Mengembalikan kondusivitas publik melalui kata-kata atau kalimat penuh retorika tidaklah semudah membalik telapak tangan. Paradigma pertentangan dan "permusuhan" seakan-akan sudah merasuki sebagian dari anggota masyarakat kita. Sampai-sampai keyakinan mereka terhadap sesuatu hal membuatnya membenci pihak lain.Â
Mereka yang merupakan simpatisan Prabowo-Sandi tidak sedikit yang memandang Jokowi-Ma'ruf dengan begitu sinis bahkan ada yang penuh kebencian. Pun demikian juga sebaliknya. Situasi seperti ini sangatlah tidak sehat dan berpotensi merusak kerukunan hidup dalam berbangsa serta bernegara.
 Butuh waktu panjang untuk memulihkan kembali kondusivitas agar bisa seperti dulu lagi. Para elit politik mungkin bisa dengan cepat mengakhiri konflik atau pertentangan yang terjadi melalui meja perundingan dan diplomasi. Rekonsiliasi para elit sangat mungkin terjadi hanya dalam hitungan jam pertemuan.Â
Namun bagaimana dengan mereka yang ada dibawah? Bagaimana rekonsiliasi yang terjadi diantara kalangan simpatisan di akar rumput? Kita bisa mengatakan dengan adanya rekonsiliasi dari masing-masing tokoh utama maka dengan sendirinya para simpatisan akan mengikuti. Semudah itukah?
Permasalahannya, cara pandang para simpatisan bisa jadi lebih ekstrem daripada yang dimiliki oleh para tokoh panutan mereka. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari brainwash yang terjadi dalam jangka waktu lama saat periode pergulatan politik berlangsung.Â
Para simpatisan dijejali dan didoktrin informasi yang dimaksudkan agar mereka dengan sepenuh hati mendukung salah satu kubu serta menolak dengan keras keberadaan kubu lain. Doktrinasi yang sudah terjadi ini efeknya tidak bias dengan sekejap mata dihilangkan.Â
Memulihkan pandangan seseorang untuk kembali seperti semula bukanlah tugas yang mudah. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemulihan kondisi agar seperti sediakala.Â
Jikalau memungkinkan cara yang lebih cepat untuk melakukan itu semua, mungkin kita akan mengucap "Bimsalabim... Abrakadabra.. Bersatulah kembali bangsaku!". Sayangnya tidak ada magic untuk merealisasikan sebuah rekonsiliasi total dan menyeluruh dalam waktu cepat.Â
Rekonsisilasi itu hanya akan mungkin terjadi apabila setiap anggota masyarakat memiliki semangat yang sama untuk bersatu dan melupakan perbedaan dimasa lalu.Â
Jika kita melihat kepentingan yang sama untuk negeri tercinta ini, maka melepaskan ego pribadi atau kelompok yang selama ini melekat bukanlah sesuatu yang mustahil. Syaratnya, kita harus mau berdamai dengan masa lalu.Â
Kita harus menghilangkan kecurigaan satu sama lain terkait adanya kemungkinan salah satu pihak akan menjerumuskan masa depan bangsa. Tentunya tidak ada kontestan politik dalam pemilu 2019 ini yang punya niatan untuk menghancurkan bangsa ini.