Mohon tunggu...
Agus Hendri
Agus Hendri Mohon Tunggu... Lainnya - Skill in the muisc, planting, class and beyond

Menyatukan kekuatan budaya daratan/pedalaman & lautan/pesisir, mjdi sebuah kekuatan yg mendasar utk semua kalangan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ekspektasi Dibalik Tekanan Ekonomi

24 Februari 2018   23:37 Diperbarui: 25 Februari 2018   10:49 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dewasa ini di masyarakat, terjadi peningkatan ekspektasi orang tua terhadap sekolah dan pendidikan secara umum. Dibalik tekanan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak, kesibukan pekerjaan dari masing-masing pihak, seakan menjadi penghambat bertemunya orang tua dan guru.

Apapun kendala dan alasannya, komunikasi orang tua dan guru tetap harus dilakukan, dengan berbagai koneksi. Sungkan 'call by phone' dan SMS, bisa dilakukan via email. Masih juga terkendala, bisa melalui aplikasi chat seperti BBM, telegram atau whatsapp. 

Pilihlah mana yang nyaman bagi orang tua, senang bagi guru menerima dan merespon, itulah sejatinya komunikasi yang efektif. Komunikasi saling menghormati dan berterima antara orang tua dan guru-guru anaknya.

Dalam  perubahan zaman yang begitu cepat,  Kemitraan efektif antara guru dan orang tua dewasa ini mulai berada di batas kebimbangan. Urgen, namun seperti ada sekat pemisah. Para orang tua seakan menyerahkan anaknya bulat-bulat, habis itu tak peduli, setelah anaknya menamatkan habislah rasa terima kasih pada dunia pendidikan.

Padahal, komunikasi yang berkelanjutan penting untuk memenuhi kebutuhan dalam belajar, serta menyiapkan mereka belajar lebih giat untuk jenjang berikutnya. Sukses menjalin hubungan saling berterima, saling melayani, saling memberi, dan saling menghargai adalah modal  dibalik layar yang kuat untuk keberhasilan anak. 

Bila hubungan kuat itu terbangun, akan terbangun pula semangat pantang menyerah antara kedua pihak. Orang tua semangat, guru pun demikian, guru yang penuh semangat akan menularkannya pada anak didik. Inilah yang mesti orang tua sadari. Yang akan diuntungkan dari hubungan baik orang tua dan guru tiada siapa-siapa, ujung-ujung pasti para anak-anaknya. 

Kendalanya sekarang adalah bagaimana menumbuhkan hubungan orang tua dan guru. Standar pelayanan minimal (SPM) pendidikan telah menggarisbawahi bahwa hubungan baik antara wali murid adalah bagian vital bagi kemajuan sekolah.

Sayangnya, sudahlah para orang tua banyak tidak mengerti, diperparah pula banyak guru yang tidak terlatih secara khusus dalam keterampilan berkomunikasi secara efektif dengan para orang tua. Hal inilah yang kita coba perdalam dalam tulisan ini.  

Kerentanan tanpa koneksi

Banyak orang tua yang tidak menganggap penting adanya komunikasi yang baik dengan guru anaknya. Kecuekan orang tua sedikit banyak akan berpengaruh pada pelayanan sekolah atau guru pada anaknya. Bisa karena masalah 'hati', masalah tidak merasa akrab, sampai ke masalah tidak tahunya kepada siapa komunikasi yang harus dilakukan guru bila terjadi kejadian dan keperluan yang harus dibutuhkan guru dan sekolah. 

Hal ini terjadi terutama pada orang tua yang memang sengaja membatasi diri bahkan ada yang seolah menghilang sehingga menjadi sulit dihubungi. 

Fenomena masalah ini terutama muncul di perkotaan. Yang mana pergerakan orang tua dan anaknya di masyarakat bergantung pada kehidupan pekerjaan dan ekonomi mereka, ituh ciri masyarakat urban. Sedangkan sekolah terus tumbuh dengan berbagai kegiatan prestasi dan konseling. 

Sekolah yang punya daya tampung melebihi kapasitas begitu rentan dengan banyak kejadian dan miskomunikasi antara orang tua dan sekolah. Sering terjadi anak melaporkan kejadian dan informasi secara tak berimbang kepada orang tuanya. Atau bisa saja orang tua salah menduga dari setiap aktifitas di sekolah dan kelas. Koneksi yang efektif akan mengurangi miskomunikasi seperti itu. 

Semua kejadian baik dalam hal prestasi dan konseling kadang perlu dikomunikasikan dengan orang tua. Pernah ada orang tua dan siswa sulit dihubungi karena sekolah kehilangan kontak sehingga ketika pengambilan ijazah anak tidak datang. Hanya menunggu kesadaran mereka. Sehingga ada orang tua yang baru mengambil ijazah anaknya ke sekolah setelah 2 tahun tanpa kabar. 

Itulah beberapa hal yang mendasar pentingnya praktik komunikasi yang berterima antara orang tua dan sekolah. Saling terlibat dan seolah satua kesatuan pasangan yang tak bisa terpisahkan.  Sebagaimana halnya download dan upload, saling memberi dan menerima, tak ada yang satu, tak ada keduanya. 

Sosialisasi komunikasi efektif pada wali murid

Pekerjaan rumah sekarang, yaitu sekolah dan guru perlu mencari cara bagaimana mempromosikan dan mengembangkan keterampilan komunikasi bagi para orang tua. Begitu juga pimpinan sekolah terhadap guru-gurunya. Komunikasi itu, misalnya, dapat dimulai dengan ucapan 'selamat datang' saat orang tua pertama kali masuk ke gedung sekolah. Biasanya dipampangkan di pintu masuk gedung sekolah, Baik berupa tulisan biasa, timbul atau berbentuk layar ledbergerak. Hal ini bermaksud untuk mengundang persahabatan pertama sekolah dengan wali murid sebagai pihak masyarakat. 

Komunikasi berikutnya adalah berupa senyuman,  sapa, dan salam, gerakan 3S oleh warga sekolah bagi orang tua atau tamu lainnya yang datang ke sekolah. Baik oleh guru, maupun staff sekolah. 

Kesan persahabatan berikutnya adalah dapat berupa kebersihan sekolah yang terjaga. Ada pula tempat ibarat galeri, memamerkan karya-karya siswa, dan berbagai macam bentuk prestasi siswa, yang bisa dilihat orang tua ketika berkunjung ke sekolah. 

Sehingga tidak hanya manusianya yang ada di sekolah yang ramah; taman, setiap lorong, toilet, dan sudut lainnya yang ada sekolah juga menunjukan keramahannya. 

Membangun komunikasi satu arah dan dua arah

Komunikasi yang teruji dan efektif berikutnya adalah dengan melibatkan pertukaran informasi satu arah atau dua arah (menurut Berger, 1991). 

Komunikasi satu arah terjadi saat para guru berusaha memberi tahu orang tua tentang kejadian, aktivitas, atau kemajuan siswa melalui berbagai sumber, seperti sebuah surat pengantar di awal tahun ajaran baru, buletin sekolah, rapor, buku penghubung, pengumuman audio melalui aplikasi, pesan berantai melaui aplikasi whatsapp bussines, situs web sekolah, atau via kelas belajar onlinesiswa di google classroom. 

Komunikasi dua arah melibatkan dialog interaktif antara guru dan orang tua. Percakapan dapat terjadi melalui panggilan telepon, kunjungan rumah, konferensi atau pertemuan resmi orang tua dan guru. Atau ketika hari-hari besar seperti hari raya atau lebaran guru membuka 'open house' bagi murid dan orang tua murid. 

Guru harus secara proaktif menggabungkan kedua strategi tersebut dengan memaksimalkan berbagai sumber daya yang ada, baik secara konvensional maupun secara daring melaui aplikasi dan web internet. Masing-masing pihak boleh memiliki cara yang disukainya. 

Beragam model koneksi lainnya

Komunikasi tertulis mungkin cara yang paling efisien dan efektif. Komunikasi ini bersifat permanen dan umum. Misalnya pengumuman tertulis pembagian rapor sekaligus pemberian info waktu libur dan kapan sekolah aktif kembali. Dengan konten berupa surat, informasi pada orang tua sampai dengan akurat. 

Sedangkan komunikasi konsisten, penerapannya memerlukan waktu, tenaga, dan beberapa strategi spesifik dan sumber daya sekolah yang mumpuni mampu menulis. Misalnya dengan merilis buletin kelas dan buletin sekolah. Syarat membangun komunikasi ini adalah harus mampu menyesuaian bahasa orang dewasa dengan bahasa anak-anak yang mudah mereka pahami. 

Selanjutnya sekolah juga perlu mengembangkan brosur deskriptif tentang sekolah untuk memberikan gambaran keadaan sekolah serta bantuan informasi untuk keluarga dan murid yang baru saja pindah ke komunitas sekolah.

Buku catatan harian kelas, jurnal guru, atau buku penghubung juga dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi terutama buat anak-anak berkebutuhan khusus atau anak yang bermasalah saat di sekolah. 

Agar komunikasi makin efektif, kelas dan sekolah harus menentukan dan menetapkan informasi apa saja yang layak dikosumsi oleh orang tua dan masyarakat. Tentu tidak semua informasi yang wajib dibagikan. Informasi juga harus tepat sasaran buat siapa dan berapa lama pemberian informasinya. 

Sekolah dan semua guru juga harus peka dari setiap informasi yang akan diberikan apakah akan membuat gejolak atau tidak. Jargon-jargon dan bahasa tulis yang bisa diterima orang banyak menurut kebiasaan setempat juga harus menjadi perhatian. Dalam hal ini misalnya, penggunaan ungkapan; yang terhormat, salam, hormat kami, pemuka masyarakat, cerdik pandai dan berbagai sebutan lainnya.

Perlu dipertimbangkan juga bahwa pertemuan tatap muka (konferensi) jauh lebih baik dan biasanya lebih bisa diterima daripada pemberitahuan tertulis atau telpon, misalnya pertemuan untuk membahas acara perpisahan siswa.  Pertukaran informasi perlu disesuaikan dengan masalah dan konteks yang hendak disosialisasikan.

Komunikasi terbesar adalah pembagian rapor. Ini modus tradisional dan konvesional yang berlaku sejak kita dahulu masih sekolah. Ini termasuk penyampaikan tertulis permanen. Informasi evaluatif mengenai kemajuan siswa. Selain nilai anak yang merupakan laporan utama. Di rapor juga ada informasi perkembangan fisik siswa, kehadiran siswa, penilaian sikap dan sosial anak. Serta saran dan harapan untuk anak dan diketahui orang tua.

Guru kelas juga harus memberi kesempatan pada orang tua untuk bisa dihubungi secara fleksibel, misalnya bagi siswa yang tidak bisa hadir ke sekolah, misalnya boleh melalui aplikasi WA. Guru yang kreatif dan bijaksana, misalnya, dapat menciptakan nasehat-nasehat membangun yang rutin dikirim untuk memtivasi siswanya sehari-hari di grup whatsapp. Dapat pula berupa pesan suara satu menit untuk orang tua dan siswa.  

Aronson (1995) lebih jauh mengemukakan bahwa sekolah bisa membuat video berdurasi singkat 10 menit untuk menyambut murid pindahan dan orang tuanya. Di video berikan kata pengantar dari beberapa fihak yang berkompeten, seolah tur keliling sekolah, cukup lewat video. Hal ini akan memancing keterlibatan orang tua untuk masuk lebih dalam untuk peduli pada sekolah. Penggunaan teknologi video juga terbukti efektif sebagai komunikasi alat untuk orang tua siswa yang mengalami cacat berat dan sakit ketika di sekolah dengan menunjukan video perawatan di UKS sekolah. Pekan imunisasi sekolah, kunjungan dokter gigi, kunjungan direktorat lalu lintas, dan sebagainya.

Sekolah dapat juga membuat kegiatan menjadi tuan rumah atau memfasilitasi lokakarya bagi orang tua dalam beragam topik, mulai dari hal perkembangan anak, manajemen stres serta sampai cara mendidik anak yang baik di rumah. 

Kolaborasi dan koneksi yang baik antara orang tua murid dengan guru adalah kekuatan bagi kemajuan sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun