Mohon tunggu...
Agid Satrio
Agid Satrio Mohon Tunggu... Penulis - --

Neuron Abu2

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

15 Jam di Jalur Salabintana, Pendakian ke Gunung Gede yang Mengajarkanku Arti "Melawan Diri Sendiri"

29 Juli 2018   08:07 Diperbarui: 1 Agustus 2018   15:37 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku ingin sharing pengalamanku kali ini pengalaman yang begitu berharga bagi hidupku, sebelumnya belum pernah kulakukan mendaki sebuah gunung, berpergian ke alam-pun aku jarang. Terakhir kali aku pergi ke laut pun diriku diberi peristiwa yang lucu dan menjijikan dimana aku mendapatkan rasa mual yang begitu dahsyat akibat ombak laut yang begitu kencang dan pada akhirnya kumuntahkan lah yang ada di perutku ke samping kapal yang membawaku ke lautan sungguh kejadian yang memalukan.

Namun kali ini aku memberanikan diri untuk berpergian kembali ke alam tepatnya mendaki gunung gede melalui jalur Salabintana di Sukabumi. Sebelumnya tak pernah kucoba kegiatan mendaki gunung sama sekali, pikiranku pun menolak untuk membayangkan bagaimana suasana ketika mendaki gunung, namun ada sebuah rasa penasaran yang melawan pikiranku untuk memberanikan diri mendaki gunung.

Persiapan yang kulakukan pun tak seperti yang biasa orang lakukan, sungguh naif diriku menganggap remeh kegiatan mendaki kali ini, tidak mempersiapkan semuanya mulai dari fisik, mental, bahan-bahan makanan dan lainnya. 

Semua kulakukan sangat mendadak hanya berjarak 1 hari sebelum waktu pendakian. Badan ini hanya dilatih dengan berlari sejauh 4 km selama 30 menit, sungguh persiapan yang buruk bagiku disaat yang lain berlatih 2 minggu sebelum waktu pendakian. Persiapan mental pun aku hanya menghafal ayat kursi untuk berjaga-jaga disana ketika ada hal yang tidak diinginkan. 

Barang logistik pun kupersiapkan sangat mendadak. Namun dengan semua persiapan yang bisa dibilang sangat "meremehkan" tepat semalam sebelum waktu pendakian rasa penasaranku kembali menguat dan menguasai pikiranku untuk memerintahkan semua anggota badanku bersiap diri secara fisik di hari pendakian esoknya.

Tepat hari jumat dimana hari pendakian pun tiba, semua barangku sudah berada di perut tas bernama "carrier". Aku berangkat menuju bogor bersama temanku, rombongan kami berjumlah 8 orang. 

dok.pribadi
dok.pribadi
Perjalanan ke salabintana cukup jauh karena kita harus menempuh perjalanan sekitar 5 jam dari stasiun bogor melalui 3 angkutan umum yang berbeda, pertama yaitu angkot dari stasiun ke baranangsiang sekitar 30 menit, kedua angkot berupa L300 dari baranangsiang ke alun-alun sukabumi sekitar 3 jam, dan yang terakhir yaitu menaiki angkot menuju basecamp dari jalur pendakian salabintana sekitar 1 jam.

Tepat jam 12 Jumat malam rombongan kami tiba di basecamp salabintana, suhu sekitar 12 derajat langsung menyerang kulit-kulit kami yang terbungkus oleh jaket tebal, begitu dingin. Kami langsung menuju ke pos untuk mendirikan tenda untuk istirahat menyiapkan hari esoknya. Waktu istirahat kami tidak banyak karena besok pagi pendakian itu dimulai, Kucoba merasakan air gunung untuk berwudu di sekitaran basecamp, dan yak tepat dinginnya air seperti air freezer kulkas kami di kota sangat dingin bahkan terasa sakit ketika pertama berkenalan dengan air dari gunung tersebut.

Esok hari tiba, matahari terlihat mau menampakan dirinya dan kami bergegas untuk sholat subuh dan merapikan tenda. Ada hal yang tak terduga dimana kami harus melakukan perjalanan dengan berjalan kaki ke pos pemeriksaaan kesehatan yang berada di bawah basecamp dan berjarak 3 km. 

Tidak ada pilihan lain, kami pun akhirnya bergegas ke sana dengan stamina yang sudah terisi kembali, di saat sedang berjalan lewatlah truk dengan muatan kosong melintas di belakang kami, alhasil naluri untuk menaiki truk itu pun muncul pada diri kami seolah seperti jaman sekolah dulu hehe. Beruntung bapak supir mengizinkan untuk menaiki truknya dan mengantarkan kami ke pos kesehatan. Sungguh sayang waktu untuk mengurus cek kesehatan cukup lama sekitar 2 jam, alhasil kami tiba kembali di basecamp yaitu pada jam 11 siang dan kami memutuskan untuk makan siang sebelum pendakian.

Waktu menunjukan jam setengah 12 siang, perut ini sudah terisi dengan makanan dan inilah waktu yang kami nanti-nantikan yaitu "WAKTU PENDAKIAN DIMULAI". 

Kami pun memulai pendakian menuju puncak gede via jalur salabintana, sukabumi. Langkah kaki sedikit demi sedikit mulai bergerak menyusuri jalan bebatuan di awal trek pendakian, punggung seolah berubah menjadi besi yang begitu kuat menopang beban carrier yang sudah kami kemas. Semangat begitu beremosi sehingga membakar seluruh tubuh yang memaksa otak untuk memerintahkan seluruh anggota tubuhku untuk tetap fit selama perjalanan.

Tawa dan canda menghiasi di awal perjalanan pendakian ini, trek bebatuan seolah menyambut dengan senang sepatu-sepatu kami, karena jalur pendakian salabintana ini jarang dipilih oleh orang-orang untuk mendaki ke puncak gede maka jalur disini sangat terasa alaminya. 

Suasana hutan tropis dan suara-suara sambutan burung-burung yang memanjakan telinga kami. Kami diberitahukan oleh ranger disana bahwa jalur salabintana ini berjarak 11 km dengan estimasi waktu tempuh sekitar 10 jam dari pos panthera ke alun-alun surya kencana tempat dimana kami akan camp disana.

1 jam telah berlalu menunjukan pukul 13.30 siang, kami memutuskan untuk beristirahat sembari menikmati udara sejuk yang berbanding jauh dengan udara di kota. Terasa di situ kaki ini sudah mulai tegang padahal baru saja 200 m kami berjalan namun kaki ini seolah kaget dengan  suasana saat mendaki. 

Setelah itu kami mulai melanjutkan perjalanan menuju ke pos 1,di situ salah satu dari rombongan ku mulai terlihat lelah beberapa, wajar dari 8 orang rombonganku hanya 2 orang yang sudah berpengalaman mendaki gunung sisanya belum pernah sakalipun termasuk diriku. Snack-snack dan roti cemilan mulai keluar sedikit demi sedikit dari carrier kami untuk mengisi energi yang sudah hilang. Sungguh luar biasa ciptaan dari tuhan ini, jiwa ku terasa sangat tenang selama 2 jam awal pendakian ini menyaksikan dengan mataku langsung betapa luar biasanya suasana hutan yang begitu hijau dengan akar-akar yang tak beraturan tumbuhnya, telinga  seolah dimanjakan dengan suara dari angin yang menghembus dedaunan pohon dan kompaknya sautan burung-burung yang tak pernah kudengar di kota.

Hidung ini seolah memberi pesan kepada paru-paruku bahwa "hei paru-paru, sungguh banggalah kau hari ini karena aku akan selalu mengirimkan udara yang begitu segar dari gunung ini ke dirimu supaya kau bisa membersihkan sedikit zat-zat jahat yang berada padamu hasil dari polusi di kota dan hasil pembakaran tembakau yang dilakukan oleh orang yang menguasai tubuh kita ini".

Perjalanan kembali dilakukan dan langkah kaki ini mulai tak kuhitung langkahnya, dari 11 km jarak untuk sampai ke surya kencana mungkin sudah 2 km lebih rombonganku berjalan. Memang trek pendakian melalui Salabintana ini bisa dibilang long trip karena selain jaraknya yang panjang jalur di sini di awal-awal sedikit menanjak dan landai seolah kita memutar untuk sampai ke puncak, berbeda dengan jalur gunung putri yang dikenal dari awal trek sudah menanjak terus sampai puncak. 

Suasana di awal trek pun sudah dihapit oleh jurang dari sisi kanan dan juga kiri kami, jadi kami membentuk formasi ketika berjalan yaitu berbaris satu per satu. Perjalanan pun kembali kami lakukan tak terasa kita melihat plang yang bertuliskan bahwa surya kencana berjarak 8 km lagi, benar-benar waktu yang sudah kami tempuh selama 3 jam ternyata kami baru berjalan 3 km bisa dibilang 1 km mempunyai estimasi waktu perjalanan selama 1 jam, "hehe". 

dok.pribadi
dok.pribadi
Tepat jam 3 sore kami kembali meluruskan kaki dan badan ini untuk beristirahat dan juga melakukan sholat. Logistik makanan  dan minuman pun juga kembali memasuki lambung kami untuk memberikan stamina. Jujur bagiku baru berjalan sejauh ini saja rasa lapar dan haus begitu besar seolah setiap kami berenti, lambung kami berteriak " hey tolong berikan kami asupan secepatnya" kami pun tak bisa menahan rasa lapar dan haus ini.

Perjalanan pun kembali dilakukan sampai matahari mulai memutuskan untuk beristirahat dan bergatian dengan bulan. Kegelapan sudah mulai menyelimuti langit dan cahaya pun sudah mulai hilang, yang tadinya suasana hutan begitu indah dengan hijaunya daun-daun pepohonan semua itu sirna ketika bulan mulai bekerja, gelap gulita kurasakan bersama temanku tak ada cahaya sama sekali. 

Rasa takut dalam diriku pun mulai muncul karena 20 tahun aku hidup belum pernah aku berada dalam suasana gelap gulita di dalam hutan yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi. 

Rombongan kami pun mulai mempersiapkan senter untuk menerangi jalan selama pendakian, sembari mengisi kembali perut ini yang terus saja lapar dan haus dari awal perjalanan. Tak habis pikir persedian logistik kami sudah tinggal sedikit kami lupa untuk mengatur penggunaan logistik tersebut kami mengikuti nafsu dari diri kami dari tadi siang dan tidak memikirkannya di saat suasana malam seperti ini. 

Namun apa boleh buat semuanya sudah terjadi , sekarang kami harus melanjutkan perjalanan sampai ke pos 2 yaitu ciletik dan lanjut ke camp surya kencana. Rasa takut ku akan kegelapan dan hal-hal mistis harus berani kulawan karena aku berpikir jika aku larut dalam suasana seperti itu aku tidak akan belajar bagaimana melawan diriku sendiri ini aku harus sampai ke camp surya kencana mau gmna pun caranya, kalimat itu saja yang aku tanamkan dalam diriku.

Di suasana seperti ini hanya cahaya senter sumber cahaya kami, sampai saat ini pun trek pendakian sedikit berkurang untuk trek landainya dan mulai berubah menjadi trek menanjak terus walaupun belum begitu terjal namun begitu memaksa otot kaki dan punggung menjadi lebih kuat dengan trek seperti itu. 

Suhu di sekitaran pendakian juga mulai menusuk, aku tak tahu berapa suhu disana namun aku sempat mengecek suhu baterei smartphone ku sekitar 10 derajat Celcius itu berarti suhu di sekitaran luar lebih dingin dari itu mungkin sekitar 8 derajat Celcius beruntungnya jaket ini cukup baik melindungi kulit badanku dari dinginnya suhu disana. 

Waktu masih terus berjalan menunjukan jam 8 malam, di sini canda dan tawa sudah tidak muncul lagi di rombonganku, karena begitu lamanya kami berjalan hanya rasa lelah yang bisa kita ucapkan ketika kami berhenti untuk beristirahat hehe aku pun begitu tak bisa lagi tertawa. 

Keram dan nyeri mulai terasa di kaki ini bahkan bukan aku saja temanku pun ada yang mulai kedinginan, tak pikir panjang koyo lah mulai muncul di saat ini seperti pahwalan yang muncul di saat yang tepat hehe. Kaki dan punggung ku langsung ku tempelkan untuk meredakan nyeri.

Sampai pada saatnya semua suasana berubah begitu buruk, rombonganku mulai merasa putus asa dengan perjalanan ini lelah dan sakit di bagian anggota tubuh semakin membuat rombonganku down. Karena jadwal yang dibilang di pos awal yaitu 10 jam untuk sampai ke surya kencana tampaknya hanya kebohongan belaka karena sampai 8 jam kita sudah berjalan sampai di pos 2 saja belum juga, padahal jarak dari pos 2 ke surya kencana dikatakan sekitar 3 jam lagi itu artinya kita pasti akan sampai di sana tengah malam atau mungkin menjelang subuh. Ditambah lagi ketika sedang beristirahat salah satu temanku menyebutkan  "astaghfirrullah al adzim " sekan melihat hal-hal yang tidak diinginkan di gelap gulita ini. 

Semua orang dalam rombonganku langsung kaget ketika ia menyebutkan kalimat suci dalam islam itu, aku pun berpikir yang tidak-tidak namun kembali lagi aku harus berpikir positif dan tidak larut dalam keadaan. Waktu penunjukan pukul 9 malam, inilah waktu dimana perjuangan melawan diri sendiri dimulai. 

Rasa penasaran yang awal menyemangati jiwa kami mulai redup dan tergantikan oleh rasa putus asa yang semakin bertambah dengan berjalannya langkah kaki ini. Kata-kata seperti " aduh kapan sampai nih" , " gua udah gak kuat lagi bro " , "jangan cepet-cepet lah jalannya" , " woy break dulu bro capek nih" , " masih jauh ga sih jalannya ?" , "makanan mana makanan" , " di depan nanjak apa landai jalannya klo landai break dulu" , " woy break dulu gua keram nih". 

Itulah kata-kata yang sering muncul setelah waktu berubah pukul 9 malam. Namun ada salah satu temanku yang masih menyemangati kami dengan mengucakan " kita harus bisa bro, lawan capek dan lelah kita, lawan diri sendiri biar kita sampe camp secepatnya jangan sampai ngecamp di perjalanan gak memungkinnya soalnya" diriku pun sedikit terbangun lagi setelah mendengar kata tersebut karena memang benar di jalur salabintana ini sulit untuk mendirikan tenda selama di perjalanan selain sumber air yang tidak ada kondisi tanah dan lingkungan tidak memungkinkan karena jurang-jurang di sisi kanan dan kiri kami. 

Pada akhirnya perjalanan kembali dilakukan dengan tenaga yang masih kita punya dan waktu istirahat yang semakin tak terkontrol waktunya karena tak banyak langkah kaki ini berjalan kami selalu memutuskan untuk break sekedar meluruskan kaki yang tidak se kuat sebelumnya.

Ada sebuah momen yang bagiku sangat dilema ketika waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, di situ kami memutuskan break seperti biasa namun disitu seolah tim sudah benar-benar putus asa. 

Rasa ngantuk ini bertambah dikarenakan menghirup karbondioksida yang dikeluarkan oleh pohon dan bertarung merebutkan oksigen dengan pohon-pohon disana. 

Kami disitu bahkan belum sampai ke pos 2 yaitu ciletik dan logistik makanan siap makan pun tinggal sedikit begitu juga dengan persediaan air, kami bahkan sempat berpikir memutuskan untuk mendirikan tenda di pos 2 nanti dan melanjutkan perjalanan pagi harinya ke surya kencana, sudah tidak ada lagi bayang-bayang untuk mencapai summit atau puncak dari gunung gede sekedar untuk melihat sunrise, kami berpikir lebih baik beristirahat untuk memejamkan mata ini terlebih dahulu sehingga stamina ini bisa kembali lagi pulih.

Di saat ini pula temanku ada yang benar-benar drop fisiknya, kedinginan dan kelelahan membuat ia diam membisu dan membuat rombongan kami berpikir bagaimana melanjutkan perjalanan jika salah satu dari kami sudah ada yang tidak kuat lagi untuk menopang beban dan melanjutkan perlajanan ini. Inilah titik terberat bagiku dalam pendakian kali ini, rombonganku pun diuji dalam hal kekompakan bagaimana menangani situasi sesulit ini dimana rasa semangat sudah hilang dan rasa lelah begitu besar seakan alam menyuruh kami untuk selesai disini. 

Namun apakah kami menyerah dengan situasi seperti ini ? "TIDAK" itulah Jawabannya kami yakin inilah esensi disaat mendaki sebuah gunung, disaat kondisi fisik dan jiwa kamu sudah sangat lelah namun kamu harus tetap berjalan sampai kamu benar-benar menyelesaikannya itu semua. Karena kalau tidak kamu benar-benar tidak akan tahu bahwa kamu bisa melewati itu semua, di saat kamu sedang down atau menghadapi masalah yang begitu besar maka yang harus diperlukan hanya tenang dan yakin bahwa kamu bisa melewati itu semua dengan tetap berjalan perlahan bersama semangat yang masih ada dalam dirimu. 

Itulah yang rombongan kami lakukan disaat situasi seperti itu terjadi, saling menyemangati satu sama lain untuk bangkit berdiri dari empuknya tanah di gunung gede dan kembali mengangkat beratnya beban carrier kami, kami kembali berdoa. 

Di situ akhirnya kami kembali menggerakan langkah kaki ini untuk berjalan melanjutkan ke pos 2 ciletik dan tidak disadari ternyata dari tempat istirahat terakhir kami jarak ke pos 2 ciletik begitu dekat bahkan hanya butuh waktu sekitar 15 menit saja disitulah kami akhirnya percaya bahwa menyerah adalah hal yang paling buruk dalam kehidupan, jika tadi kita berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami, ancaman di hutan begitu besar entah dari cuaca, hewan, dan lainnya berbeda dengan ketika kami sampai di pos 2. 

Kami bertemu kembali dengan rombongan yang bersama dengan kami di saat pergi dari stasiun bogor dan camp di pos panthera, rasa senang begitu kurasakan setelah melihat mereka juga sedang beristirahat sambil menghangatkan tubuh dengan indomie-indomie dan kopi. Kami pun memutuskan untuk beristirahat.

Di pos 2 ciletik ini cukup besar luasnya dan kondisi tanahnya landai dan juga ada yang menanjak jadi tidak terlalu besar namun cukup untuk menampung 30 orang untuk berisirahat, disini juga ada sumber mata air yang tidak begitu jauh dari pos. Di perkirakan jarak dari pos ke surya kencana sekitar 2,5 km lagi dengan estimasi waktu tempuh sekitar 3 jam.

"Ngopi dulu sini ngopi angetin tubuh, indomie juga ada ini jam 11 kita nanti jalan lagi" itulah kalimat yang kudengar dari salah satu rombongan lain yang menawari kami kopi dan indomie kami pun langsung gabung dan menikmatinya bersama. Teman ku yang sudah drop fisiknya memutuskan untuk tidur terlebih dahulu. 

Setelah makan tiba-tiba tubuhku seolah terserang hipotermia awal, bergetar dan menggigil itulah yang kurasa. Kucoba keluarkan sebatang rokok dari sakuku, mencoba untuk menghangatkan tubuh ini ditengah dinginnya malam. "Sialll" ternyata rokok inipun tak mampu menghangatkan tubuh ini entah memang tidak bisa atau aku yang tidak terbiasa berada di situasi ini. 

Akhirnya cara lain kucoba yaitu meminta temanku untuk mengambil kompor kecil yang kami bawa dan menyalakan di dekat kami. Setelah dinyalakan telapak tangan ini seakan bergerak sendiri mendekati api dari kompor tersebut. Syukurnya tubuh ini pun kembali hangat dan rasa bergetar ku sudah hilang.

Malam menunjukan pukul 11 malam, salah satu teman dari rombongan lain mengatakan "yuk kita jalan lagi, siapin barang-barang dan semuanya". Kami pun langsung mengemas barang-barang kembali dan mengangkat tubuh ini untuk berdiri. Aku tak tahu begaimana trek selanjutnya menuju surya kencana yang aku pikirkan adalah secepatnya sampai disana saja. 

Seluruh rombongan pun sudah siap dan melakukan doa bersama terlebih dahulu sambil salah satu perwakilan dari rombongan mengambil air dari mata air di dekat situ untuk persediaan di jalan nanti. Tepat jam setengah 12 malam kaki ini kembali melangkah, punggung kembali menopang carrier 45 Liter. 

Tak disangka medan benar berubah menjadi tanjakan terus dan sulit kami temui trek landai disana, mungkin karena jarak yang sudah dekat jadi medannya seperti ini. 

Benar-benar tubuh ini kembali diuji dengan medan seperti itu."ayo semangat, semangat" masih terdengar kalimat dari salah satu teman di rombongan lain. Aku tak menyangka masih saja ada orang yang kuat seperti ini melewati jalur pendakian salabintana ini, teman-temanku saja sudah terdiam taka ada kalimat lagi yang terucap.

Tepat waktu menunjukan pukul 2 pagi, suasana masih sama. Trek yang menanjak terus dan jurang di sisi kanan dan kiri. Ada hal yang berbeda yaitu jenis-jenis pohon disana sudah mulai berubah yaitu tingginya pohon sudah tidak setinggi biasanya yang kami temui di bawah. Apakah Ini seolah menjadi pertanda baik untuk kami ? Karena memang yang kubaca di internet sebelumnya bahwa semakin dekatnya jarak dengan puncak dari sebuah gunung maka pohon-pohon disekitarnya yang tumbuh tidak terlalu tinggi ukurannya bahkan terlihat pendek dari biasanya.

Sayangnya di perjalanan sudah tidak ditemui plang yang menunjukan berapa jarak untuk mencapai surya kencana. Perjalanan pun masih berlanjut, malam sudah berganti hari, dan udara dingin semakin menjadi karena pukul 1 malam sampai 4 malam merupakan suhu terdingin dari sebuah gunung.

"Dikit lagi sampai ini" kalimat itulah yang paling sering kudengar di akhir-akhir ini. Agak menjengkelkan memang karena kukira setelah mendengarnya kami kira akan sampai sedikit lagi. Namun kenyataanya sudah sejam lebih kami berjalan belum terlihat juga dataran savanna surya kencana, mungkin aku berpikir itu hanya untuk memotivasi kami agar kembali bersemangat. 

Waktu menunjukan pukul 3 pagi, sudah 2 jam kami berjalan. Break pun kembali dilakukan, tidak terhitung bahkan sudah berapa kali kami berhenti sejenak untuk beristirahat. Sempat kupejamkan mata ini beberapa saat, baru saja kupejamkan sebentar terdengar suara " yuk kita lanjutkan perjalanan, sedikit lagi sampai". 

Telinga seolah ingin kututup agar tak mendengar kalimat itu lagi hehe. Akhirnya perjalanan pun kembali dilakukan, kami menemukan trek pendakian yang menurutku ini medan tersulit dimana ada sebuah tanjakan yang sudut kemiringannya mungkin sampai 70 derajat dan kami harus menggunakan bantuan tali untuk melewati tanjakan itu, syukur kami berhasil melewatinya.

Di tengah perjalanan lelah kembali datang, salah satu temanku kembali drop ia mengatakan bahwa sudah tidak kuat menopang beban carrier tersebut. Beruntung salah satu dari rombongan lain begitu baik dengan menawarkan untuk membawa carrier teman kami, kami bukannya tidak mau melakukannya hal itu namun tubuh kami saja sudah begitu berat menopang carier masing-masing apalagi ditambah dengan 2 carier di punggung kami, alhasil carier temanku pun dibawakan oleh seseorang dari rombongan lain.

Seiring berjalannya waktu menunjukan pukul setengah 4 pagi, Kami melihat pohon-pohon sudah semakin pendek ukurannya, ini merupakan pertanda yang semakin jelas. Tibalah saat itu, terlihat dari kejauhan cahaya bulan yang begitu besar di depan kami benar-benar terlihat seolah bulan itu dekat dan dibawah bulan tersebut ada gundukan yang sangat besar yang tidak lain adalah puncak dari Gunung Gede. 

Sesuatu yang kami nanti-nantinkan sejak awal pendakian, itu artinya kami hanya perlu beberapa menit saja untuk sampai ke camp/alun-alun surya kencana karena memang jarak dari surya kencana menuju puncak gede tidak begitu jauh. Namun sampai detik ini surya kencana belum terlihat oleh mata kami. 

Di saat itu kembali terdengar suara " kita sudah sampai nih, tinggal jalan sebentar ke bawah menuju surya kencana". Dalam pikiranku berkata " apa kalimat itu adalah kalimat yang biasa membuat diriku jengkel karena tidak sampai-sampai atau memang kali ini kalimat itu benar ".Ternyata kali ini pikiranku salah dan perkataan orang itu benar, trek berubah menjadi turun tidak lagi kami temukan medan tanjakan. Terus saja turunan itu kami telusuri dengan semangat yang muncul kembali.

Dan yak akhirnya penantian panjang kami pun selesai perjalanan yang dimulai jam 11 siang dan selesai pada jam 4 pagi. 15 jam sudah kami berjalan tibalah di surya kencana, sambutan Surya Kencana langsung terasa, tidak ada lagi pepohonan di sini, padang savana begitu luas terasa, di sisi kiri kami cahaya bulan semakin terlihat dekat dan jelas puncak gunung gede sangat terlihat oleh kami. Aku tak bisa menyangka ternyata suasana alun-alun surya kencana seperti ini menenangkan jiwa. 

Lelah kami terbayarkan sesampainya disini, benar-benar pengalaman pertama mendaki gunung yang sangat berharga buatku.Ini seperti berada di suatu tempat yang selama 20 tahun aku hidup belum pernah aku menginjakan kakiku di tempat seperti ini.  Aku semakin mengerti arti dari melawan ego diri sendiri, gunung memang indah namun pelajaran yang kau bisa dapatkan ketika mendakinya adalah hal yang jauh lebih indah bagiku. 

Lupakan kata "mengeluh dan tidak bisa" itulah hal yang kudapatkan dari pendakian gunung gede melalui jalur salabintana. Jalur yang memang sepi oleh pendaki, paling jauh diantara jalur gunung putri dan cibodas, jalur yang paling membuat kaki dan punggung begitu lelah, jalur diselimuti jurang-jurang namun bagikut jalur ini adalah jalur yang paling mengerti bagaimana mengajarkan manusia arti kehidupan hehehe.....

Sekian pengalamanku kali ini semoga bermanfaat bagi yang membaca..... -- tertulis mahasiswa vokasi MID universitas Indonesia 2015

dok.pribadi
dok.pribadi
* maaf untuk perjalanan menuju puncak gede dan perjalanan turun tidak saya ceritakan karena memang tidak banyak cerita di sana seperti saat berangkat hehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun