Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Investasi Bodong MeMiles dan Pentingnya Literasi Finansial

11 Januari 2020   11:26 Diperbarui: 12 Januari 2020   20:04 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yang membuat MeMiles cukup ampuh dalam menarik minat orang-orang adalah terkait klaim kerja sama yang mereka lakukan dengan Google Indonesia." 

Keberadaan investasi bodong di Indoenesia sebenarnya sudah bukan barang baru lagi. Sudah cukup banyak anggota masyarakat kita yang tertipu bujuk rayu investasi hingga membuat mereka kehilangan banyak uang.

Namun jikalau para public figure juga turut terlibat didalam "program" investasi murah dengan reward mewah itu maka bisa jadi investasi itu memiliki sesuatu yang luar biasa. 

Sebagaimana ramai diberitakan baru-baru ini dimana ada beberapa nama artis populer tanah air seperti Judika, Sammy Simorangkir, Ello, Eka Deli, dan lain-lain yang ikut tercatut namanya dalam lingkaran kasus investasi bodong bernama "MeMiles".

"MeMiles" merupakan investasi bodong "model baru" berkedok platform aplikasi Digital Advertising yang memadukan tiga jenis bisnis yaitu advertising, market place, dan traveling.

Investasi MeMiles dikelola oleh sebuah perusahaan bernama PT Kam and Kam yang beroperasi berbasiskan jaringan keanggotaan. 

Aplikasi MeMiles merupakan "alat bantu" untuk "menjerat" calon anggota baru dimana mereka yang berhasil mendapatkan "pengikut" akan memperoleh bonus atau komisi. 

Para member bisa memulai proses investasinya dengan melakukan top up melalui aplikasi MeMiles dengan nominal tertentu. Ada yang melakukan top up dari Rp 50 ribu hingga ratusan juta rupiah. 

Mereka yang melakukan top up dijanjikan imbal hasil yang cukup menggiurkan mulai dari ponsel, sepeda motor, emas, hingga mobil. Tak ayal ratusan ribu orang tertarik oleh janji manis ini dan rela menyetorkan pundi-pundi uang mereka pada investasi ini. 

Sehingga tidak mengherankan jika hanya dalam waktu 8 bulan saja investasi bodong ini sudah mengeruk omzet hingga Rp 750 miliar. Untungnya, pihak Kepolisian Daerah Jawa Timur berhasil menghentikan praktik ini.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, dua tersangka yang diamankan yaitu KTM (54) dan FS (52) pernah melakukan penipuan yang sama di tahun 2015. Sehingga bisa dikatakan KTM dan FS adalah "pemain lama" yang tidak kunjung jera untuk melakukan "proyek" penipuan berkedok investasi bodong. 

Yang membuat MeMiles cukup ampuh dalam menarik minat orang-orang adalah terkait klaim kerja sama yang mereka lakukan dengan Google Indonesia.

Dengan mengusung aplikasi berbasis periklanan dan mencatut nama Google Adsense didalamnya, maka hal ini menjadi formula yang cukup ampuh untuk "membius" minat para korban agar berinvestasi di MeMiles.

Beberapa nama artis yang ikut tercatut namanya pada invstasi ini menyatakan bahwa mereka juga merupakan bagian dari korban. Hanya saja pihak "pengelola" MeMiles memanfaatkan nama para artis tersebut sebagai bagian dari promosi mereka untuk menjaring korban dalam jumlah yang lebih banyak lagi. 

Padahal sang artis sendiri belum tentu memberikan persetujuannya terhadap hal ini. Publik yang mudah percaya dan terinspirasi oleh langkah yang ditempuh para public figure pada akhirnya ikut mengekor dan turut serta menjadi korban penipuan lainnya.

Pelajaran Berharga

Investasi bodong MeMiles menjadikan artis sebagai pancingan | Sumber gambar : indopolitika.com
Investasi bodong MeMiles menjadikan artis sebagai pancingan | Sumber gambar : indopolitika.com
Dengan begitu banyaknya anggota yang tergabung dalam investasi bodong MeMiles, hal ini mengindikasikan bahwa masih cukup banyak di antara kita yang tegiur oleh janji-janji manis investasi dengan kompensasi melebihi batas wajar.

Padahal dalam kasus-kasus terdahulu sudah sering diberitakan perihal investasi yang memberikan imbal hasil diluar nalar cenderung merupakan investasi bodong.

Selain itu, literasi finansial khususnya terkait investasi masih terbilang rendah sehingga mudah terjebak dalam bujuk rayu investasi bodong.

Situasi ini bisa dibilang memiliki kemiripan dengan kasus gagalnya Jiwasraya yang melakukan salah langkah dalam proses investasi perusahaan hingga berakibat jatuhnya nilai aset yang mereka miliki. 

Sebagaimana sudah banyak diberitakan bahwa manajemen Jiwasraya telah menanamkan modal investasi untuk instrumen yang penuh risiko. Janji imbal hasil investasi Jiwasraya yang sebesar 9-13 persen per-tahun sedangkan BI Rate hanya sekitar 5 persen membuat pihak Jiwasraya kelabakan mencari sumber perputaran investasi yang memungkinkan janji tersebut terlaksana.

Pada akhirnya, mereka memilih investasi yang punya potensi imbal hasil besar. Namun justru hal itulah yang menjadikan Jiwasraya terpuruk begitu dalam saat ini.

Investasi merupakan bagian dari gaya hidup masa kini yang mendambakan kebebasan finansial di masa mendatang. Banyak praktisi keuangan yang mengajak masyarakat untuk menginvestasikan sebagian penghasilan mereka agar supaya bisa dinikmati secara jangka panjang.

Dengan semakin "meleknya" masyarakat terhadap perkembangan dunia saat ini, hal itu membuat minat terhadap investasi pun meningkat. 

Masyarakat mulai ramai-ramai mencari investasi yang menurut mereka terbaik dan menguntungkan. Sayangnya minat besar terhadap investasi ini belum dibarengi dengan kemampuan untuk memilih dan memilah instrumen investasi terbaik.

Kebanyakan masih dengan melihat satu tawaran investasi yang menurut mereka baik lantas hal itu langsung dieksekusi. 

Padahal Robert T. Kyosaki, salah satu tokoh investasi besar dunia senantiasa membandingkan 1 dengan 100 instrumen investasi yang tersedia. Hal itu ia lakukan dengan analisis mendalam agar tidak terjerembat dalam investasi bodong seperti halnya MeMiles ini. 

Dalam berinvestasi tidak cukup bagi kita dengan sekadar ikut-ikutan saja atau menjadi follower dari orang lain yang telah lebih dahulu turut serta. Kita mesti memeriksa sendiri kualitas dari suatu investasi apakah layak atau tidak untuk diikuti.

Literasi finansial sangatlah penting untuk dimiliki generasi masa kini yang memadang investasi sebagai salah satu kebutuhan. Ada cukup banyak buku dan website yang mengajarkan seluk beluk investasi dasar sehingga membantu kita memiliki pengetahuan cukup untuk menyikapi sebuah tawaran investasi. Ada kata-kata bijak yang menyatakan bahwa segala sesuatu harus ada ilmunya. 

Dalam ajaran agama pun disampaikan bahwa beribadah tanpa dilandasi ilmu maka ibadah itu tertolak. Pengetahuan, wawasan, dan literasi sangat penting dalam menunjang kehidupan kita saat ini.

Semoga dengan memperkaya khasanah pengetahuan maka kita tidaka akan turut terjebak dalam penipuan berkedok investasi seperti MeMiles ini.

Salam hangat,
Agil S Habib

Refferensi: [1]; [2]; [3]; [4] ; [5]; [6] ; [7]; [8] ; [9]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun