Mereka menjual minyak goreng seharga Rp 22.300,- , menjual susu bayi seharga Rp 89.700,-, dan lain sebagainya. Ada embel-embel angka Rp 300,-, Rp 700,- , dan angka-angka receh lain mau tidak mau tetap harus dibayar serta mendapatkan kembalian recehan.Â
Oleh karena itu pihak ritel pun mestinya juga harus bisa menghargai orang-orang yang barangkali belum berkenan untuk berdonasi di tempat mereka, terlepas apapun alasannya.Â
Bukankah pihak toko ritel sudah menanyakan kesediaan dari pembeli dulu sebelum memberi donasi? Seperti tadi dikatakan, rasa sungkan, malu, dan tidak enak hati masih ada di benak sebagain orang.Â
Mungkin pihak ritel cukup menampilkan kesediaan di layar depan kasir sembari memberi waktu beberapa detik kepada pembeli untuk menyetujui donasi atau tidak.Â
Apabila pembeli mengabaikan tampilan di layar, maka hal itu bisa dianggap bahwa si pembeli belum bersedia untuk mendonasikan sisa uang kembaliannya.Â
Dengan demikian si pembeli tidak merasa "ditodong" oleh kasir untuk berdonasi di hadapan para pembeli lain. Hal ini semestinya lebih bijaksana.
Sedekah Salah Sasaran?
Tidak sedikit dari kita yang khawatir bahwa donasi yang telah diberikan melalui toko-toko ritel akan disumbangkan kepada pihak-pihak yang tidak tepat.Â
Meski dari pihak ritel sudah seringkali mempublikasikan aktivitas penyaluran dana hasil donasi mereka hampir di setiap toko-toko tempat mereka beroperasi.Â
Wajarkah kalau kita khawatir dengan kemungkinan adanya salah sasaran dari donasi atau sedekah yang kita berikan? Sebenarnya wajar-wajar saja.Â
Oleh karena itu, apabila memang kita ragu dan was-was dengan berbagai kemungkinan itu maka alangkah baiknya apabila kita menanyakan beberapa hal yang meragukan kita kepada pihak-pihak terkait.Â