Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahkota Kemuliaan #2 : Sembilan Bulan yang Menentukan

27 Desember 2016   21:12 Diperbarui: 27 Desember 2016   21:14 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selama sembilan bulan kita berada di dalam rahim ibu kita dan sepenuhnya menggantungkan hidup kita kepadanya tanpa bisa berbuat sekehendak diri kita sendiri. Kita bahkan tidak menyadari tentang dimana kita berada saat itu, siapa diri kita, dan apa yang harus kita lakukan. Bisa kita bayangkan betapa sulitnya perjuangan ibu kita tatkala tengah mengandung diri kita. Begitu banyak pantangan yang harus ibu kita perhatikan, sehingga beliau seringkali harus merelakan hal-hal yang menjadi kesukaannya terabaikan. 

Seorang ibu yang begitu enerjik dalam kesehariannya mungkin harus lebih membatasi dirinya dalam beraktivitas dikala hamil, tujuannya adalah agar kondisi kandungannya tetap terjaga. Seorang ibu yang memiliki kegemaran berolah raga mungkin selama masa kehamilannya harus bersabar dengan mengurangi porsi aktivitas olahraga yang selama ini dilakukan. 

Beberapa kegemaran akan makanan tertentu terkadang harus dilupakan untuk sementara waktu demi terjaganya kesehatan calon buah hati. Begitu banyak pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh seorang ibu selama masa kehamilannya. Luar biasanya, ibu kita mampu melakukan itu semua hanya demi diri kita.

Betapa repotnya seorang ibu dalam menjaga kandungannya. Menghindari sekian banyak pantangan selama masa kehamilan, atau adanya keharusan mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu untuk kesehatan ibu hamil adalah sesuatu yang harus terus-menerus diperhatikan olehnya. Apabila beberapa hal tersebut diabaikan maka konsekuensi negatif bisa saja terjadi, dan yang terburuk tentu saja keguguran. Hari-hari penuh keterbatasan akan ibu kita jalani selama mengandung diri kita, terlebih ketika mendekati masa kelahiran. 

Tubuh yang semakin tidak leluasa bergerak akibat perut yang semakin membesar, makanan yang tidak bisa sembarangan dikonsumsi, posisi tidur yang tidak boleh asal-asalan, dan hampir dalam segala hal harus lebih berhati-hati dan menjaga diri. Belum lagi kemungkinan adanya sikap protektif dari suami yang ingin memastikan kesehatan kandungannya selalu terjaga dengan baik. Selama sembilan bulan mengandung diri kita, ibu akan menjadi sosok yang lebih “bekerja keras” daripada biasanya. 

Kebetulan saya memiliki rekan kerja seorang ibu yang tengah hamil. Beberapa kali beliau harus merelakan diri untuk tidak masuk kerja dan harus opname ke rumah sakit karena kondisi kandungannya. Sudah beberapa kali teman kerja saya tersebut harus menjalani opname karena ada beberapa masalah pada kandungan yang dialaminya. Coba kita pikirkan, betapa beratnya mengemban amanah sebagai seorang ibu!

Begitu banyak kemungkinan yang berisiko terhadap kondisi kandungan ibu menjadikan sikap dari ibu kita atau orang-orang di sekitarnya lebih protektif. Mungkin dari sang suami, dan tidak jarang  dari pihak keluarga lainnya seperti orang tua maupun mertua. Bahkan karena adanya perlakuan yang “spesial” dari anggota keluarga lain ini terkadang ibu kita semakin terbatasi aktivitasnya. Melakukan ini tidak boleh, melakukan itu juga tidak boleh. Begitu banyak sesuatu yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan. 

Namun bagaimanapun juga seorang ibu pada akhirnya tetap akan mengalah dengan segala kondisi tersebut karena harapan besarnya untuk melihat sang buah hati lahir dalam keadaan baik dan tidak kurang sesuatu apapun. Sangat wajar kiranya jikalau seorang ibu, sang suami, ataupun anggota kaluarga lain khawatir akan kondisi kandungan dan kesehatan dari sang jabang bayi. Semuanya berharap yang terbaik untuk kondisi dari calon anggota kaluarga barunya.

Di dalam kandungan ibu, kita menjalani beberapa fase kehidupan. Sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala  telah menyampaikan tahapan “terbentuknya” diri kita di dalam tubuh (rahim) seorang ibu. Subhanallah, ibu kita menjadi “wadah” dari keajaiban Allah Subhanahu Wata’ala dalam penciptaan setiap manusia.

Dia menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam) kemudian darinya Dia ciptakan pasangannya dan dia menurunkan delapan pasang hewan ternak untukmu. Dia menciptakan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang( berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang memiliki kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapa kamu dapat dipalingkan?”{ Q.S. Az-Zumar : 6 }.

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian dari air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucil Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”{Q.S. Al-Mu’minun : 12-14}.

Kita terus tumbuh dari sejak pertama kali tubuh kita mulai terbentuk di dalam rahim ibu hingga selama sembilan bulan lamanya saat kita dilahirkan ke dunia ini. Tidak ada seorangpun yang pernah mengingat apa saja yang mereka alami selama berada di dalam perut ibunya, di alam kandungan. Dalam periode kehamilan ini terdapat satu hal yang hampir selalu terjadi setiap kali seorang ibu mengandung anak-anaknya. Sebuah fenomena yang dikenal dengan “ngidam”. Ibu hamil identik dengan ngidam. Ngidam itu terkait dengan keinginan dari seorang ibu akan hal-hal tertentu, mulai dari hal-hal yang sederhana atau biasa-biasa saja sampai dengan hal-hal yang aneh dan diluar kebiasaan. 

Seorang ibu hamil yang tengah mengidam dalam kehidupannya yang biasa barangkali sangat tidak menyukai makanan asam-asam, akan tetapi ketika ibu tersebut hamil maka keinginan untuk mengonsumsi makanan asam bisa seketika muncul begitu saja. Seorang ibu yang ngidam kadangkala meminta hal-hal yang aneh-aneh kepada suaminya, seperti misalnya ingin memakan buah mangga yang dipetik langsung dari pohonnya oleh suaminya sendiri atau harus diperoleh khusus dari tempat-tempat tertentu, terkadang ibu yang tengah ngidam merasa eneg saat makan ketika melihat suaminya sendiri, dan masih banyak lagi “keunikan” yang muncul dari seorang ibu yang tengah hamil dan mengidamkan sesuatu hal. Bisa kita bayangkan betapa sebenarnya diri kita ini sangat merepotkan orang tua kita. 

Ibu kita menjadi seseorang yang menginginkan banyak hal-hal unik atau aneh yang tidak jarang keunikan dan keanehan tersebut berimbas juga kepada orang lain, khususnya kepada suami dari ibu atau ayah kita. Mungkin kita hanya akan tertawa ketika mendengar cerita dari ibu ataupun ayah kita ketika masa-masa kehamilan dimana saat itu ibu kita ngidam sesuatu yang aneh-aneh. Hal ini bisa terjadi sembilan bulan lamanya, meskipun tentu tidak setiap hari terjadi dalam periode sembilan bulan masa kehamilan tersebut.

Kita patut berterima kasih kepada ibu kita atas jerih payahnya dalam megandung diri kita. Sembilan bulan bukanlah waktu yang sebentar bagi setiap orang yang harus membatasi dirinya akan banyak hal. Bertahan dan menahan diri untuk menikmati lezatnya beberapa jenis makanan atau minuman (yang halal tentunya), kedisiplinan tinggi untuk senantiasa memperhatikan asupan nutrisi yang baik, ataupun membatasi diri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari mengingat seorang perempuan yang tengah mengandung tidak disarankan untuk melakukan pekerjaan atau olah raga berat. Puncak dari perjuangan seorang ibu yang tengah mengandung tidak lain adalah pada saat beliau melahirkan. Tidak jarang seorang ibu harus berjuang melawan maut tatkala melalui proses ini.

Banyak dari prosesi kelahiran yang dilakukan secara normal, dan selama proses kelahiran tersebut dilakukan kita mungkin tidak bisa membayangkan betapa beratnya perjuangan ibu kita saat itu. Menahan nyeri dan sakit, rasa lelah yang menghinggapi, dan lain sebagainya. Saya mungkin tidak tahu seperti apa rasa sakit yang dialami oleh seorang ibu ketika melahirkan, namun coba kita tanyakan kepada ibu kita masing-masing tentang seberapa beratkah prosesi persailnan itu dilakukan. 

Saya berani menjamin bahwa perjuangan seorang ibu tatkala melahirkan kita sungguh luar biasa berat. Oleh karena itulah Rasullullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sampai mengatakan bahwa seorang perempuan yang meninggal dunia karena melahirkan dikategorikan sebagai seorang yang syahid di jalan Allah Subhanahu Wata’ala. Subhanallah.

Ada seorang penduduk Yaman yang tengah melakukan thawaf sambil menggendong ibunya bertanya kepada sahabat Umar bin Khatab,

Orang Yaman tersebut berkata, “Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab,”Belum, walaupun setarik nafas yang beliau keluarkan saat melahirkan.”

Betapa mulianya ibu kita dengan segenap perjuangan yang beliau lakukan. Mengandung kita selama sembilan bulan dan melahirkan kita ke dunia ini dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun