Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker & Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ekspresi Kemarahan Tanpa Amarah

11 Februari 2019   13:58 Diperbarui: 3 Oktober 2021   15:30 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : www.scriptmag.com

Presiden menuliskan surat dengan isi yang begitu kasar, penuh kecaman keras, dan sangat menjatuhkan harga diri sang komandan pasukan. Apakah kemudian kemarahan Presiden Lincoln ini berdampak baik terhadap kedamaian disana?

Kenyataan yang diketahui beberapa tahun setelah Presiden Lincoln wafat, surat berisi kecaman kepada sang komandan itu ternyata masih ada di balik tumpukan berkas di ruang kerjanya. 

Surat itu tidak pernah dikirimkan oleh Presiden Lincoln kepada komandan pasukan yang telah memantik kemarahan besarnya itu.

Yang kita tahu saat ini, Presiden Lincoln dikenal sebagai sosok luar biasa yang berhasil menghapus perbudakan di Amerika Serikat. 

Kepemimpinannya yang luar biasa telah memberikan banyak inspirasi untuk dipelajarai, dan salah satunya adalah tentang bagaimana ia mengekspresikan kemarahan yang dialaminya secara tepat.

Emosi marah memiliki efek buruk hanya ketika ia diluapkan, diekspresikan, atau disampaikan kepada orang lain yang menerimanya secara langsung ataupun tidak langsung. 

Bagaimana jika ekspresi kemarahan itu tidak pernah sampai kepada orang lain? Tentu efek dari kemarahan itu tidak akan pernah ada. Jika ekspresi kemarahan itu tidak pernah disampaikan, bagaimana seseorang bisa tahu kita kecewa atau tidak puas terhadap apa yang mereka lakukan?

Justru inilah yang sebaiknya terjadi. Luapan kemarahan bukanlah cara terbaik untuk membuat seseorang memperbaiki dirinya. 

Bagaimana seseorang bisa tahu dirinya bersalah atau tidak apabila ia tidak menerima dampak dari kesalahannya itu? Disinilah pentingnya membangun budaya kerja yang egaliter, terbuka, bersahabat, dan menjunjung tinggi keamanan psikologis segenap anggota tim.

Apabila kondusifitas kerja terjaga, keamanan psikologis tercipta, dan kejujuran tidak lagi menimbulkan ancaman maka sekecil apapun kesalahan akan dengan mudah diakui dan disadari oleh pelakunya. 

Charles Duhigg dalam bukunya Smarter, Faster, Better menyampaikan sebuah hasil kajian bahwa kejujuran ditempat kerja meningkat drastis seiring kemanan psikologis yang terjadi didalamnya. Google adalah salah satu perusahaan yang terbukti berhasil menerapkan konsep ini kepada segenap anggota timnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun