Kejujuran itu mahal harganya. Pasti. Siapa yang berani bersikap jujur maka dia pantas untuk diberi acungan jempol. Siapa yang berani jujur adalah orang hebat. Berani jujur hebat! Jujur itu tidak sebatas hanya pada ucapan saja, tetapi juga pemikiran dan tindakan hendaknya dilandasi dengan sikap jujur ini. Bagaimanapun juga, pemikiran adalah hal mendasar yang menjadi awal mula perkataan dan tindakan setiap orang. Berorientasi pada kejujuran akan membuat setiap pribadi mengupayakan sebaik mungkin cara-cara dan langkah-langkah yang akan ditempuh guna meraih suatu tujuan. Bagaimana supaya bisa mendapatkan hasil yang baik dengan cara yang baik. Inilah konsep dasarnya. Apabila orientasi yang kita miliki dalam menggapai setiap tujuan didasarkan pada kejujuran, maka tidak akan lagi kita temukan para pelajar yang mencontek di setiap ujian kenaikan kelas, tidak akan ada lagi pejabat yang menerima suap dalam mengerjakan tugasnya, dan tidak ada lagi karyawan yang mengumbar kebohongan hanya untuk mendapatkan keuntungan dan penghargaan dari atasannya. Keinginan seseorang untuk berhasil mencapai suatu tujuan tertentu sering kiranya disalahartikan dengan perlunya menghalalkan segala cara agar tujuan tersebut bisa diwujudkan. Seorang calon pejabat pemerintah rela melakukan politik uang untuk memikat hati pemilih, para pengusaha rela memberikan sogokan agar bisa memenangi tender proyek, seorang calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) rela membayar sejumlah uang ke beberapa oknum agar terwujud keinginannya menjadi PNS, seorang karyawan perusahaan bagian pembelian (purchasing) yang melakukan kong kalikong dengan pihak luar demi mengeruk keuntungan bagi dirinya sendiri, serta masih banyak lagi yang lainnya. Semua perilaku ini disebabkan oleh terlalu berambisinya seseorang dalam meraih suatu tujuan dalam bidang profesinya, sehingga ia akan berbuat apapun dan bagaimanapun caranya untuk meraih hal itu. Pada akhirnya yang terjadi adalah semakin mewabahnya sikap dan perilaku tidak jujur dalam lingkungan kehidupan kita.
Coba kita perhatikan beberapa orang calon PNS yang membayar uang sogokan untuk bisa diterima menjadi PNS di sebuah institusi pemerintah. Orang tersebut mungkin sebenarnya tidak memiliki kompetensi yang layak dalam menempati jabatan tertentu sebagai PNS. Namun karena adanya uang sogokan, maka kemungkinan orang tersebut untuk menyingkirkan para pesaingnya dengan kemampuan yang lebih mumpuni menjadi jauh lebih besar. Mereka yang bersikap jujur dalam meraih tujuannya seringkali mendapatkan perlakuan tidak adil. Hal inilah kiranya yang memunculkan ungkapan SIAPA YANG JUJUR, HANCUR! Seolah-olah ada sebuah legalisasi terhadap suatu ketidakjujuran.
Di dunia kerja, kita akan menjumpai orang-orang yang suka mencari perhatian dari atasannya. Seperti sebuah pengalaman dari seorang teman, sebut saja namanya Ahmad, beberapa tahun lalu. Pada saat itu Ahmad adalah seorang karyawan baru yang baru saja lulus dari kuliahnya (fresh graduate). Ia diterima bekerja di salah satu perusahaan manufaktur ternama di Jawa Timur sebagai staf bagian produksi. Ahmad adalah seorang pribadi yang tergolong cerdas dan cakap dalam bekerja. Suatu ketika, ia diminta untuk membuatkan laporan terkait produksi oleh Kepala Bagiannya.
“Pak Ahmad, Tolong saya dibuatkan laporan hasil produksi bulan ini dan beberapa bulan sebelumnya karena akan saya pakai untuk bahan meeting!” Seru bapak Kepala Bagian.
“Iya, Pak. Akan segera saya buatkan.” Ahmad menyanggupi perintah dari atasannya.
Butuh kerja keras dan waktu yang tidak sebentar untuk merampungkan laporan tersebut sehingga bisa selesai seperti yang diminta oleh sang atasan. Akan tetapi, saat laporan tersebut sudah rampung dan siap untuk diberikan kepada bapak Kepala Bagian (Kabag), ternyata ada atasan lain dari Ahmad yaitu supervisor-nya yang meminta hasil pekerjaannya tersebut.
“Pak Ahmad, laporan hasil produksinya kalau sudah selesai dikerjakan tolong diberikan ke saya saja ya. Nanti saya yang akan menyampaikannya ke Kabag.” Pinta Supervisor.
Ahmad yang tidak menaruh curiga sama sekali tentu saja memberikan laporan yang dibuatnya tersebut kepada supervisor tadi. Ia beranggapan bahwa laporan yang dikerjakannya itu akan disampaikan kepada Kabag sebagai hasil pekerjaannya.
“Iya, Pak. Ini kebetulan laporannya sudah selesai saya buat. Tinggal memindahkan saja datanya ke flash disck.” Ahmad menimpali.
“Ok Pak kalau begitu. Nanti akan saya sampaikan hasil pekerjaan Pak Ahmad ini ke Kabag” Balas supervisor.
“Terima kasih, Pak.”