Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan secara resmi terkait keinginannya memindahkan ibukota negara Indonesia dari Jakarta. Beragam respon bermunculan terkait hal ini. Pro kontra menyeruak menyikapi berita ini.
 Banyak pihak yang ragu, meski tidak sedikit yang ikut manaruh optimisme. Bahkan topik rencana pemindahan ibukota ini beberapa waktu lalu dijadikan bahan diskusi hangat pada sebuah talkshow acara Indonesia Lawyers Club (ILC) berjudul "Perlukah Ibukota Dipindahkan?". Terlepas dari pro kontra yang mengiringinya, yang menarik untuk dikaji disini adalah perihal latar belakang pemindahan ibukota itu sendiri.
Selama proses diskusi panjang ILC dan beberapa diskusi lain diluar sana sebenarnya masih belum ada jawaban  tegas yang diutarakan tentang latar belakang atau sebab musebab dari gagasan pemindahan ibukota negara Republik Indonesia.Â
Ada yang bilang kalau Jakarta sudah tidak layak lagi sebagai ibukota karena banjir, macet, serta polusi. Ada juga yang menyatakan demi pemerataan pembangunan.Â
Beberapa pihak mempertanyakan urgensi dari pemindahan ibukota ini mengingat masih banyaknya hal-hal lain di negeri ini yang perlu mendapatkan perhatian besar.Â
Terlebih biaya pemindahan ibukota sangatlah besar, dan pastinya akan semakin membebani perekonomian negara apabila pendanaannya diperoleh dari hutang.
Meskipun tentangan dari berbagai pihak terus mengemuka, sepertinya Presiden Jokowi masih berkeras hati untuk mewujudkan gagasan besar ini. Niatan tersebut telah beliau sampaikan langsung ketika berpidato di hadapan pertemuan tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat.Â
Pertanyaan besarnya, mengapa Presiden Jokowi terlihat begitu menggebut-gebu semangatnya dalam merealisasikan pemindahan ibukota ini? Seriuskah beliau terhadap hal ini? Prof. Salim Said dalam diskusi ILC menyampaikan statement yang sepertinya bisa memberi kita jawaban atas pertanyaan tersebut.Â
Beliau mengatakan bahwa Presiden Jokowi memang benar-benar serius dalam upayanya memindahkan ibukota negara. Presiden Jokowi ingin menunaikan sebuah langkah besar yang menjadi warisan besarnya selama periode kepemimpinannya sebagai presiden. Pemindahan ibukota adalah upaya presiden menciptakan legacy untuk kehidupan bangsa Indonesia pada masa-masa mendatang.
"Legacy" adalah Jejak dari Seorang Pemimpin Besar
Presiden Soekarno meninggalkan legacy sebagai bapak proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia. Menjadi orang pertama dalam bidang apapun senantiasa memiliki nilai lebih untuk diingat dan dicatat oleh sejarah. Presiden Soeharto diingat dengan masa kepemimpinan order baru selama 32 tahun. Abraham Lincoln dikenang dengan legacy sebagai penghapus perbudakan di Amerika Serikat.Â