Hal ini sebenarnya selaras dengan semangat dari Islam itu sendiri yang mempunyai konsep untuk mencintai alam sekitar sebagai sesama makhluk Allah SWT.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk menyikapi hal ini terkait pembagian daging kurban agar tidak menggunakan kantong plastik?Â
Pernahkah kita bertanya tentang bagaimana orang-orang terdahulu merayakan dan membagi daging kurban saat Idul Adha? Perlu kita ingat bahwa lebaran kurban sudah ada sejak sebelum kantong plastik beredar di masyarakat.Â
Dahulu, untuk membagi-bagi makanan masyarakat kita cukup dengan mempergunakan daun-daunan seperti daun pisang, daun jati, dan sebagainya.Â
Saat ada acara selamatan rumahan, makanan dibagi dan dibungkus dengan daun pisang. Saat ada acara nikahan, tamu-tamu yang datang dibekali makanan berbungkus daun jati. Tidak mungkinkah cara serupa dilakukan untuk membagi-bagi daging kurban?Â
Mungkin ada argumentasi yang menyatakan kalau dahulu lebih mudah untuk mendapatkan daun-daunan itu, kondisinya jauh berbeda dibandingkan sekarang. Terlebih di kota-kota besar yang mana daun-daunan merupakan barang langka.
Seyogianya, lebaran kurban bukan semata merupakan momen untuk menyantap hidangan mewah berupa daging sapi ataupun kambing. Momen itu juga merupakan kesempatan bagi kita untuk menunjukkan arti kepedulian terhadap kondisi lingkungan kita. Mungkin ada opsi daging kurban dibagikan dalam kondisi masak dengan porsi sejumlah saat ia dibagikan dalam kondisi mentah.Â
Hal ini selain memudahkan para penerima yang dirumahnya memiliki keterbatasan, juga menjadi opsi mengurangi penggunaan kantong plastik karena pembagian makanan bisa langsung melalui wadah makanan dari si penerima kurban. Memang harus diakui hal ini tidak sepenuhnya bisa dipukul rata pelaksanaannya.Â
Namun setidaknya kita memiliki alternatif cara berbagi dengan risiko yang lebih kecil terhadap kondisi lingkungan sekitar. Tentu ada opsi-opsi lain yang mungkin bisa ditawarkan agar momentum lebaran kurban benar-benar menjadi momen berbbagi kebahagiaan kepada semua makhluk.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H