Zaman Medsos
Dahulu ketika media sosial masih belum hadir dan mewabah seperti sekarang kasus-kasus penistaan agama seperti apa yang dilakukan oleh Ahok dan yang disangkakan kepada UAS tidak pernah terjadi. Semua hidup dalam harmoni dan jauh dari aksi saling hujat. Seandainya dulu video Ahok tidak yang mengutarakan statement tentang Islam dan surat Al-Maidah di kepualauan seribu tidak pernah ada, barangkali Ahok tidak akan masuk penjara.Â
Karena Ahok pun sebenarnya tidak benar-benar berniat membuat rekaman videonya sendiri, atau dengan sadar memberikan pernyataan yang dianggap menista agama. Demikian halnya dengan UAS, beliau hanya sebatas menjawab pertanyaan dari jamaahnya dan tidak berkeinginan jawabannya itu divideokan serta disebarluarkan seperti sekarang.
Pangkal masalahnya mungkin keberadaan medsos. Namun lebih dari itu, sebenarnya kita sendirilah yang menjadikan semua kekacauan ini terjadi. Kita dengan mudahnya mengunggah video tentang bahasan keagamaan tanpa melihat sudut pandang umat dari agama lain. Kita tidak cukup arif dan bijaksana dalam melihat akibat dari tindakan yang kita lakukan.Â
Kita boleh berkeyakinan bahwa agama yang kita anut adalah yang paling benar. Akan tetapi hal itu tidak menjadi sebab dibolehkannya kita menyalahkan keyakinan umat agama lain. Sejak dulu keyakinan yang dimiliki oleh masing-masing agama tidak pernah berubah, tapi mengapa dahulu kita bisa hidup dengan damai?Â
Kita terlalu mudah mengumbar keyakinan kita dimuka publik tanpa tedeng aling-aling. Sesuatu yang semestinya cukup menjadi bagian dari bahasan komunitas kita, malah kita sebarluaskan kemuka publik yang heterogen. Jelas saja hal ini akan memancing keributan. Sayogyanya kita lebih bijak dalam mengambil tindakan.
Kasus Ahok semestinya sudah cukup memberikan kita pelajaran. Tapi seiring mencuatnya kasus UAS ini seakan menandakan bahwa kita ternyata begitu egois menyampaikan keyakinan yang kita miliki kepada khalayak luas. Bermedsos sah-sah saja, namun untuk topik-topik sensitif yang berpotensi menyinggung keyakinan orang lain semestinya lebih berhati-hati dalam pengutaraannya.Â
Salah-salah niatan yang sebenarnya baik untuk berbagi ilmu kepada saudara seagama justru menjadi blunder yang malah menciptakan disharmoni dengan saudara-saudara kita yang berbeda agama. Kita semua bersaudara. Semoga kita tidak terpecah belah oleh perbedaan yang kita miliki
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H