Ada dua aspek yang perlu kita perhatikan disini. Pertama adalah tentang melibatkan anggota tim kita. Dalam hal ini, kita harus menjadi seorang yang bijak dalam memilih. Jangan mendelegasikan sebuah pekerjaan secara sembarangan atau sembrono.
Pemimpin harus memahami bahwa masing-masing pribadi manusia memiliki keunikan, bakat, serta kompetensinya masing-masing. Sebagai pemimpin dengan prinsip melayani, hal-hal seperti kompetensi, bakat, serta keunikan tersebut adalah bagian penting yang dijadikan rujukan untuk memposisikan seseorang agar supaya sesuai bidangnya. The right man in the right place.Â
Meski dalam beberapa kesempatan bisa jadi pemimpin harus melakukan trial and error dalam rangka menentukan penugasan anggota tim, hal itu tetaplah harus dilakukan agar supaya harmoniasi didalam tim terjaga.Â
Akan tetapi sebaiknya seorang pemimpin melakukan analisa mendetail dan menyeluruh terlebih dahulu sehingga tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Risiko salah menempatkan seorang anggota tim sangatlah besar, dan hal ini umumnya jarang disadari.Â
Prinsip utamanya dalam mendesain the right man in the right place adalah bagaimana agar supaya anggota tim kita bekerja tidak hanya sekadar formalitas saja. Akan tetapi mereka juga memiliki antusiasme untuk lebih kreatif memberdayakan otak mereka saat bekerja serta yang terpenting adalah keberdaan hati mereka terhadap pekerjaan yang mereka lakukan tersebut.Â
Ketika sudah terjadi keselarasan antara tubuh (body), otak (mind), dan hati (soul) maka pada saat itulah seorang pemimpin disebut berhasil melibatkan anggota tim.
Jangan menjadi pemimpin yang sekadar memanfaatkan tenaga anggota tim saja. Jangan menjadi atasan yang sekadar menikmati jerih payah anggota tim tanpa memberikan imbalan yang sesuai. Jangan menjadi pemimpin yang bertindak seperti seorang pemerah susu tanpa memberikan asupan yang memadai bagi segenap anggota timnya.Â
Anggota tim kita perlu untuk ditingkatkan kemampuannyanya, di-upgrade, dan dikembangkan segenap potensi didalam dirinya. Untuk itu sangat penting bagi seorang pemimpin untuk memberi mereka pelatihan, menyiapkan sumber daya pembelajaran yang memadai, serta memberikan mentoring atau bimbingan kepada mereka.Â
Mengembangkan anggota tim tidak semata sebagai tindakan balas budi, akan tetapi hal itu sebenarnya merupakan upaya lain dari investasi pada masa mendatang. Memiliki sumber daya manusia berkualitas adalah keuntungan besar yang jarang disadari sebuah organisasi. Padahal sumber daya manusia berkualitas adalah cikal bakal mewujudkan sebuah capaian luar biasa di masa yang akan datang.
III. Reinvent Continuously
Temukan kembali terus-menerus. Cara ini mengandung tiga gagasan penting. Pertama, seorang pemimpin hebat harus memiliki keinginan untuk terus bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dalam aspek pengetahuan, kemampuan, wawasan, kebijaksanaan, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, seorang pemimpin harus terus belajar dan belajar untuk mengembangkan dirinya.Â
Seperti kita tahu, satu aspek kepemimpinan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, ing ngarso sung tulodho atau seorang pemimpin haruslah mampu menjadi contoh serta panutan yang baik bagi anak buahnya. Jika perilaku pemimpin dianggap buruk, maka mengharapkan kebaikan perilaku dari anak buah merupakan sebuah kesia-siaan.Â