Pengantar
Berawal dari ambisi yang berapi-api, lalu lenyap menjadi abu tanpa arti. Sebuah angan catatan satu tahun pertama, mengolah kata menjadi biasa, mengolah memori menjadi memoar, ratusan tulisan cacat tak berkaki, lalu sisa tulisan yang sekarat mencoba untuk diselamatkan dengan berbagai macam revisi. Berikut senandika dari tahun pertama.Â
Bagian pertama, yang selamat ditujukkan sebagai dopamin kuat yang kembali setelah ratusan hari mati. Beberapa diksi serta tata penulisan dibiarkan asli ketika pertama ditulis.Â
Bagian kedua, yang selamat dinarasikan sebagai roket yang melesat lalu meledak, menyayat setiap potongan, membengkak setiap pukulan. Dan, layaknya tokoh paling nyeri, aku tidak membawa sudut pandang mu, dia, kami, atau mereka.
Terima kasih, yang terkasih, mari mengasih, selamat bersedih.
Bagian Kedua
Terbagi
Ternyata sosokmu terbagi dua, aku bahkan tak bisa menerka, mana yang nyata dan mana yang fana, aku pun tak paham apa yang kau rasa, aku sering mempertanyakan hadirku dalam sudut ruangmu, aku juga sering mempertanyakan hadirnya dalam sudut ruangmu. Jika kau ingin tetap bersamanya maka pergilah, namun jika tidak maka menetaplah tanpa harus memalingkan pilihan, kau sudah cukup dewasa atas keputusanmu sendiri, jangan pernah takut soal rasa, karena justru ia akan hancur ketika kita ragu-ragu.
Agustus 2022
Artefak
Terima kasih, karena hadirmu aku kembali percaya bahwa cita dalam diriku belum punah, ledakan rasa yang menggelora telah bangkit, tulisan kembalinya anomali merupakan ledakan pertama, yang terus berlanjut pada beberapa tulisan yang merekam seluruh potret sisi melankolisku.
Betapa rasa itu kembali muncul, walau ia meledak pada orang yang salah, tapi aku ingin sekali lagi mengucapkan rasa kasihku, bahwa hadirmu menjadikanku kembali hidup, kembali membawa kebahagiaan dalam bentuk lain, dalam keadaan yang belum pernah aku duga pada waktu yang tepat walau pada orang yang salah, tapi tak apa, semua ini hanya perihal perspektif, di mana pun nantinya kau menetap aku akan selalu mengingat bahwa kehidupanmu pernah membuatku menyala, walau sejenak walau sementara, aku akan tetap menjalani perjalanan ini, tanpamu, tanpa sorot matamu, tanpa aroma rambutmu, tanpa keluh resahmu, tanpa segalanya yang berkaitan denganmu.Â
September 2022