Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahkota Kemuliaan #2 : Sembilan Bulan yang Menentukan

27 Desember 2016   21:12 Diperbarui: 27 Desember 2016   21:14 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita terus tumbuh dari sejak pertama kali tubuh kita mulai terbentuk di dalam rahim ibu hingga selama sembilan bulan lamanya saat kita dilahirkan ke dunia ini. Tidak ada seorangpun yang pernah mengingat apa saja yang mereka alami selama berada di dalam perut ibunya, di alam kandungan. Dalam periode kehamilan ini terdapat satu hal yang hampir selalu terjadi setiap kali seorang ibu mengandung anak-anaknya. Sebuah fenomena yang dikenal dengan “ngidam”. Ibu hamil identik dengan ngidam. Ngidam itu terkait dengan keinginan dari seorang ibu akan hal-hal tertentu, mulai dari hal-hal yang sederhana atau biasa-biasa saja sampai dengan hal-hal yang aneh dan diluar kebiasaan. 

Seorang ibu hamil yang tengah mengidam dalam kehidupannya yang biasa barangkali sangat tidak menyukai makanan asam-asam, akan tetapi ketika ibu tersebut hamil maka keinginan untuk mengonsumsi makanan asam bisa seketika muncul begitu saja. Seorang ibu yang ngidam kadangkala meminta hal-hal yang aneh-aneh kepada suaminya, seperti misalnya ingin memakan buah mangga yang dipetik langsung dari pohonnya oleh suaminya sendiri atau harus diperoleh khusus dari tempat-tempat tertentu, terkadang ibu yang tengah ngidam merasa eneg saat makan ketika melihat suaminya sendiri, dan masih banyak lagi “keunikan” yang muncul dari seorang ibu yang tengah hamil dan mengidamkan sesuatu hal. Bisa kita bayangkan betapa sebenarnya diri kita ini sangat merepotkan orang tua kita. 

Ibu kita menjadi seseorang yang menginginkan banyak hal-hal unik atau aneh yang tidak jarang keunikan dan keanehan tersebut berimbas juga kepada orang lain, khususnya kepada suami dari ibu atau ayah kita. Mungkin kita hanya akan tertawa ketika mendengar cerita dari ibu ataupun ayah kita ketika masa-masa kehamilan dimana saat itu ibu kita ngidam sesuatu yang aneh-aneh. Hal ini bisa terjadi sembilan bulan lamanya, meskipun tentu tidak setiap hari terjadi dalam periode sembilan bulan masa kehamilan tersebut.

Kita patut berterima kasih kepada ibu kita atas jerih payahnya dalam megandung diri kita. Sembilan bulan bukanlah waktu yang sebentar bagi setiap orang yang harus membatasi dirinya akan banyak hal. Bertahan dan menahan diri untuk menikmati lezatnya beberapa jenis makanan atau minuman (yang halal tentunya), kedisiplinan tinggi untuk senantiasa memperhatikan asupan nutrisi yang baik, ataupun membatasi diri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari mengingat seorang perempuan yang tengah mengandung tidak disarankan untuk melakukan pekerjaan atau olah raga berat. Puncak dari perjuangan seorang ibu yang tengah mengandung tidak lain adalah pada saat beliau melahirkan. Tidak jarang seorang ibu harus berjuang melawan maut tatkala melalui proses ini.

Banyak dari prosesi kelahiran yang dilakukan secara normal, dan selama proses kelahiran tersebut dilakukan kita mungkin tidak bisa membayangkan betapa beratnya perjuangan ibu kita saat itu. Menahan nyeri dan sakit, rasa lelah yang menghinggapi, dan lain sebagainya. Saya mungkin tidak tahu seperti apa rasa sakit yang dialami oleh seorang ibu ketika melahirkan, namun coba kita tanyakan kepada ibu kita masing-masing tentang seberapa beratkah prosesi persailnan itu dilakukan. 

Saya berani menjamin bahwa perjuangan seorang ibu tatkala melahirkan kita sungguh luar biasa berat. Oleh karena itulah Rasullullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sampai mengatakan bahwa seorang perempuan yang meninggal dunia karena melahirkan dikategorikan sebagai seorang yang syahid di jalan Allah Subhanahu Wata’ala. Subhanallah.

Ada seorang penduduk Yaman yang tengah melakukan thawaf sambil menggendong ibunya bertanya kepada sahabat Umar bin Khatab,

Orang Yaman tersebut berkata, “Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab,”Belum, walaupun setarik nafas yang beliau keluarkan saat melahirkan.”

Betapa mulianya ibu kita dengan segenap perjuangan yang beliau lakukan. Mengandung kita selama sembilan bulan dan melahirkan kita ke dunia ini dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun