Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"Legacy" Sang Pemimpin

24 Agustus 2019   09:25 Diperbarui: 24 Agustus 2019   15:55 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Legacy untuk masa depan | Ilustrasi gambar : www.chargeuptoday.com

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan secara resmi terkait keinginannya memindahkan ibukota negara Indonesia dari Jakarta. Beragam respon bermunculan terkait hal ini. Pro kontra menyeruak menyikapi berita ini.

 Banyak pihak yang ragu, meski tidak sedikit yang ikut manaruh optimisme. Bahkan topik rencana pemindahan ibukota ini beberapa waktu lalu dijadikan bahan diskusi hangat pada sebuah talkshow acara Indonesia Lawyers Club (ILC) berjudul "Perlukah Ibukota Dipindahkan?". Terlepas dari pro kontra yang mengiringinya, yang menarik untuk dikaji disini adalah perihal latar belakang pemindahan ibukota itu sendiri.

Selama proses diskusi panjang ILC dan beberapa diskusi lain diluar sana sebenarnya masih belum ada jawaban  tegas yang diutarakan tentang latar belakang atau sebab musebab dari gagasan pemindahan ibukota negara Republik Indonesia. 

Ada yang bilang kalau Jakarta sudah tidak layak lagi sebagai ibukota karena banjir, macet, serta polusi. Ada juga yang menyatakan demi pemerataan pembangunan. 

Beberapa pihak mempertanyakan urgensi dari pemindahan ibukota ini mengingat masih banyaknya hal-hal lain di negeri ini yang perlu mendapatkan perhatian besar. 

Terlebih biaya pemindahan ibukota sangatlah besar, dan pastinya akan semakin membebani perekonomian negara apabila pendanaannya diperoleh dari hutang.

Meskipun tentangan dari berbagai pihak terus mengemuka, sepertinya Presiden Jokowi masih berkeras hati untuk mewujudkan gagasan besar ini. Niatan tersebut telah beliau sampaikan langsung ketika berpidato di hadapan pertemuan tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat. 

Pertanyaan besarnya, mengapa Presiden Jokowi terlihat begitu menggebut-gebu semangatnya dalam merealisasikan pemindahan ibukota ini? Seriuskah beliau terhadap hal ini? Prof. Salim Said dalam diskusi ILC menyampaikan statement yang sepertinya bisa memberi kita jawaban atas pertanyaan tersebut. 

Beliau mengatakan bahwa Presiden Jokowi memang benar-benar serius dalam upayanya memindahkan ibukota negara. Presiden Jokowi ingin menunaikan sebuah langkah besar yang menjadi warisan besarnya selama periode kepemimpinannya sebagai presiden. Pemindahan ibukota adalah upaya presiden menciptakan legacy untuk kehidupan bangsa Indonesia pada masa-masa mendatang.

"Legacy" adalah Jejak dari Seorang Pemimpin Besar

Presiden Soekarno meninggalkan legacy sebagai bapak proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia. Menjadi orang pertama dalam bidang apapun senantiasa memiliki nilai lebih untuk diingat dan dicatat oleh sejarah. Presiden Soeharto diingat dengan masa kepemimpinan order baru selama 32 tahun. Abraham Lincoln dikenang dengan legacy sebagai penghapus perbudakan di Amerika Serikat. 

Einstein dikenang dengan legacy-nya tentang Konsep Relativitas. Legacy merupakan sebuah warisan sejarah yang ditinggalkan seseorang untuk generasi setelahnya dalam wujud yang bermacam-macam. Bisa berupa gagasan, bisa berupa hasil tindakan, dan bahkan bisa berwujud kata-kata. 

Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan kalimat, "Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan pada negaramu." Kalimat ini begitu populer hampir di segala penjuru dunia. Sebuah legacy besar dari mendiang presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy.

Seseorang mungkin terlihat luar biasa ketika berhasil mencapai karir gemilang, memiliki harta melimpah, atau menjadi pejabat publik yang disegani masyarakat. Namun semua itu tidak ada artinya apabila ia tidak mampu memberikan kontribusi apapun kepada orang-orang di sekitar. 

Ia hanya menjadi baik sekadar untuk dirinya sendiri. Sedangkan bagi orang lain keberadaannya tidak bernilai apa-apa. Hidup hanya untuk kebesaran dirinya sendiri, tidak berkontribusi untuk orang lain, dan pada akhirnya mati tanpa meninggalkan jejak berharga di kemudian hari. 

Sungguh sangat disayangkan apabila kita sebatas menjadi sesuatu yang ala kadarnya, biasa-biasa saja. Seperti pada umumnya, seseorang biasanya sebatas hidup untuk menghidupi dirinya sendiri atau lebih baik lagi menyejahterakan anggota keluarganya. Hanya sebiasa itu. Sangat sedikit yang berhasrat untuk menjadi lebih dari biasanya. Menjadi lebih dari kebanyakan kebiasaan orang.

Sama halnya dengan apa yang hendak dilakukan oleh Bapak Jokowi dengan gagasan pemindahan ibukota. Beliau ingin menjadi lebih dari biasanya. Biasanya seorang presiden hanya ingin menyelesaikan masa jabatan lima tahunnya dengan menunaikan semua janji kampanye. 

Biasanya presiden selama menjabat hanya concern pada perbaikan sektor ekonomi dan menjaga kondusivitas bangsa. Biasanya presiden hanya menyikapi isu-isu terbaru di dunia internasional. Barangkali Presdien Jokowi memang ingin menjadi lebih dari biasanya. 

Beliau ingin menciptakan legacy yang membuatnya dikenang sebagai presiden pertama yang berhasil memindahkan ibukota negara dari Jakarta ke wilayah lain di Indonesia.

Sebagian orang menyadari pentingnya legacy bagi dirinya dan bagi orang-orang di sekitarnya. Hanya saja masih cukup banyak yang terlena dengan hidup menjadi seperti biasanya. Mereka beranggapan bahwa biar orang-orang tertentu saja yang menciptakan legacy, sedangkan diri mereka sebatas menjadi pelaku "biasa". Risiko yag dihadapi oleh seseorang yang berhasrat menciptakan legacy sangatlah besar. 

Ia harus siap dihujat, ditentang, disepelekan, bahkan dikucilkan. Tantangan yang dihadapi oleh mereka yang menginginkan capaian lebih dari sebelumnya tentu juga lebih besar dari biasanya. Oleh karena itu kita harus senantiasa bersiap menghadapi segala kemungkinan itu. 

Ingin menjadi apa kita? Ingin meninggalkan jejak legacy seperti apa kita? Dan ingin dikenang sebagai sosok yang seperti apa kita? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini merepresentasikan tentang seperti apa visi kita pada masa mendatang. Apabila Presiden Jokowi saja berhasrat meninggalkan legacy, lantas bagaimana dengan kita?

Salam hangat,
Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun