Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

5 Cara Menjadi Pemimpin yang Melayani

2 April 2019   15:27 Diperbarui: 21 April 2021   16:53 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepemimpinan adalah tentang melayani orang lain (Ilustrasi gambar: aspirekc.com)

Seorang pemimpin hendaknya memiliki sikap untuk melayani orang lain, terutama anggota timnya. Pemimpin tidak semata-semata berperan sebagai sosok yang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan hidup oraganisasi, akan tetapi ia juga harus memiliki empati sebagai seorang pemimpin yang memahami setiap situasi dan kondisi yang ada serta mampu melihat dari segala sisi terkait kebutuhan organisasi pada masa kini dan juga di masa-masa mendatang.

Ken Blanchard dan Mark Miller memberikan lima cara terkait bagaimana agar kita mampu menjadi pemimpin yang melayani secara efektif. Cara ini tidak hanya diimplementasikan sebatas pada organisasi besar seperti korporasi, institusi, atau lembaga-lembaga profit ataupun non profit saja. 

Dalam tataran organisasi terkecil sekalipun seperti keluarga seorang pemimpin rumah tangga bisa mengadopsi cara-cara ini sehingga mampu memberdayakan tim yang ada secara luar biasa. 

Berikut ini adalah lima cara yang digagas oleh Ken Blancard serta Mark Miller melalui buku yang mereka tulis, The Secret.

Pemimpin itu harus melayani (serve), melayani atau serve bukanlah sekadar kata-kata tanpa makna. Serve mengandung beberapa poin penting, yaitu :

I . See The Future

Pemimpin harus mau dan mampu melihat masa depan, juga harus memahami serta memiliki hasrat akan masa depan. Selain itu, seorang pemimpin diharapkan mampu mengajak anggota timnya untuk melihat dan memahami visi bersama. Merupakan tugas utama pemimpin untuk menatap masa depan dan memastikan bahwa hari esok masih ada. 

Oleh karena itu jangan sampai pemimpin hanya berkutat pada hal-hal yang terbatas pada aspek masa kini saja. Hal-hal kecil yang semestinya bisa dikerjakan atau dilakukan sendiri oleh anggota tim haruslah didelegasikan dengan baik. Terlalu sayang apabila seorang pemimpin dengan peranan yang begitu besar justru memfokuskan dirinya pada sesuatu yang sebenarnya bisa didelegasikan kepada anggota tim. 

Meng-handle semua pekerjaan sendiri dengan tanpa mempercayakannnya kepada anggota tim adalah bentuk penyia-nyiaan potensi besar tim kita. Apabila potensi besar tim kita menguap begitu saja, maka disanalah akan menjadi kegagalan pertama seorang pemimpin mengelola timnya.

Sebuah tim umumnya terdiri dari individu-individu dengan latar belakang berbeda serta membawa keunikan potensinya masing-masing. Potensi yang ada inilah yang perlu diatur sedemikian rupa sehingga menemukan kecocokan satu sama lain. Mewujudkan terjadinya sinkronisasi energi melalui prinsip kerja sama dan saling menutupi satu sama lain adalah sebuah keharusan bagi seorang pemimpin untuk memastikan masa depan yang digagasnya bersasama tim bisa tercapai. 

Kebersamaan sangatlah penting bagi sebuah tim sejak memulai langkah awal yaitu mendesain tujuan besar hingga dalam menjalankan langkah demi langkah perwujudan tujuan tim tersebut. Tanpa kehadiran sosok pemimpin yang visioner maka sebuah tim akan kehilangan antusiasmenya untuk terus bertumbuh dan berkembang pada masa-masa mendatang.

II. Engage and Development Other

Melibatkan dan mengembangkan orang lain, merupakan sebuah cara menjadi pemimpin yang melayani. Melayani tidak akan terjadi tanpa adanya sikap melibatkan dan juga mengembangkan segenap anggota tim. Sebuah tim seharusnya bekerja laksana sebuah keluarga yang memiliki ikatan positif satu sama lain. Jangan mengacuhkan anggota tim hanya karena kita menganggap mereka adalah bawahan kita atau menganggap mereka sebagai orang yang cukup menjalankan instruksi kita saja. 

Ada dua aspek yang perlu kita perhatikan disini. Pertama adalah tentang melibatkan anggota tim kita. Dalam hal ini, kita harus menjadi seorang yang bijak dalam memilih. Jangan mendelegasikan sebuah pekerjaan secara sembarangan atau sembrono.

Pemimpin harus memahami bahwa masing-masing pribadi manusia memiliki keunikan, bakat, serta kompetensinya masing-masing. Sebagai pemimpin dengan prinsip melayani, hal-hal seperti kompetensi, bakat, serta keunikan tersebut adalah bagian penting yang dijadikan rujukan untuk memposisikan seseorang agar supaya sesuai bidangnya. The right man in the right place. 

Meski dalam beberapa kesempatan bisa jadi pemimpin harus melakukan trial and error dalam rangka menentukan penugasan anggota tim, hal itu tetaplah harus dilakukan agar supaya harmoniasi didalam tim terjaga. 

Akan tetapi sebaiknya seorang pemimpin melakukan analisa mendetail dan menyeluruh terlebih dahulu sehingga tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Risiko salah menempatkan seorang anggota tim sangatlah besar, dan hal ini umumnya jarang disadari. 

Prinsip utamanya dalam mendesain the right man in the right place adalah bagaimana agar supaya anggota tim kita bekerja tidak hanya sekadar formalitas saja. Akan tetapi mereka juga memiliki antusiasme untuk lebih kreatif memberdayakan otak mereka saat bekerja serta yang terpenting adalah keberdaan hati mereka terhadap pekerjaan yang mereka lakukan tersebut. 

Ketika sudah terjadi keselarasan antara tubuh (body), otak (mind), dan hati (soul) maka pada saat itulah seorang pemimpin disebut berhasil melibatkan anggota tim.

Jangan menjadi pemimpin yang sekadar memanfaatkan tenaga anggota tim saja. Jangan menjadi atasan yang sekadar menikmati jerih payah anggota tim tanpa memberikan imbalan yang sesuai. Jangan menjadi pemimpin yang bertindak seperti seorang pemerah susu tanpa memberikan asupan yang memadai bagi segenap anggota timnya. 

Anggota tim kita perlu untuk ditingkatkan kemampuannyanya, di-upgrade, dan dikembangkan segenap potensi didalam dirinya. Untuk itu sangat penting bagi seorang pemimpin untuk memberi mereka pelatihan, menyiapkan sumber daya pembelajaran yang memadai, serta memberikan mentoring atau bimbingan kepada mereka. 

Mengembangkan anggota tim tidak semata sebagai tindakan balas budi, akan tetapi hal itu sebenarnya merupakan upaya lain dari investasi pada masa mendatang. Memiliki sumber daya manusia berkualitas adalah keuntungan besar yang jarang disadari sebuah organisasi. Padahal sumber daya manusia berkualitas adalah cikal bakal mewujudkan sebuah capaian luar biasa di masa yang akan datang.

III. Reinvent Continuously

Temukan kembali terus-menerus. Cara ini mengandung tiga gagasan penting. Pertama, seorang pemimpin hebat harus memiliki keinginan untuk terus bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dalam aspek pengetahuan, kemampuan, wawasan, kebijaksanaan, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, seorang pemimpin harus terus belajar dan belajar untuk mengembangkan dirinya. 

Seperti kita tahu, satu aspek kepemimpinan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, ing ngarso sung tulodho atau seorang pemimpin haruslah mampu menjadi contoh serta panutan yang baik bagi anak buahnya. Jika perilaku pemimpin dianggap buruk, maka mengharapkan kebaikan perilaku dari anak buah merupakan sebuah kesia-siaan. 

Sehingga, jikalau ada pemimpin yang mendambakan kebaikan perilaku dari anggota timnya maka terlebih hal itu ia harus mencontohkannya. Seorang pemimpin yang giat untuk belajar menjadi contoh yang baik bagi anak buah agar supaya ikut serta mengembangkan dirinya.

Mengapa begitu penting bagi kita untuk terus belajar dan mengembangkan diri? Karena dunia ini terus berkembang dan gagasan-gagasan di masa lalu bisa jadi tidak berlaku lagi sekarang atau pada masa mendatang. Ketiadaan hasrat untuk meng-upgrade diri adalah bentuk kepasrahan diri terhadap arus zaman. Sehingga tidak akan lagi eksistensi kita sebagai pribadi ataupun tim tanpa kemauan untuk betumbuh dan belajar dari waktu ke waktu.

Kedua, seorang pemimpin harus memiliki sensitivitas terhadap cara kerja timnya. Jangan sampai melakukan pekerjaan dengan cara-cara yang tidak efisien, tidak efektif, dan tidak produktif. Konsep untuk selalu bertumbuh dari waktu ke waktu termasuk diantaranya adalah mengembangkan dan memperbaiki metode lama dengan metode baru yang lebih menjanjikan peningkatan produktivitas. 

Budaya untuk melihat peluang perbaikan disegala lini perlu ditanamkan oleh seorang pemimpin kepada anak buahnya, bahkan mulai dari hal-hal yang kecil. Jangan sampai kita terjebak dalam status quo tanpa mempertanyakan apakah yang saat ini dilakukan sudah benar-benar optimal ataukah masih ada celah untuk melakukan perbaikan. Ibarat pertandingan Moto GP, raihan waktu untuk sekali putaran barangkali mencapai 1 menit 30 detik mungkin bisa dikatakan sebagai capaian yang bagus. Akan tetapi tim balap Moto GP akan terus mengupayakan agar capaian itu bisa diperbaiki hingga mendapatkan waktu 1 menit 29 detik atau bahkan lebih cepat lagi untuk sekali putaran. 

Menemukan yang lebih baik lagi di masa-masa mendatang. Prinsip better lebih tepat dipergunakan daripada best. Better membuat kita terpacu untuk mencari solusi yang lebih baik dari waktu ke waktu. Sedangkan best cenderung membuat kita berpuas diri yang pada akhirnya kehilangan hasrat untuk bertumbuh.

Ketiga, menemukan komposisi tim yang sesuai untuk mendukung kinerja tim sehingga bisa secara optimal menjalankan setiap pekerjaan yang ada, karena terkadang komposisi tim seperti struktur organisasi berpotensi membatasi efektivitas kerjasama tim. Sehingga tidak perlu adanya penyakralan struktur dalam sebuah organisasi. Harapannya adalah kemampuan tim bisa tereksplorasi secara maksimal tanpa banyak ruang yang membatasinya. Pada akhirnya bertumbuh adalah sebuah keharusan yang mesti dilakukan semua tim yang ingin menjaga eksistensinya.

IV. Value Result and Relationship

Menghargai hasil dan relasi adalah sebuah cara pandang seorang pemimpin yang mengutamakan hasil sebagai sesuatu yang paling diharapkan. Sebuah tim yang berkompetisi mengharapkan hasil maksimal sebagai juara. Sebuah tim sepakbola yang berkompetisi ingin memenangi gelar. 

Sebuah perusahaan yang berkompetisi dengan perusahaan sejenis lainnya menginginkan menjadi pemenang persaingan pasar. Setiap pemimpin tentu memiliki hasrat untuk mendapatkan hasil terbaik dari usaha serta kinerjanya. 

Harapan itulah yang perlu untuk ditanamkan kepada anggota timnya sehingga hasil akhir juga menjadi perhatian penting semua anggota tim.

Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam peranan kita sebagai pemimpin. Bahwa kita berhubungan dan berkomunikasi dengan manusia yang memiliki emosi dan juga pemikiran. 

Agar dapat menjalankan peranan kita sebagai pemimpin dengan baik maka sangat penting sekali untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara pemimpin dengan anggota tim. Relasi adalah bagian penting dalam sebuah kepemimpinan.

Membangkitkan antusiasme anggota tim hanya akan bisa dilakukan oleh pemimpin jikalau mereka mendapatkan respect dan rasa hormat dari anggota timnya. 

Untuk membangun hubungan yang baik antara pimpinan dan anak buah penting sekali bagi seorang pemimpin memiliki keterampilan berempati terhadap orang lain. Pemimpin harus mampu mendengar dan merendah dalam beberapa kesempatan agar anggota timnya berkenan untuk membuka diri kepadanya. 

Satu prinsip penting dalam membangun relasi adalah bahwa orang tidak akan peduli berapa banyak kita tahu, sampai mereka tahu berapa banyak kita peduli kepada mereka. Oleh karena itu seorang pemimpin hendaknya menaruh kepedulian terhadap hal-hal lain diluar pekerjaan terhadap anggota timnya. 

Anggota tim kita harus tahu bahwa pemimpin mereka bukanlah sosok yang memanfaatkan tenaga mereka, namun pemimpin mereka adalah bagian dari keluarga yang senantiasa ada untuk membantu mereka dikala mengalami kesulitan.

V. Embody the Values

Seorang pemimpin sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan dari anak buahnya. Adanya kepercayaan membuat seorang anggota tim bersedia mendedikasikan dirinya sepenuhnya pada tim karena ia yakin dan percaya bahwa pemimpinnya menjaminkan sesuatu yang baik bagi dirinya. 

Kepercayaan adalah bentuk keyakinan bahwa adanya seorang pemimpin menjadi garansi kenyamanan serta keamanan dirinya untuk bekerja. Sehingga potensi anggota tim bisa tereksplorasi secara optimal.

Kepemimpinan sejati dibangun dari kepercayaan. Dan kepercayaan akan diperoleh apabila seorang pemimpin secara konsisten menghidupi nilai-nilai yang diyakininya. Sikap dan perbuatan seorang pemimpin harus merepresentasikan falsafah hidup yang dipercayainya. 

Ketika pemimpin mengatakan bahwa komitmen adalah keharusan, maka sebelum itu ia harus mengartikan komitmen tersebut dalam tindakan nyata dan terus-menerus mengimplementasikannya. 

Dengan kata lain, pemimpin harus walk the talk. Menjalankan apa yang ia katakan, bukanlah sekadar omong kosog saja. Pemimpin harus membangun integritasnya dihadapan para anggota tim, dengan demikian ia layak menjadi sosok yang dipercaya.

Memimpin pada hakikatnya harus melibatkan hati yang tulus dengan niatan melayani segenap anggota tim. Dengan menjadi pemimpin yang melayani, maka fungsi kepemimpinan akan berjalan pada track yang semestinya. Selain itu, pemimpin yang melayani akan memberikan garansi kenyamanan bagi siapapun yang berada di dekatnya.

Salam hangat,

Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun