Mohon tunggu...
Aghistna Muhammad
Aghistna Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jamaah jum'at yang berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membaca Sikap Politik Petinggi Sarekat Islam dalam Buku "Pers dan Pergerakan: Membaca Sikap Politik Surat Kabar Fadjar Asia 1927-1930"

26 Oktober 2023   20:17 Diperbarui: 26 Oktober 2023   20:21 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Buku ini menjelaskan secara fair tentang sikap-sikap politik Fadjar Asia. Penulisnya merupakan salah satu dosen di UIN K.H. Abdurrahman Wahid yang sudah banyak menulis jurnal-jurnal ilmiah terkait sejarah, pendidikan, serta topik-topik lain, termasuk topik yang dibahas dalam buku ini juga pernah ia tulis dalam bentuk jurnal ilmiah. Jadi bisa dipastikan isi dari topik pembahasan buku ini sudah cukup matang untuk disajikan kepada pembaca.

Sinopsis

Buku ini memiliki empat bab dalam sistematika penulisannya, diantaranya: bab I berisi pendahuluan, bab II berisi tentang sejarah pergerakan dan pers nasional, serta sejarah berdiri dan berkembangnya surat kabar Fadjar Asia, bab III berisi tentang sikap politik surat kabar Fadjar Asia sebagai pers pergerakan yang berhaluan Islam, dan bab IV berisi kesimpulan.

Keempat bab dalam buku ini cukup menjelaskan dengan gamblang mengenai topik yang penulisnya pilih. Pembahasannya dimulai dari sejarah pergerakan nasional di Indonesia, pergerakan nasional bisa diartikan sebagai gerakan konkret kebangkitan masyarakat terjajah melawan penjajahan dalam bentuk perjuangan yang berbeda dengan perjuangan-perjuangan sebelumnya.

Arditya Prayogi mengutip dari buku "Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia" bahwa kemunculan pergerakan nasional ini dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Diberlakukannya kebijakan Politik Etis atau politik balas budi yang dikenalkan oleh Van Deventer membawa perubahan besar bagi bangsa Indonesia. Salah satu dampak diberlakukannya Politik Etis ini banyak muncul tokoh terpelajar yang sebagian dari mereka membentuk pergerakan-pergerakan nasional, hal ini menjadi faktor internal munculnya pergerakan nasional. Dan kemenangan bangsa Jepang terhadap Rusia, perjuangan revolusi di Tiongkok yang dipimpin oleh kaum terpelajar, serta pergerakan Mahatma Gandhi di India menjadi sebagian dari faktor eksternal. Dari kaum-kaum terpelajar ini pulalah yang kelak banyak mendirikan media-media massa milik pribumi.

Salah satu dari media-media massa tersebut adalah Fadjar Asia yang terbit pada tahun 1927 -- 1930. Fadjar Asia dianggap sebagai penerus Bandera Islam (1924 -- 1927), karena ia didirikan dan dikelola oleh petinggi-petinggi SI (Sarekat Islam), yaitu Tjokroaminoto sebagai pimpinan redaksi, Agus Salim sebagai redaktur dan dibantu oleh tiga orang staf redaksi, yakni Sj. Latif, DR. Soekiman, dan Wondosoewirjo.

Walaupun dianggap sebagai penerus Bandera Islam, namun pers ini mengklaim bahwa dirinya bukan alat perjuangan Partai Sarekat Islam (Media ini berdiri saat periode Sarekat Islam berubah menjadi Partai Sarekat Islam), Fadjar Asia menganggap bahwa dirinya adalah media umum berhaluan Islam yang bertujuan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Meski bukan bagian dari PSI, namun Fadjar Asia banyak memuat pandangan-pandangan politik dan keislaman para pemimpin Sarekat Islam, khususnya Tjokroaminoto dan Agus Salim.

Fadjar Asia membuktikan bahwa dirinya bukan merupakan alat perjuangan PSI, pada tahun 1928 ditemukan banyak reportase kegiatan organisasi pergerakan lain yang masuk ke Fadjar Asia, reportase-reportase tersebut kebanyakan termuat dalam rubrik Tanah Air.

Sebagai media pergerakan nasional, Fadjar Asia sering menanggapi peristiwa- peristiwa yang terjadi di Indonesia pada waktu terbitnya dalam berbagi tulisan dan reportasenya. Diantara sikap politik Fadjar Asia yang dikaji dalam buku ini adalah, sikap politik Fadjar Asia tentang ideologi pergerakan, dalam berbagai terbitannya yang ditulis Agus Salim, Fadjar Asia menghendaki agar nilai-nilai keislaman dijadikan sebagai dasar ideologi pergerakan dalam mencapai kemerdakaan bangsa Indonesia. Agus Salim menuliskan bahwa Islam juga mengajarkan cinta tanah air yang disandarkan pada Al- Qur'an bukan pada keduniawian, karena menurutnya jika cinta tanah air disandarkan pada keduniawian akan menggelapkan mata yang bisa berdampak pada keinginan menjajah bangsa lain

Fadjar Asia berpendapat bahwa Islam dapat mempersatukan bangsa Indonesia, tidak ada pertentangan antara jiwa nasionalis, dan patriotis dengan Islam seperti yang diungkapkan tokoh-tokoh pergerakan lain, karena menurut Tjokroaminoto, Nabi Muhammad SAW adalah seorang nasionalis dan patriotis sejati. Namun yang digarisbawahi oleh Tjokroaminoto adalah jiwa nasionalis dan patriotis tidak boleh menjadi penyebab kebencian terhadap bangsa lain.

Kemudian sikap politik Fadjar Asia lain yang dibahas dalam buku ini adalah isu pemberontakan komunis, isu penangkapan tokoh perhimpunan Indonesia, isu penangkapan tokoh Partai Nasional Indonesia, sumpah pemuda 1928, kongres perempuan, dan penderitaan rakyat yang tidak mendapat keadilan dari pemerintah Hindia Belanda, yang disikapi oleh Fadjar Asia melalui para pengurusnya utamanya Tjokroaminoto dan Agus Salim dengan menggunakan kacamata Islam yang dipahami tokoh-tokoh tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun