik itu sepertinya bisa tercapai tidak lama lagi. Titik balik yang akan mempertebal keyakinan bahwa mimpi buruk ini akan segera berakhir. 

Terlebih beberapa daerah semakin proaktif mengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kepada pemerintah pusat dengan harapan bisa menekan laju pandemi sekaligus memberikan kesempatan kepada para petugas medis menyembuhkan para pasien yang terinfeksi. Yang jumlahnya mencapai ribuan itu. 

Bagaimanapun juga para petugas medis itu butuh ruang untuk bekerja dan merawat para pasien agar lekas sembuh. Sehingga angka kesembuhan akan semakin bertambah dan meninggalkan jauh jumlah korban meninggal dunia. Akan jauh lebih baik lagi apabila tidak ada lagi korban meninggal akibat COVID-19.

Zero Death Case

Satu nyawa saja yang melayang adalah kesedihan mendalam bagi orang-orang terdekat. Sehingga mencegah agar jangan sampai ada lagi jatuh korban meninggal dunia karena coronavirus adalah suatu keharusan. 

Reduksi angka kematian hingga pada titik nol, dan tingkatkan sebanyak mungkin angka kesembuhan. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana caranya?

Kasus kematian akibat COVID-19 ditengarai terjadi oleh karena kombinasi dua hal, umur dan penyakit bawaan. Mengutip data yang dilansir oleh Kawal Covid-19 sebagaimana dilansir oleh tirto.id, mayoritas kasus kematian akibat COVID-19 di Indonesia terjadi pada usia lansia atau pralansia, atau kelompok umur 60 tahun ke atas dan kelompok 45 -- 59 tahun. Selain itu, kondisi kesehatan orang Indonesia juga termausk buruk. 

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa sekitar 34.1% penduduk berusia diatas 18 tahun memiliki hipertensi. Angka pendertia diabetes militus diatas usia 15 tahun saja sudah mencapai 10.9%. 

Belum lagi menyangkut penyakit-penyakit lain. Melihat kondisi ini kita semua tentu harus mawas diri. Bukan berarti yang tua kehilangan kesempatan untuk sembuh.

Buktinya, Pangran Charles yang sudah termasuk sosok lansia saja bisa mendapatkan kesembuhan. Tinggal bagaimana sekarang kondisi kesehatan kita. Apakah mempunyai riwayat penyakit bawaan atau tidak. 

Berusaha untuk menjalani hidup dengan lebih sehat adalah cara terbaik untuk dilakukan. Selain itu, langkah penanganan yang cepat dari para petugas medis merupakan faktor lain yang tidak bisa diabaikan. 

Dengan kata lain kita membutuhkan  kepedulian untuk melindungi kesehatan diri sendiri sembari menerapkan gaya hidup sehat. Percayalah, kita bisa melalui semua ini dengan baik-baik saja.

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi :

[1]; [2]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun