Kemana seruan itu bermuara dikala para korban menangis dan menjerit di tengah kesendirian dan ketakutannya menghadapi bejatnya pelaku kejahatan seksual?Â
Sangat disayangkan jikalau hasrat melindungi HAM justru dijadikan tameng orang-orang tidak bertanggung jawab untuk menghindar dari konsekuensi kejahatan masa lalunya.Â
Semestinya penggerak HAM melihat dari sisi orang-orang yang tersakiti oleh pelaku kejahatan seksual ini. Bayangkan betapa sedihnya korban yang mengalami aksi kekerasan dan bayangkan betapa sakit hatinya keluarga korban melihat kenyataan ini.Â
Lantas ketika mereka merasa puas dengan vonis hukuman pengadilan atas tindak kejahatan yang mereka alami, malah justru hal itu dipersoalkan seakan mereka membela dan melindungi pelaku kejahatan? Solusi apa yang mereka tawarkan untuk menciptakan hukuman sepadan pada manusia-manusia bejat itu?
Hukuman penjara seringkali tidaklah sepadan dengan rasa sakit yang harus ditanggung para korban seumur hidupnya. Betapa sering terjadi para korban kekerasan seksual yang hidupnya merana dan semakin terpuruk.Â
Mungkin mereka dipandang sinis oleh lingkungannya. Sedangkan sang pelaku sebatas hanya mendekam di penjara saja. Sang pelaku kejahatan ini barangkali masih bisa tertawa lepas dengan para narapidana lain didalam penjara.Â
Mereka mungkin masih bisa menelan makanan hidangan penjara dengan lahap. Apakah hal ini terlihat adil? Jikalau Komnas HAM merasa hukuman kebiri ini melanggar HAM, maka hukuman apalagi yang lebih layak dari itu? Rajam? Hukuman mati? Pancung? Gantung? Atau sebatas hukuman seumur hidup?
Bagaimanapun juga kejahatan seksual adalan bentuk kejahatan yang sangat buruk. Masa depan seorang manusia bisa rusak karena hal ini. Rasa sakitnya begitu berat.Â
Jikalau kejahatan seperti ini dipandang remeh, maka betapa kasihannya nasib anak-anak kita, saudari-saudari kita, dan teman-teman kita.Â
Mereka hidup di tengah-tengah masa yang penuh dengan ancaman kekerasan seksual yang bisa saja menerkam dari segala penjuru. Na'udzubillah.
Salam hangat,