Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyoal Logika Pengabaian Protokol "Lockdown" Indonesia

13 Maret 2020   14:14 Diperbarui: 13 Maret 2020   14:16 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang yang terinfeksi coronavirus tapi terlepas dari pantauan, kemudian ia bisa bepergian kemana-mana maka bukannya itu akan semakin memperburuk keadaan? Jangan-jangan pemerintah kita memang terlalu santai menyikapi pandemi penyakit ini. 

Barangkali juga memandang coronavirus tidak lebih berbahaya dibandingkan flu biasa serta bisa sembuh dengan sendirinya. Hal ini bukannya membuat publik merasa nyaman dan terlindungi, tetapi justru seperti diabaikan dan dibiarkan begitu saja oleh mereka yang berwenang melindungi warganya.

Apa yang disampaikan oleh mantan wakil presiden kita, Bapak Jusuf Kalla, bahwa Indonesia perlau melakukan lockdown mungkin perlu didengarkan oleh pemerintah. 

Pertambahan jumlah korban bisa meningkat sedemikian cepat dari waktu ke waktu apabila tidak diberikan penanganan yang tepat. Jangan sampai kita malah terlambat membuat langkah penanggulangan hanya karena keras kepala terhadap asumsi yang sebenarnya juga megandung banyak risiko. Melakukan lockdown atau tidak memang sama-sama memiliki risiko. 

Tapi "mengunci" jumlah korban dengan jumlah yang "itu-itu saja" tentu lebih baik ketimbang jumlahnya terus menerus bertambah tanpa kendali. Apakah pemerintah kita telah melakukan logika ini?

Beberapa kali pariwisata Indonesia masih terus dipromosikan untuk menarik wisatawan asing masuk ke Indonesia meski jelas-jelas virus corona tengah mengancam. 

Saat negara lain berbondong-bondong membatasi akses Warga Negara Asing (WNA) masuk ke kenagranya, kita malah sibuk untuk menarik minat mereka. 

Semata demi menambah pundi-pundi uang dan atas nama perbaikan perekonomian. Padahal sekarang adalah saatnya memikirkan nyawa warga negara, bukan mengedepankan perekonomian. 

Hal ini mestinya bisa disikapi dengan lebih baik oleh pemerintah. Jangan sampai kita menjadi China yang "selanjutnya" setelah Iran dan Korea Selatan. Logika pemerintah mestinya lebih tepat dalam mengambil kebijakan.

Salam hangat,
Agil S Habib

Refferensi: [1]; [2]; [3]; [4]; [5]; [6]; [7]; [8]; [9]; [10]; [11]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun