Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Oknum Guru Cabuli Murid, Saatnya Mas Nadiem Bersih-bersih Guru Berotak Mesum!

14 Desember 2019   07:35 Diperbarui: 14 Desember 2019   07:33 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswi korban pencabulan | Sumber gambar : www.hetanews.com

Seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) diperlakukan tidak senonoh oleh seorang guru yang mendampinginya saat hendak mengikuti olimpiade sains sekolah. Di tempat lain, siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) direcoki minuman keras oleh gurunya dan dimudian dicabuli.

Dua kasus asusila yang dilakukan oleh oknum guru ini jelas-jelas mencoreng citra guru yang seharusnya mengayomi, melindungi, dan mendidik siswa-siswinya menjadi manusia yang beradab. Namun ironisnya para oknum guru tersebut justru melakukan aksi yang biadab. Sungguh sangat disesalkan.

Tanggal 25 November 2019 lalu ketika Hari Guru Nasional diperingati, Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menyampaikan pidato yang penuh kesan mendalam bagi seorang guru. Beliau menyampaikan bahwa tugas guru merupakan tugas termulia sekaligus tersulit.

Guru Indonesia juga dianggap banyak menaggung beban aturan namun miskin pertolongan. Beban administratif yang harus ditunaikan para guru menjadikan mereka terkendala dalam melaksanakan proses belajar dan mengajar. Mas Nadiem juga memaparkan bahwa para guru harus "dimerdekakan" dari beban administratif sehingga membuat tugas utama mereka tidak berjalan optimal.

Beliau berharap agar para guru mampu berkreasi, berinovasi, serta melakukan langkah-langkah terobosan guna membentuk peserta didik yang berkualitas. Namun apakah harapan itu bisa terwujud sedangkan masih ada oknum guru yang berotak mesum berkeliaran?

Mas Nadiem ingin membenahi sistem pendidikan di negeri ini sehingga menjadi lebih baik. Akan tetapi patut diingat bahwa membenahi sebuah sistem itu memerlukan langkah dalam satu kesatuan yang utuh. Sistem pendidikan meliputi guru, peserta didik, kurikulum, bahan ajar, dan lain sebagainya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa guru memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang suksesnya sistem pendidikan. Ia adalah model yang menjadi panutan sekaligus pemberi supervisi terhadap peserta didik yang membutuhkan arahan. Sehingga mau tidak mau seorang guru haruslah merepresentasikan namanya yaitu "digugu" dan "ditiru".

"Digugu" artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini kebenaran oleh semua murid. Sedangkan "ditiru" memiliki makna bahwa seorang guru harus menjadi suri tauladan atau panutan bagi murid-muridnya.

Apakah kedua hal besar ini patut disematkan kepada oknum "guru" cabul tadi? Mereka bahkan tidak patut untuk menyandang sebutan guru samasekali. Bagaimana mungkin seorang "guru" bertindak tidak senonoh kepada muridnya sendiri? Terlepas mereka adalah guru honorer atau tidak, tetap saja perilaku mereka lebih mirip "begundal" daripada perilaku seorang guru.

Konsep merdeka belajar atau guru merdeka belakangan sering didengungkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim. Beban administratif atau barangkali kesejahteraan guru akan menjadi bagian penting dalam perbaikan pendidikan kedepan.

Aspek inilah yang mungkin akan menjadi fokus utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada masa-masa mendatang. Akan tetapi, melihat beberapa fenomena yang terjadi dimana ada oknum guru berotak mesum berbuat cabul terhadap siswa-siswi yang semestinya mereka lindungi, fokus Kemendikbud juga harus diperluas sehingga mencakup perbaikan akhlak atau moralitas guru.

Menjadi guru semestinya bukanlah profesi alternatif sebagai tempat mengais nafkah. Akan tetapi profesi ini haruslah benar-benar menyeleksi mereka yang benar-benar berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Seringkali problematika guru hanya menyangkut aspek kesejahteraan dan beban kerja saja. Lalu bagaimana dengan perbaikan moral guru? Jika moral seorang guru saja sudah sedemikian bejat, lalu apa yang bisa diharapkan dari murid-muridnya?

Memilih Guru yang "Bersih" dan "Bersih-bersih" Guru Amoral

Dunia pendidikan Indonesia cenderung terfokus pada perubahan kurikulum demi kurikulum. Hanya saja pelakunya adalah orang-orang yang "itu-itu" saja dan dengan konsep berfikir yang tidak jauh berbeda. Dunia pendidikan kita hampir mengabaikan hal penting perihal akhlak guru-guru pengajarnya.

Jikalau ada oknum guru berotak mesum, hal itu hanya dianggap sebagai pelanggaran hukum biasa yang cukup hanya ditindak oleh aparat berwajib. Padahal kasus pelanggaran asusila dengan pelaku seorang oknum guru memiliki "juntrungan" masalah yang jauh lebih berbahaya. Guru pengajar berotak mesum pastilah memiliki hasrat tersembunyi dibalik pikirannya.

Sehingga mereka mengajar tidak lebih dari sebuah upaya mencari "mangsa" untuk "dimesumi". Transfer keilmuan tidak akan pernah terjadi jikalau gurunya tidak memiliki ketulusan hati dalam mengajar. Konsekuensinya, ilmu yang diajarkan tidak akan tersampaikan dengan baik. Bagaimana mungkin ilmu yang "suci" bisa berpadu dengan pikiran kotor dan mesum para oknum guru itu?

Dalam hal ini pihak sekolah atau institusi pendidikan lain mungkin akan kesulitan untuk menilai apakah seorang guru itu berotak mesum atau tidak. Semua baru bisa terungkap ketika yang bersangkutan menunjukkan tingkah polah yang menjurus ke arah situ.

Seperti halnya perilaku mesum guru yang baru terungkap tatkala aksi bejatnya dilaporkan sang korban. Sulit memang. Tetapi pastinya bukan sesuatu yang mustahil untuk melakukan deteksi dini para oknum guru dengan isi otak yang "kotor".

Dunia akademis adalah pusatnya riset dan penelitian. Barangkali perlu adanya suatu bahasan khusus untuk merumuskan tata cara pemilihan guru yang benar-benar memenuhi syarat layaknya guru yang "sesungguhnya". Mas Nadiem setidaknya perlu memikirkan hal ini, karena bagaimanapun juga sosok guru itu memiliki afiliasi terhadap dunia pendidikan.

Ketika ada seorang guru melakukan aksi pidana, tanggung jawab penindakan terhadap akhlak guru sebenarnya tidak secara otomatis menjadi urusan aparat penegak hukum.

Dunia pendidikan juga mesti bertanggung jawab terhadap hal ini. Akankah sistem pendidikan di era Mas Nadiem ini juga akan mangarahkan kepedulian terhadap hal ini? Langkah pertama yang harus dilakukan oleh Mas Nadiem mungkin bisa meniru kolega menteri yang lain di Kabinet Indonesia Maju (KIM). Mas Nadiem bisa "mengadopsi" gaya Erick Thohir kala melakukan aksi "bersih-bersih" pejabat BUMN yang ditengarai penuh masalah. Bagaimana Mas Nadiem?

Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi :

[1] ; [2] ; [3]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun