Kepemimpinan adalah salah satu hal paling penting yang dimiliki oleh seseorang. Hal itu membedakan kecakapan dirinya dengan orang lain. Mereka yang memiliki kemampuan kepemimpinan mumpuni dan lebih baik daripada yang lain akan memiliki kesempatan untuk lebih berhasil dalam hidupnya.Â
Kepemimpinan yang dimaksud disini tidaklah sebatas pada jabatan struktural dengan kewenangan mengatur anak buah atau orang lain, namun lebih kepada kemampuan untuk memberikan keteladanan dan inspirasi kepada orang lain, termasuk tim yang menjadi bagian dari tanggung jawabnya.
Seringkali muncul anggapan bahwa kepemimpinan yang berhasil adalah kepemimpinan yang diikuti oleh segenap anggota tim. Padahal orang-orang yang memimpin secara diktator pun juga diikuti oleh anggota timnya.Â
Maka apakah memimpin secara diktator adalah wujud dari keberhasilan menjadi seorang pemimpin? Mungkin sebuah intruksi diikuti, barangkali setiap perintah dijalankan, dan semua keputusan yang dikeluarkan pimpinan dijalankan oleh semua.Â
Akan tetapi apakah semua itu menjamin bahwa hasil yang dicapai benar-benar sesuai harapan? Akankah terbentuk suasana kerja yang harmonis dan nyaman untuk dijalani semua orang yang ada disana? Jangan-jangan tercipta sekat yang begitu lebar disana, yang menjadikan sebuah komunitas atau organisasi laksana sebuah "neraka" yang "membakar" emosi dan hati setiap orang.
Setiap hubungan yang terjalin dalam sebuah institusi, lembaga, perusahaan, komunitas, atau organisasi pada umumnya didasarkan pada hubungan bisnis atau profesionalitas semata. Hubungan itu sebatas terjalin karena adanya saling membutuhkan satu sama lain. Sangat jarang hubungan didalamnya yang terbangun atas dasar kesadaran kekeluargaan.Â
Sesama rekan kerja kebanyak bersikap atas dasar saling butuh, bukan saling bantu. Jikalaupun ada barangkali jumlahnya tidak banyak. Antara atasan dan bawahan tak ubahnya hubungan pemberi perintah dan pelaksana perintah.Â
Semua hubungan yang terjadi serba struktural, komando, instruksi kerja. Sangat sedikit organisasi yang membangun hubungan antar manusianya berdasarkan rasa kekeluargaan layaknya hubungan antara sesama saudara kandung, adik kakak, atau bahkan orang tua dan anak.Â
Sesama rekan kerja yang memiliki hubungan kerja selayaknya saudara kandung tentunya akan lebih harmonis. Terlebih hubungan antara pemimpin dengan anak buahnya yang berlaku layaknya orang tua kepada anak-anaknya.Â
Mungkin tidak perlu lagi ada ketakutan dan kekhawatiran dari seorang anak buah saat ia melaporkan hasil audit kepada atasannya, barangkali tidak perlu muncul kekahawatiran ketika ada atasan yang memanggil anak buahnya, atau bisa jadi kita justru sangat berharap untuk menambah intensitas pertemuan serta pembicaraan dengan segenap anggota tim seperti halnya kita merindukan untuk berkumpul dan bercengkrama bersama keluarga kita di rumah.