Mohon tunggu...
Aghna Syifa
Aghna Syifa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

olahraga dan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rencana Terbaik

28 September 2022   21:31 Diperbarui: 28 September 2022   21:33 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

       Hampir 3 tahun aku lulus dari sekolah menengah pertama. Tempat dimana aku dikenalkan dengan beragam pelajaran hidup dan juga masalah. Pada saat sekolah menengah pertama, aku mendapatkan teman-teman yang seru sekali terutama saat aku duduk di kelas 9, mereka adalah Imel, Key, Awa, Saniyyah dan Naswa (sebenernya masih banyak sih, tapi cerita ini akan fokus kepada aku dan ke 5 temanku ini). Aku senang sekali bisa berkenalan dengan mereka, karena mereka memiliki pemikiran juga humor yang setingkat denganku. Dan sepertinya aku tidak akan menemukan yang seperti mereka lagi.

       Memasuki masa kelas 9, aku awali dengan berlatih angklung untuk tampil di demo ekskul. Setelah berlatih selama kurang lebih 2 minggu, waktu untuk demo ekskul pun tiba. Alhamdulillah. Semua berjalan dengan lancar dan tidak sedikit adik kelas yang tertarik untuk masuk ke ekskul angklung. Dari ke 5 teman yang aku sebutkan tadi, 3 diantaranya ikut ekskul angklung juga yaitu Imel, Awa dan Saniyyah. Kenapa harus ekskul angklung? karena aku menganggap bahwa seni musik bisa membawa kesenangan juga ketenangan dan hal itu adalah fakta. Seni musik juga bisa membantu mengasah ingatan karena kita harus menghafal not dan mengingat ketukan yang pas.

       Waktu berjalan cepat. tibalah aku di hampir penghujung semester 1. Beberapa guru sudah mulai membahas tentang "ujian praktik" salah satunya adalah guru seni budaya. Ia mulai memberikan not alat musik recorder, karena ujian praktiknya adalah bermain alat musik berkelompok. 

       "Pagi anak-anak", ucap Pak Beni.

       "Pagi pakkk!!!", anak-anak membalas dengan penuh semangat.

       "Tak terasa semester ini sudah mau selesai, maka dari itu bapa ingin mulai memberikan materi untuk uprak. Selain itu, kalian harus membentuk kelompok yang isinya 12 orang dan harus terdiri dari laki-laki dan perempuan. Bisa?" jelas pak Beni.

        "Baik pa, jelas" jawab anak-anak.

       Seketika seisi kelas menjadi sedikit gaduh karena saling mencari teman untuk berkelompok. Yash, seperti biasa aku satu kelompok dengan Imel, Key, Awa, Saniyyah dan Naswa juga ditambah dengan beberapa teman lainnya. Pembentukan kelompok usai setelah kurang lebih 20 menit dan data anggota kelompok diberikan kepada pak Beni.

       "Baik anak-anak karena kalian sudah membentuk kelompok, sekarang kalian diskusikan lagu apa yang akan kalian bawakan pada saat ujian praktik nanti". ucap Pak Beni dengan lantang.

       "Untuk ketentuannya seperti apa pak? apakah boleh lagu dangdut? hahahaha", tanya Saniyyah kepada Pak Beni

       "Untuk tahun ini, tidak boleh menggunakan lagu dangdut. Kalian boleh pilih 1 lagu pop Indonesia dan beberapa lagu daerah. Durasi maksimalnya adalah 5 menit. mengerti?" jelas Pak Beni 

       "Baik mengerti pak", jawab semua murid dengan serentak.

       Memasuki semester 2, kita mulai sering bekerja kelompok. Mulai dari mencari not lagu pop sampai memedleykan lagu daerah supaya jadi kesatuan yang bagus. Setelah sepakat mengenai lagu yang akan dibawakan, kita berdiskusi tentang pembagian alat musik. Aku, Imel, Saniyyah dan Naswa kebagian bermain recorder, Awa bermain pianika, Key menjadi dirigen dan sisanya ada yang bermain gitar, cajon, vokal dan beberapa recorder juga pianika. Setelah itu, kita juga membahas tentang kostum yang akan dipakai ketika tampil nanti karena untuk ujian praktik seni budaya, akan dipertontonkan kepada semua siswa alias seperti sedang konser. Akhirnya kita sepakat yang laki-laki menggunakan kemeja lengan panjang dan celana bahan, sedangkan perempuan menggunakan kebaya dengan tema warna coklat susu. Kita juga berdiskusi mengenai kapan kita akan membeli kostum tersebut. Dan kita sepakat untuk membeli kostum di H-1 minggu.

       Hari itu pun tiba. Bel pulang sekolah berbunyi menusuk telinga, para putri bersiap untuk pergi ke Pasar Baru Bandung untuk membeli kebaya. Kami berencana untuk naik kereta api karena ongkosnya akan lebih murah dibandingkan dengan naik kendaraan lain. Namun, kami tertinggal. Kami memutuskan untuk naik "grab car" yang harganya lumayan mahal, tapi ya bagaimana lagi? kami harus tetap berangkat kesana. Selain kami berenam, ibu dari Awa, Key dan Naswa pun ikut dalam misi membeli baju kebaya ini dengan tujuan agar bisa menawar (hihihi).

       Akhirnya kami beres membeli baju kebaya. Tiba-tiba terdengar suara cacing yang sangat ricuh. Ternyata suara itu berasal dari perut kami. Bergegaslah kami pergi ke tempat makan untuk memberi makan cacing-cacing kami yang imut dan lucu ini. Kami beres makan sekitar pukul 18.30 dan langsung pergi ke Stasiun Bandung untuk pulang. Sepanjang perjalanan kami berbincang mengenai semua hal dan tak terasa kami sudah sampai di Stasiun Padalarang. Aku, Awa, Ibu Awa, Key, Ibu Key melanjutkan perjalanan dengan naik angkot jurusan Rajamandala, Saniyyah dengan naik angkot jurusan Cikalong Wetan dan Imel, Naswa juga Ibu Naswa naik angkot jurusan Cimahi.

       Senin tanggal 16 Maret 2020, Kami berangkat sekolah dan seperti biasa, hari senin adalah waktunya upacara bendera. Setelah upacara selesai, Wakasek kesiswaan memberikan pengumuman yang "menyenangkan".

       "Assalamualaikum wr wb". buka Wakasek.

       "Waalaikumussalam wr wb". jawab semua murid.

       "Kali ini bapa akan menyampaikan pengumuman yang bisa membuat kalian senang. Selama 2 minggu kedepan, kalian akan belajar di rumah masing-masing atau daring untuk mengurangi penyebaran COVID-19". jelas Wakasek.

(Suasana menjadi seperti pasar dan terlihat bahwa hampir semua siswa senang dengan kabar tersebut).

       "Baik mungkin cukup sekian dan selamat belajar dari rumah, tetap semangat!" ucap Wakasek dengan bahagia.

       Namun hal ini membuat siswa kelas 9 kecewa dan sedih, karena seharusnya uprak dilaksanakan di minggu tersebut. Mereka sudah membayangkan serunya uprak pelajaran seni budaya, namun hal itu harus tertunda. Dua minggu berjalan dan sekolah memberikan pengumuman bahwa libur diperpanjang kembali.

       Akhirnya kami menjalani daring terus menerus hingga kelulusan, semua ini karena kasus COVID-19 yang terus meningkat. Bahkan sampai kami masuk SMA pun sekolah masih belajar daring. Seiring berjalannya waktu, kami banyak yang mulai nyaman dengan daring. Karena jika tidak ikut pembelajaran namun kami absen akan tetap dianggap hadir. Namun karena daring itu, jadi banyak siswa yang malas dan sering menunda-nunda tugas.

       Setelah direnungkan, rencana Allah ini adalah yang terbaik. Kelompok uprak Seni Budaya kami belum terlalu lancar dalam menampilkannya, masih sering lupa not dan ketukan. Maka dari itu, Aku sangat bersyukur karena Allah sudah menyiapkan rencana ini. Janganlah kita menganggap buruk sebuah rencana/takdir karena bisa jadi itu adalah jalan yang terbaik untukmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun