Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

2020, Apakah Valentine Day (Masih) "Haram"?

11 Februari 2020   08:02 Diperbarui: 11 Februari 2020   07:59 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena seks bebas saat peringatan hari valentine | Sumber gambar : southfloridareporter.com

Ada sangat banyak sekali penjelasan dan alasan yang melatarbelakangi keharaman peringatan hari valentine selain daripada potensi perzinahan didalamnya. Namun fakta dilapangan menunjukkan bahwa justru remaja-remaja ber-KTP muslim cukup banyak ditemukan tengah menikmati momen ini. 

Barangkali mereka tengah dimabuk asmara hingga mengalahkan pengatahuan bahwa perayaan tersebut sebenarnya tidak perlu dilakukan. Karena seringkali atas nama cinta seseorang bisa bertindak mengalahkan segalanya. Lebih berbahaya lagi adalah ketika mereka ternyata hanya ikut-ikutan saja tanpa mendapatkan pemahaman sebenarnya dari peringatan ini.

Sejak zaman nenek moyang bahkan hingga tahun 1990-an masyarakat Indonesia hampir tidak mengenal istilah valentine. Namun memasuki era milenium, lambat-laun gerakan yang digagas oleh remaja perkotaan terkait hari valentine semakin menjadi tren. Dan hal itu terus berlangsung hingga saat ini. 

Entah siapa yang mempelopori tingkah laku remaja kita hingga terinspirasi untuk turut serta merayakan hari valentine, dan entah siapa juga yang menjadikan valentine terkesan sebagai saat "ideal" untuk berhubungan sex. Barangkali valentine day tidak sepenuhnya salah dalam menyebabkan meningkatnya angka hubungan seks diluar nikah. 

Namun sepertinya budaya kita sudah terlalu jauh mengikuti kepribadian orang barat yang melegalkan hubungan diluar nikah. Hal ini seharusnya membuat kita tersentil bahwa ada jati diri bangsa kita yang hilang disini. Bukan semata tentang ajaran agama atau lebih khusus tentang ajaran Islam.

Dalam buku The Tipping Point, Malcolm Gladwell menyampaikan tentang pola epidemi yang terjadi didunia. Sebuah epidemi yang tidak hanya menyangkut penyebaran wabah penyakit, tetapi juga menyangkut epidomi sosial lain seperti maraknya kasus kriminalitas hingga tren persebaran sebuah mode. 

Jika mengacu pada penjelasan Gladwell, maka bukan tidak mungkin peringatan valentine day adalah pemicu dari semakin meningkatnya kasus hubungan seksual diluar nikah di negeri ini. Hal ini mirip dengan maraknya kasus kriminalitas yang terjadi di Kota New York pada medio 80-an dan mulai mereda pada kisaran pertengahan tahun 90-an. 

Uniknya, terjadinya penurunan secara drastis kasus kriminalitas disana justru dimulai dari sesuatu yang sederhana yaitu menghilangkan kebiasaan corat-coret grafiti pada dinding kereta api yang dilakukan oleh beberapa kalangan remaja. Ditengarai awal mula merebaknya kasus kriminalitas disana juga dimulai dari kejahatan "kecil" yang diabaikan dan lambat laun semakin membesar. 

Dalam teori broken window dijelaskan bahwa membiarkan sebuah masalah kecil terjadi akan mengundang orang lain untuk melakukan hal serupa dan bahkan lebih besar. Analoginya seperti kaca jendela yang dibiarkan pecah akan mengundang orang lain untuk memecahkan kaca yang lainnya.

Apakah valentine day memiliki kemungkinan serupa terkait fenomena seks bebas yang menikat dikalangan remaja? Mungkin hal ini masih memerlukan kajian lebih lanjut. Tetapi setidaknya mari kita merenungi tentang apa sebenarnya yang terjadi pada generasi bangsa ini sekarang. Jika sebagian generasi muda kita telah terjebak dalam kubangan hubungan tidak sehat, maka mau jadi apa negeri ini kelak?

Salam hangat,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun