Sikap Tawashut Memperkuat Mental
Sikap tawashut (tengah-tengah) disini akan saya ambil dari filsafat Al-Farabi, ia merupakan filsuf muslim yang dijuluki sebagai "guru kedua" karena keahliannya dalam memahami pemikiran-pemikiran Aristoteles sebagai guru pertama dalam filsafat.
Al-Farabi dalam kitabnya yang berjudul "al-Tanbih ala Sabil al-Sa'adah", menjelaskan bahwa keadaan yang menghasilkan kesempurnaan manusia dalam akhlaknya, sama halnya dengan keadaan yang menghasilkan kesempurnaan manusia dalam badannya.
Kesempurnaan manusia dalam badannya adalah kesehatan. Saat kita sehat, kita harus menjaganya. Begitupula sebaliknya, saat kita sakit, kita perlu berusaha sembuh dan memperoleh kesehatan.
Kesehatan fisik maupun mental bisa kita raih jika bersikap tawashut, tawashut artinya bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan.
Seperti contoh dalam hal makanan, mempunyai sikap tawashut (tidak terlalu kenyang dan tidak terlalu lapar) akan berdampak lebih baik daripada berlebihan atau kekurangan makan.
Selain itu, anda pastinya tidak asing dengan ungkapan "kamu adalah apa yang kamu makan/konsumsi".
Ya, ungkapan tersebut saya kira sangat tepat untuk direfleksikan. Mengkonsumsi makanan yang beracun pastinya dapat membahayakan tubuh kita, mungkin mengkonsumsi postingan-postingan tentang psikologi dari sumber yang salah (dibaca: ngawur), bisa kita analogikan seperti makanan beracun, ia justru bisa menjadi bom waktu bagi kesehatan mental kita. Perilaku sadfishing dan postingan-postingan ngawur tentang psikologi juga bisa dikatakan terlalu berlebihan, tidak tawashut. Karena keberanian yang berlebihan juga bisa menghasilkan sikap menyepelekan. Jika kita bersikap tawashut, seharusnya kita lebih bisa cermat memilih konten-konten psikologi dari sumber-sumber terpercaya.
Contoh lain mengenai tawashut, dalam bab akhlak keberanian adalah akhlak yang baik, yang dihasilkan dari sikap tawashut antara menghadapi dan menghindari sesuatu yang mengkhawatirkan. Terlalu berlebihan menghadapi sesuatu yang mengkhawatirkan akan menghasilkan kesembronoan, terlalu takut menghadapinya akan menghasilkan sikap pengecut. Dalam menghadapi mental health issue ini, keberanian yang dihasilkan dari sikap tawashut sangat perlu diadopsi, dengan begitu kita tidak hanya menjaga kesehatan mental saja, namun juga berupaya memperkuat mental kita dengan berbagai cara, salah satunya dengan berupaya memahami konsep-konsep psikologi dari sumber-sumber yang terpercaya.
Nah, menurut Al-Farabi, pada akhirnya memiliki sikap tawashut akan menghasilkan akhlak yang baik, dan akhlak yang baik akan membawa manusia pada kebahagiaan yang sejati.
Begitupula sebaliknya, sikap berlebihan maupun kekurangan akan menghasilkan akhlak yang buruk, akhlak yang buruk ini yang seringnya menjadi penyebab gangguan mental, ya sebut saja seperti iri, dengki, hasud, sombong dan kawan-kawannya yang lain.