Yang muda yang berkarya. Young on top. Succes before 30. Beberapa istilah yang mungkin sudah tidak asing di telinga. Kita semua sepakat bahwa anak muda itu harus mampu berbuat lebih dan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Jika kita menapak tilas sejarah masa lalu, para anak muda senantiasa menduduki peranan penting dalam peradaban.Â
Mungkin kita ingat tentang sejarah sumpah pemuda yang menggelorakan semangat kemerdekaan Bangsa Indonesia pada masa-masa itu. Bahkan sebuah nasihat luar biasa mengatakan bahwa kita harus bisa memanfaatkan waktu muda sebelum datangnya waktu tua. Semua ini mengindikasikan betapa berharganya sosok anak muda dalam mengkreasi sebuah era.Â
Bung Karno sampai pernah berkata, "Beri aku sepuluh pemuda, maka akan ku goncangkan dunia!". Sebuah pernyataan yang disampaikan oleh bapak proklamator ini tentulah bukanlah pernyataan yang sembarangan. Pasti ada keyakinan besar tentang arti penting anak muda dibalik statement yang beliau sampaikan itu.
Anak muda dapat menunjukkan eksistensinya dalam segenap bidang kehidupan. Politik, sosial, budaya, teknologi, hingga industri sekalipun merupakan ranah-ranah yang tidak asing untuk ditaklukkan para anak muda.Â
Marc Zuckerberg merilis facebook diusianya yang masih sekitar 20 tahun, Sandiaga Uno memulai kisah sukses bisnisnya pada usia tidak jauh dari 30 tahun, Chaerul Tanjung bahkan menjalankan bisnis sejak masih menempuh perkuliahan di Universitas Indonesia, Elang Gumilang pengusaha muda bidang properti, dan masih banyak lagi yang lain. Orang-orang hebat ternyata tidak menunggu tua untuk menciptakan kisah hebat dalam hidupnya.Â
Jika sekarang kita banyak melihat orang-orang besar hidup mapan di usianya yang senior, kita tetap tidak boleh lupa bahwa langkah pertama mereka justru dimulai ketika mereka masih berstatus sebagai anak muda.
Era Industri 4.0
Di era industri 4.0 ini saya yakin tidak sedikit yang mengenal Go-Jek, Bukalapak, atau tokopedia. Bisa dibilang merekalah pemain besar start up teknologi tanah air yang kini semakin digandrungi. Sebagaimana diketahui, Go-Jek begitu identik dengan Nadiem Makarim, Bukalapak identik dengan Achmad Zaky, dan Tokopedia identik dengan William Tanuwijaya.Â
Namun, kejayaan Go-Jek, Bukalapak, ataupun Tokopedia tidak semata-mata karena mereka saja. Meski kita tahu bahwa Nadiem, Zaky, ataupun William adalah anak muda yang luar biasa akan tetapi mereka tetap saja membutuhkan dukungan dari orang lain.Â
Mereka butuh tim yang mendukung kinerja mereka, men-support ide-ide brilian mereka, dan yang pasti menjadi penerjemah atas gagasan-gagasan luar biasa yang lahir dari rahim pemikiran mereka. Disinilah pentingnya sebuah kolaborasi.Â
Ketika sumpah pemuda mempertemukan dan mempersatukan para pemuda dimasa lalu dengan semangat yang sama menuju kemerdekaan, hal serupa juga harus dimiliki oleh para anak muda masa kini untuk saling bersinergi satu sama lain demi melahirkan sebuah capaian luar biasa di masa yang akan datang. Era industri 4.0 adalah kesempatan besar generasi muda saat ini, generasi milenial, untuk menunjukkan tajinya.Â
Kompleksitas era industri 4.0 tidak bisa dianggap remeh, kebutuhan akan skill yang bervariasi (multi skill) adalah syarat penting menuju eksistensi. Go-Jek apabila hanya didukung oleh orang-orang yang mahir di bidang teknologi saja tapi miskin kreativitas maka tidak akan bisa berkembang seperti sekarang. Begitu pula yang terjadi dengan Bukalapak , Tokopedia, ataupun perusahaan sukses bidang teknologi lain.Â
Jika kita pernah menonton film social network yang berkisah tentang perjalanan terciptanya facebook, disana kita bisa melihat bahwa Marc Zuckerberg tidaklah berjuang sendiri. Ada rekan-rekan lain yang ikut memberikan sumbangsih dalam memajukan facebook. Semangat kolaborasi tidak akan bisa dipisahkan menuju eksistensi di dunia industri.
Dari kegiatan-kegiatan itu biasanya mahasiswa lintas jurusan saling berbaur satu sama lain untuk mempertemukan ide mereka mewujudkan sebuah bisnis.Â
Semangat kolaborasi sudah dimulai disini. Saya kira sudah cukup banyak enterpreneur muda yang lahir dari dunia kampus melalui semangat kolaborasi ini. Dengan semakin terkoneksinya setiap orang melalui jejaring sosial facebook, twitter, instagram, dan lain-lain sebenarnya konsep kolaborasi yang pernah berhasil dijalankan di dunia kampus ini semestinya juga bisa diadopsi.Â
Seseorang yang tinggal disuatu daerah tidak menutup kemungkinan untuk saling bekerjasama dan berkolaborasi  mengkreasi hal-hal baru di bidang industri.Â
Forum-forum komunitas bisa menjadi cikal bakal lahirnya orang-orang hebat baru seperti halnya Nadiem Makariem, William Tanuwijaya, Sandiaga Uno, dan masih banyak lagi yang lainnya. Berkolaborasi adalah satu kunci penting yang mesti dimiliki oleh siapapun yang ingin meninggalkan jejak luar biasa dalam hidupnya.
Sebagai generasi muda dan anak milenial yang hidup di era industri 4.0, sudah saatnya kita menunjukkan taji kita di masa ini. Mari kita temukan rekan-rekan hebat diluar sana untuk saling berkolaborasi, bersinergi, dan bersatu menciptakan gagasan hebat yang bisa mengangkat harkat, martabat, dan derajat kita sebagai bangsa Indonesia.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H