Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Perlukah "Pressure" dalam Pekerjaan?

13 Februari 2019   16:01 Diperbarui: 13 Februari 2019   21:25 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh ekstremnya seperti seseorang yang dihadapkan pada dua pilihan antara melompati jurang yang dalam atau berdiam diri dengan risiko dimangsa hewan buas, maka ia akan memilih satu di antaranya yang memberi peluang hidup lebih besar.

Otak kita memiliki kecenderungan untuk berada pada kondisi paling aman dan nyaman, sedang-sedang saja, dan terhindar dari segala bentuk kemungkinan mengeluarkan effort lebih. Contohnya adalah pada saat kita melihat orang lain memperoleh penghargaan dalam suatu bidang, sebenarnya didalam diri kita ada dorongan untuk menginginkan hal serupa.

Akan tetapi di sisi lain diri kita juga ada bisikan untuk tidak perlu susah-susah melakukan hal itu karena kondisi sekarang sudah "cukup" nyaman dan aman untuk dijalani. 

Bisikan dari sisi lain diri kita itu mungkin juga akan menyampaikan beberapa argumen lain jikalau kita ingin memperoleh penghargaan sebagaimana yang didapatkan orang lain itu seperti adanya kemungkinan menyita waktu bersantai kita, menambah pekerjaan, dan sejenisnya.

Intinya adalah terjadi perlawanan didalam diri yang selalu berupaya untuk membawa diri kita berada pada level standar saja. Menurut Seth Godin resistansi ini disebabkan oleh otak reptil yang ada didalam jaringan kepala kita.

Otak resistansi membawa kita pada situasi serba standar dengan capaian yang biasa-biasa saja. Asal bisa hidup, asal tetap eksis, yang penting tidak rugi, dan sejenisnya. 

Otak resistansi ini memiliki kemampuan sangat kuat dalam menjaga eksistensinya. Sehingga tidak mengherankan kalau ada begitu banyak dari kita yang nyaman menikmati situasi dan kondisi serba standar.

Otak resistansi ini akan tergerak ketika ia diusik sesuatu yang mengganggu sistem kenyamanannya, yaitu ia tetap berada pada mode standar nyaman ataukah ia bergerak dengan luar biasa akibat adanya kondisi yang "memaksanya" berada dalam situasi pilihan "hidup atau mati".

Pendekatan yang dilakukan oleh banyak organisasi dengan "mengumumkan" bahwa mereka adalah sebuah tempat yang memiliki pressure bisa dikatakan sebagai pendekatan yang menyentuh sisi otak resistansi ini. Para pekerja, karyawan, atau anggota tim dibuat berada dalam situasi yang terdesak agar bisa mengeluarkan potensinya menghadapi tantangan.

Sayangnya, ada satu hal penting yang dilupakan di sini. Otak resistansi hanya bekerja secara luar biasa tatkala dihadapkan pada situasi "hidup atau mati". Sedangkan dalam pekerjaan situasi seperti ini sebenarnya tidak ada. 

Ketika seorang karyawan atau pekerja dihadapkan pada pressure tinggi, pada dasarnya mereka hanya menghadapi potensi memperoleh penghargaan, mendapatkan cacian atau hujatan, atau yang paling buruk adalah pemutusan hubungan kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun