Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyikapi Pandemi Corona secara Tepat dan Proporsional dengan "Disruptive Mindset"

18 Maret 2020   07:23 Diperbarui: 18 Maret 2020   23:13 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi coronavirus | Sumber gambar : shutterstock

Kita membutuhkan pola pikir yang tepat untuk menyikapi semua ini. Harapannya adalah kita bisa bersikap secara tepat dan proporsional dalam menanggulangi setiap situasi yang ada. Pola pikir disruptif petama yang kita perlukan adalah terkait pentingnya sebuah ide dan penolakan akan batasan-batasan tertentu. 

Dalam hal ini kita bisa melihat virus corona telah menciptakan kepanikan yang luar biasa. Satu orang dengan orang yang lain sama-sama berupaya memproteksi diri masing-masing dari penularan. Sebagian orang berbondong-bondong datang ke rumah sakit untuk dites apakah dirinya terinfeksi virus ini atau tidak. Akibatnya beberapa RS kewalahan melayani pasien. Belum lagi ketika rumah sakit bersangkutan memiliki keterbatasan peralatan. Masalah lagi.

Dalam hal ini disruptive mindset akan men-drive kita untuk berpikir beberapa langkah ke depan. Haruskah pihak RS saja yang mengambil peran terkait pengujian kesehatan seseorang? Haruskah menggunakan peralatan yang "itu-itu" saja untuk melakukan pengujian? Kita memiliki cukup banyak perguruan tinggi atau universitas yang bergerak di bidang medis. 

Kita memiliki orang-orang cerdas di bidang teknologi yang bisa membuat alat-alat nan kreatif. Apakah tidak sepatutnya mereka diberdayakan? Selama prinsipnya tetap mengacu pada standar yang ditetapkan oleh WHO maka seharusnya itu tidak menjadi masalah.

Indonesia khususnya, memang mengalami cukup banyak kendala terkait penanganan corona ini. Akan tetapi hal itu seharusnya tidak membuat ruang gerak kita lebih terbatas. Kita punya ide yang bisa diberdayakan dalam menanggulangi masalah ini. Jangan hanya menggunakan cara pikir lama yang konvensional dan biasa-biasa saja. Dan saya kira kita bisa untuk itu.

Disruptive mindset selanjutnya yang sangat penting untuk kita miliki adalah perihal semangat untuk mencari solusi. Corona telah masuk ke Indonesia dan beberapa pihak saling tunjuk siapa yang salah dan mesti bertanggung jawab atas hal ini. Pemerintah dituding kurang sigap dalam mencegah pandemi ini masuk ke Indonesia. 

Akibatnya jumlah korban yang terinfeksi pun sudah melewati angka 100 orang. Mencari kambing hitam dan menunjuk salah satu pihak yang bersalah sebenarnya sudah tidak ada gunanya lagi. Hal itu tidak akan membuat coronavirus hilang dari bumi Indonesia. Justru sebaliknya hal itu akan semakin memperkeruh suasana.

Dengan semangat solusi hal itu akan membawa kita saling bergandengan tangan dan saling bekerja sama mencarikan solusi terbaik atas masalah ini. Pemerintah pusat dan daerah mesti menyatukan visi dan pandangan agar pandemi ini bisa segera diatasi.

Penting juga bagi kita untuk selalu update kabar terbaru terkait perkembangan corona di dalam dan luar negeri. Sebagaimana ramai diberitakan bahwa corona mungkin mengalami mutasi sehingga membuat "perilakunya" berubah dan menjadi lebih sulit ditangani. Hal ini jikalau diabaikan tentu akan membuat kita ketinggalan langkah oleh virus ini. 

Salah-salah kebijakan yang diberlakukan seperti protokol penanganan juga akan turut bermasalah. Masyarakat umum pun harus senantiasa melihat kabar terbaru dan tentunya tervalid untuk mengecek status penanganan serta memelihara kewaspadaan diri.

Pemberitaan terkait pencegahan dan penanganan sesuatu situasi dan kondisi terbaru haruslah diperoleh dari sumber terpercaya. Disruptive mindset seperti ini akan membuat kita bertahan di tengah kepungan ketidakpastian masalah akibat coronavirus ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun