Mohon tunggu...
Aghniya KumalasyaLicha
Aghniya KumalasyaLicha Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Ilmu Komunikasi dI UPN “Veteran”Jakarta

Seorang mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti beragam kegiatan sosial. #PemudaParlemenIndonesia #RumahDisabilitasJakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah Percintaan Anda Berujung Ghosting? Mari Bahas Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud!

17 Desember 2024   11:00 Diperbarui: 17 Desember 2024   10:29 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Meskipun ghosting mungkin memberikan "pelarian" sementara bagi pihak yang melakukannya, tetapi fenomena ini meninggalkan bekas yang mendalam pada pihak yang ditinggalkan. Mereka merasa bingung, tidak dihargai, dan terluka. Perasaan yang tidak jelas mengenai apa yang sebenarnya terjadi bisa menimbulkan kecemasan dan mengganggu kesehatan mental, serta mempengaruhi kepercayaan diri korban ketika ia menjalin hubungan selanjutnya.

Untuk menghindari dampak negatif tersebut, penting bagi setiap individu untuk belajar mengatasi konflik emosional dengan cara yang lebih konstruktif, seperti melalui komunikasi terbuka. Bagi pelaku ghosting, berbicara jujur tentang perasaan dan alasan di balik keputusan mereka untuk mengakhiri hubungan dapat memberikan penutupan yang sehat bagi kedua belah pihak.

Dari perspektif psikoanalisis Freud, menghadapi konflik secara langsung bukan hanya mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh individu, tetapi juga memungkinkan individu tersebut untuk lebih memahami perasaan dan keinginan mereka sendiri, serta meningkatkan kesadaran diri.

Refleksi Kembali pada Cerita Awal

Bayangkan jika seseorang yang Anda kenal tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Anda akan merasa bingung, bukan? Begitulah dampak dari ghosting, perasaan tidak dihargai dan cemas tanpa penjelasan. Namun, dengan pemahaman yang lebih dalam tentang psikologi manusia, kita bisa menyadari bahwa ghosting bukanlah sekadar perilaku yang sepele. Ia merupakan refleksi dari ketidakmampuan untuk menghadapi konflik emosional yang lebih dalam. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk berkomunikasi lebih terbuka dalam hubungan, agar tidak hanya menjaga kesehatan emosional kita sendiri, tetapi juga menjaga hubungan yang lebih sehat dan penuh pengertian, serta tidak merugikan sebelah pihak.

Referensi

Bente, G., & Althoff, J. (2018). The psychology of online dating: Exploring attachment patterns and relationship outcomes. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 21(10), 617-623. https://doi.org/10.1089/cyber.2018.0323

Campbell, L., & Kiecolt-Glaser, J. (2021). The impact of ghosting on mental health: A psychological perspective. Journal of Social and Clinical Psychology, 40(4), 321-335. https://doi.org/10.1521/jscp.2021.40.4.321

Freud, S. (1917). Introductory lectures on psychoanalysis. Standard Edition (Vol. 15). Hogarth Press.

Martin, J., & McElroy, M. (2020). Avoiding the difficult conversation: Ghosting as a coping mechanism. Journal of Social Psychology, 28(2), 134-145. https://doi.org/10.1080/00224545.2020.1723545

Pew Research Center. (2019). The state of online dating. Pew Research Center. https://www.pewresearch.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun