Sudah menjadi pengetahuan umum kalau salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya jumlah konsumsi masyarakat terhadap barang-barang kebutuhan.Â
Kecenderungan yang dilakukan oleh mereka yang mendapatkan hari libur adalah melakukan wisata atau traveling. Situasi inilah yang ditangkap oleh pemerintah yang tengah gencar mempromosikan wisata di tanah air. Apabila makin banyak warga yang berwisata, maka perekonomian di sektor ini akan mengalir.
Hanya saja yang harus diingat bahwa tidak setiap orang yang libur kerja akan memanfaatkannya untuk wisata. Mungkin karena keterbatasan dana, atau karena ada keperluan lain.
Hari libur adalah kesempatan berharga untuk bercengkrama dan menikmati bersama keluarga. Biarpun tidak bisa bepergian jauh menikmati tempat-tempat wisata, adakalanya berkumpul dengan keluarga saja sudah lebih dari cukup untuk menciptakan suasana hati yang tenang dan damai.
Bermain bersama anak, bercengkrama dengan kerabat, dan lain sebagainya akan memberikan impact positif bagi kesegaran pikiran yang penat oleh pekerjaan.
Selain itu, hari libur juga menjadi peluang berharga untuk menambah pundi-pundi penghasilan melalui wirausaha atau mengambil kerja part time. Hal ini pun sepertinya juga memberikan dampak bagi perekonomian sebuah keluarga.
Dari berbagai sisi libur tambahan memang memberikan dampak positif. Namun apakah hal ini juga berlaku bagi para pemilik bisnis atau korporasi besar yang bergantung produksinya pada keberadaan tenaga kerja manusia?Â
"Kehilangan" satu hari produksi sama dengan kehilangan peluang untuk memproduksi sejumlah produk tertentu yang bernilai jual. Periode waktu operasi kerja "normal" yang biasanya berlaku seiring adanya libur tambahan sudah pasti akan berkurang.
Dampaknya bisa berimbas pada beberapa hal, salah satunya tentu berkurangnya jumlah produksi atau peningkatan biaya produksi akibat tambahan kerja lembur atau mungkin inefisiensi akibat stop produksi.Â
Sebagian industri tentu memiliki pertimbangan khusus bahwa mesin mereka tidak boleh dimatikan samasekali selama 24 jam karena berdampak beasr terhadap efisiensi produksi. Sehingga semakin sering libur maka mesin berpotensi semakin sering dimatikan.
Jika demikian yang terjadi maka tentu tidak bagus bagi perusahaan. Disisi lain, perusahaan pun akhirnya "terpaksa" harus tetap memasukkan para pekerjanya supaya mesin tetap menyala.Â