Teori Perkembangan Moral yang dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg adalah salah satu teori yang paling berpengaruh dalam psikologi perkembangan moral. Kohlberg mengembangkan teorinya berdasarkan penelitian yang dimulai pada 1950-an, yang berfokus pada bagaimana individu membuat keputusan moral dan bagaimana proses ini berkembang sepanjang kehidupan mereka. Teori ini mengidentifikasi tiga tingkat perkembangan moral yang masing-masing dibagi menjadi dua tahap, sehingga menghasilkan enam tahap perkembangan moral secara keseluruhan. Kohlberg berpendapat bahwa perkembangan moral tidak hanya bergantung pada faktor usia, tetapi juga pada cara berpikir individu mengenai norma dan nilai.
 Konsep Utama dalam Teori Perkembangan Moral Kohlberg
Menurut Kohlberg, perkembangan moral berkaitan dengan cara individu memahami dan memutuskan tindakan yang benar atau salah. Ia berfokus pada proses kognitif dalam membuat keputusan moral, dan berpendapat bahwa moralitas berkembang secara bertahap melalui berbagai tahapan yang bergantung pada kemampuan individu untuk berpikir lebih kompleks tentang masalah moral.
 Tiga Tingkat Perkembangan Moral
Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkat, yang masing-masing mencakup dua tahap. Setiap tingkat menunjukkan tingkat pemahaman moral yang lebih tinggi dan lebih kompleks. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai tiga tingkat perkembangan moral:
 1. Tingkat Pra-Konvensional (Pre-conventional Level)
  Pada tingkat ini, individu menilai tindakan berdasarkan konsekuensi langsung yang diterima. Keputusan moral lebih didorong oleh pertimbangan pribadi, seperti penghindaran hukuman atau pencapaian imbalan. Anak-anak umumnya berada pada tingkat ini, meskipun beberapa orang dewasa juga mungkin tetap berada pada tingkat ini.
  - Tahap 1: Orientasi pada Hukuman dan KepatuhanÂ
   Pada tahap ini, individu melihat moralitas sebagai sesuatu yang ditentukan oleh otoritas eksternal. Tindakan yang benar adalah yang menghindari hukuman. Anak-anak atau individu pada tahap ini akan mematuhi aturan hanya untuk menghindari hukuman dan tidak mempertimbangkan dampak tindakan terhadap orang lain.
  - Tahap 2: Orientasi pada Kepentingan Pribadi
   Pada tahap ini, individu mulai memahami bahwa orang lain mungkin memiliki keinginan atau kebutuhan yang berbeda. Moralitas didasarkan pada pertimbangan imbalan atau keuntungan pribadi. Tindakan dianggap benar jika mereka memberi manfaat bagi individu tersebut, atau jika mereka mendapatkan imbalan.
 2. Tingkat Konvensional (Conventional Level)
  Pada tingkat ini, individu menilai tindakan moral berdasarkan pemahaman tentang norma sosial dan peran mereka dalam masyarakat. Moralitas pada tahap ini didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi harapan orang lain dan menjaga keteraturan sosial.
  - Tahap 3: Orientasi pada Hubungan Interpersonal yang Baik
   Pada tahap ini, individu cenderung untuk mematuhi norma-norma sosial yang berlaku agar diterima dan dihargai oleh orang lain. Tindakan yang benar adalah yang mendukung hubungan yang harmonis dengan keluarga, teman, atau kelompok sosial. Anak-anak atau remaja cenderung berpikir bahwa tindakan moral adalah tindakan yang disukai oleh orang lain dan menciptakan hubungan yang positif.
  - Tahap 4: Orientasi pada Hukum dan Ketertiban
   Di tahap ini, individu menganggap hukum dan aturan sosial sebagai pedoman utama untuk bertindak dengan benar. Moralitas didasarkan pada pemahaman tentang kewajiban untuk menjaga ketertiban sosial dan stabilitas masyarakat. Tindakan yang benar adalah yang mematuhi hukum dan norma yang berlaku, bahkan jika tidak ada konsekuensi pribadi yang langsung.
 3. Tingkat Pasca-Konvensional (Post-conventional Level)
  Pada tingkat ini, individu mulai menilai tindakan moral berdasarkan prinsip-prinsip etika yang lebih abstrak, seperti keadilan, hak asasi manusia, dan kesetaraan. Individu pada tingkat ini memiliki kemampuan untuk berpikir secara lebih kritis tentang aturan sosial dan mempertanyakan apakah aturan tersebut mencerminkan prinsip moral yang lebih tinggi.
  - Tahap 5: Orientasi pada Kontrak Sosial dan Hak Individu
   Pada tahap ini, individu mengerti bahwa aturan dan hukum diciptakan untuk melayani kepentingan bersama, namun aturan tersebut dapat diubah atau ditentang jika dianggap tidak adil. Individu pada tahap ini menilai moralitas berdasarkan kontrak sosial dan hak individu, dengan pemahaman bahwa kebebasan individu harus dijaga selama tidak merugikan orang lain.
  - Tahap 6: Orientasi pada Prinsip Etika UniversalÂ
   Pada tahap ini, individu mengikuti prinsip moral yang lebih tinggi yang didasarkan pada etika universal, seperti keadilan, hak asasi manusia, dan kesetaraan. Tindakan yang benar adalah yang didorong oleh prinsip moral yang berlaku secara global, bukan hanya aturan atau hukum yang berlaku dalam konteks tertentu. Orang pada tahap ini memiliki kemampuan untuk mengevaluasi dan menilai norma sosial berdasarkan apakah norma tersebut mendukung keadilan dan menghormati martabat manusia.
Konsep Utama dalam Teori Kohlberg
- Perkembangan Moral sebagai Proses Kognitif Â
 Kohlberg percaya bahwa perkembangan moral berhubungan dengan kemampuan individu untuk berpikir lebih kompleks dan abstrak tentang masalah moral. Semakin individu berkembang, mereka semakin mampu melihat berbagai sudut pandang dalam suatu masalah dan mempertimbangkan prinsip-prinsip moral yang lebih luas.
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
 Kohlberg berpendapat bahwa perkembangan moral dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pengalaman sosial, interaksi dengan teman sebaya, dan pendidikan moral. Pengalaman individu dengan situasi sosial yang melibatkan dilema moral juga memainkan peran penting dalam proses ini.
- Universalitas Tahapan
 Kohlberg mengklaim bahwa tahapan perkembangan moral ini bersifat universal dan berlaku untuk semua individu, meskipun tidak semua orang mencapai tingkat pasca-konvensional. Meskipun ada variasi dalam usia seseorang mencapai tahapan tertentu, pola perkembangan moral tetap konsisten di seluruh budaya.
 Kritik terhadap Teori Kohlberg
Meskipun teori Kohlberg sangat berpengaruh, ada beberapa kritik terhadap pendekatannya, di antaranya:
1. Bias Gender: Beberapa kritik menyatakan bahwa teori Kohlberg lebih menekankan nilai-nilai yang lebih maskulin, seperti keadilan dan hak individu, dan kurang memperhatikan nilai-nilai yang lebih feminin, seperti perhatian dan hubungan interpersonal (seperti yang diusulkan oleh Carol Gilligan).
 Â
2. Keterbatasan Budaya: Teori Kohlberg dianggap lebih relevan untuk budaya Barat yang menekankan individualisme dan otonomi, dan mungkin kurang aplikatif untuk budaya yang lebih mengutamakan kolektivisme atau hierarki sosial.
3. Perkembangan Moral yang Lebih Fleksibel: Kritik lain mengungkapkan bahwa perkembangan moral mungkin tidak selalu mengikuti urutan tahap yang kaku, dan individu bisa saja menunjukkan pola pemikiran yang lebih kompleks atau lebih sederhana tergantung pada situasi atau pengalaman mereka.
Kesimpulan
Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana pemikiran moral berkembang sepanjang kehidupan. Melalui enam tahap yang terbagi dalam tiga tingkat, teori ini menggambarkan bagaimana individu bergerak dari pemikiran moral yang egosentris dan berfokus pada hukuman menuju pemikiran moral yang lebih abstrak dan berorientasi pada prinsip universal keadilan. Meskipun teori ini telah mendapat kritik, khususnya terkait dengan bias gender dan kultur, kontribusinya dalam memahami perkembangan moral tetap sangat penting dalam psikologi perkembangan dan pendidikan moral.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H