Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Apa yang Sudah Kita Dapat dari Ramadan?

22 Mei 2019   10:17 Diperbarui: 22 Mei 2019   10:46 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kehadiran bulan suci nan mulia adalah waktu bagi kita untuk bergembira, barangkali Ramadan ini adalah terakhir yang kita nikmati (Ilustrasi gambar : di capture dari Youtube

Kita yang dulu bukanlah kita yang sekarang

Sedikit menyitir lagu seorang musisi, aku yang dulu bukanlah yang sekarang. Kita semua berkembang dan bertumbuh seiring waktu. Pemahaman kita terus bertambah setiap kali waktu berganti. 

Kita bisa menjadi lebih bijak atau sebaliknya kita menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Itu semua tergantung bagaimana pengasahan diri yang kita lakukan. Apakah kita membiarkan lingkungan membentuk diri dan persepsi kita tanpa kita sadari? 

Apakah kita akan membiarkan realitas di sekitar menciptakan diri kita sesuai kehendak zaman? Kita sepenuhnya yang memiliki kendali terhadap diri ini, hidup ini, kenyataan ini. Hanya saja yang kita butuhkan adalah tools atau alat untuk membentuk sikap dan pribadi kita secara sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.

Ramadan dengan segala "atribut" yang ada didalamnya menjadi sebuah tools yang lengkap apabila kita ingin mendesain diri kita yang baru dengan segala potensi besarnya. 

Kita mungkin sudah sering melihat ada banyak orang-orang hebat di luar sana yang memiliki kebijaksanaan tinggi, memiliki harkat dan martabat tinggi, serta dihormati banyak orang. 

Apakah itu terjadi dengan sendirinya? Apakah mereka mendapatkan itu semua dari warisan keluarganya? Sebenarnya hal itu semua mereka bangun dan upayakan sendiri melalui perjuangan, melalui latihan. 

Barangkali cara yang ditempuh oleh setiap orang akan berbeda-beda satu sama lain. Mungkin mereka memiliki metode yang berbeda-beda. Akan tetapi bagaimana kiranya ketika metode itu diturunkan langsung oleh Sang Pencipta kita untuk diri kita? Bukankah itu akan jauh lebih luar biasa dibandingkan apapun?

Puasanya anak kecil umumnya berbeda dengan puasanya orang dewasa. Seorang anak kecil kadang ada yang berpuasa hanya sampai menunggu adzan dhuhur tiba kemudian berbuka puasa. 

Artinya mereka masih mengasah diri untuk menahan diri terhadap godaan makan dan minum. Apakah kita yang sudah baligh ini memiliki pola pikir yang sama dengan anak kecil itu? Semestinya tidak. 

Orientasi kita berpuasa seharusnya jauh lebih tinggi dari itu. Pengasahan spiritualitas kita bukan lagi sebatas pada aspek ritual semata, tetapi lebih jauh pada mencari makna dibalik itu semua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun