Jika tak mengenalmu aku tak akan tahu, bahwa tulisan ini akan dibuat hanya untukmu,Â
(Namamu) Terima Kasih, Yang Terkasih.
Desember 2022
Rencanaku Saja
Terseok-seok aku berlari menangkapmu di antara ranting tua musim gugur, helai oranye kembang sakura jatuh menambah romansa menjemputmu di ujung perempatan sana, di saat semua cemara melepas bagian tercantiknya kau justru bertaburan bunga.Â
Padahal baru saja tadi pagi ketika cakrawala masih hangat mengecap dirimu berkata, tak akan pernah kembali menaiki taksi yang segera menepi, aku juga masih ingat jelas ketika kuping telinga merekam setiap kata. Kau membalikkan pertanyaan ketika lisanku mengucap tanya, beberapa kali ketika pertanyaan siapa yang tengah mengisi hari, kau jawab dengan pertanyaan lagi, siapa? Ucapmu acuh tersimpul bibir. Aku diam, melihat matamu yang kabur ke berbagai arah. Kau melanjutkan diamku, beberapa detik kosong. Aku tengah sibuk, ucapmu setengah hati, aku mafhum mencoba mengerti.Â
Disusuli cucuran mentari yang kian redup meredamku dalam-dalam, aku mencoba bodoh. Lalu tak jelang beberapa waktu kau ternyata melambai ke arah yang lebih tegas, seonggok kereta kencana dengan kuda pegasus menepi memapahmu entah ke mana, sempat kutingkap raut parasmu yang bersinar senang setengah mati, aku di sini beku hampir mati.Â
Kemudian, aku yang mematung di antara paruh jalan halte bus tengadah ke arah angkasa, sekelebat awan putih berganti muram membawa tetesan hujan, aku yang sekarat segera menarik kaki, mengambil beberapa langkah ke belakang, duduk di atas dipan reyot. Kuusap titik rinai perlahan, berharap hilang, namun ia menetes kembali, padahal sudah dipayungi kanopi. Setelah beberapa usapan gagal menghapus deraian aku segera menyelam, menerobos derasnya ombak, tak peduli seberapa dalam kau telah pergi ke arah samudera tadi, yang jelas aku ingin menempuhnya sendiri, melawan arus yang tergerus, melewati muara tanya yang terbata-bata, kulerai retorika dalam kepala, ribuan tanda langsung kuredam hingga karam, aku melenggang tanpa genggam, sendiri, berjalan mantap menuju rencana-rencana kita, awalnya, kini rencanaku saja.Â
Januari 2023
Lambung Dejavu
Tahukah engkau? Membaca cerita yang penuh romansa mengenai ledakan cinta membuatku merana, rasa dalam jiwaku tak runjung reda, ia malah menyayat-nyayat tanpa tega, kondisi bahagia dalam plot cerita yang kubaca membawa luka yang begitu nelangsa, aku rindu, ucapku bersungut-sungut mengutuk pelik
Setiap adegan terekayasa menyinonimkan paruh perkenalan, binar mata yang nanar, kilau seri yang penuh arti, hingga peluk yang temaram tenteram, membuatku membaca lagi, mengulangi ratusan kali gugus kalimat.Â
Jiwaku tercekat, mengulang cerita fiksi dalam imaji, menokohkanmu sebagai pencuri menokohkanku sebagai pelari, plotnya sederhana, kau mencuri dengan ilusi, aku berlari penuh ambisi, dan kita semua tahu bahwa koda yang tersedia selalu menelanjangi sang pelari.Â