Komunikasi satu arah terjadi saat para guru berusaha memberi tahu orang tua tentang kejadian, aktivitas, atau kemajuan siswa melalui berbagai sumber, seperti sebuah surat pengantar di awal tahun ajaran baru, buletin sekolah, rapor, buku penghubung, pengumuman audio melalui aplikasi, pesan berantai melaui aplikasi whatsapp bussines, situs web sekolah, atau via kelas belajar onlinesiswa di google classroom.Â
Komunikasi dua arah melibatkan dialog interaktif antara guru dan orang tua. Percakapan dapat terjadi melalui panggilan telepon, kunjungan rumah, konferensi atau pertemuan resmi orang tua dan guru. Atau ketika hari-hari besar seperti hari raya atau lebaran guru membuka 'open house' bagi murid dan orang tua murid.Â
Guru harus secara proaktif menggabungkan kedua strategi tersebut dengan memaksimalkan berbagai sumber daya yang ada, baik secara konvensional maupun secara daring melaui aplikasi dan web internet. Masing-masing pihak boleh memiliki cara yang disukainya.Â
Beragam model koneksi lainnya
Komunikasi tertulis mungkin cara yang paling efisien dan efektif. Komunikasi ini bersifat permanen dan umum. Misalnya pengumuman tertulis pembagian rapor sekaligus pemberian info waktu libur dan kapan sekolah aktif kembali. Dengan konten berupa surat, informasi pada orang tua sampai dengan akurat.Â
Sedangkan komunikasi konsisten, penerapannya memerlukan waktu, tenaga, dan beberapa strategi spesifik dan sumber daya sekolah yang mumpuni mampu menulis. Misalnya dengan merilis buletin kelas dan buletin sekolah. Syarat membangun komunikasi ini adalah harus mampu menyesuaian bahasa orang dewasa dengan bahasa anak-anak yang mudah mereka pahami.Â
Selanjutnya sekolah juga perlu mengembangkan brosur deskriptif tentang sekolah untuk memberikan gambaran keadaan sekolah serta bantuan informasi untuk keluarga dan murid yang baru saja pindah ke komunitas sekolah.
Buku catatan harian kelas, jurnal guru, atau buku penghubung juga dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi terutama buat anak-anak berkebutuhan khusus atau anak yang bermasalah saat di sekolah.Â
Agar komunikasi makin efektif, kelas dan sekolah harus menentukan dan menetapkan informasi apa saja yang layak dikosumsi oleh orang tua dan masyarakat. Tentu tidak semua informasi yang wajib dibagikan. Informasi juga harus tepat sasaran buat siapa dan berapa lama pemberian informasinya.Â
Sekolah dan semua guru juga harus peka dari setiap informasi yang akan diberikan apakah akan membuat gejolak atau tidak. Jargon-jargon dan bahasa tulis yang bisa diterima orang banyak menurut kebiasaan setempat juga harus menjadi perhatian. Dalam hal ini misalnya, penggunaan ungkapan; yang terhormat, salam, hormat kami, pemuka masyarakat, cerdik pandai dan berbagai sebutan lainnya.
Perlu dipertimbangkan juga bahwa pertemuan tatap muka (konferensi) jauh lebih baik dan biasanya lebih bisa diterima daripada pemberitahuan tertulis atau telpon, misalnya pertemuan untuk membahas acara perpisahan siswa. Â Pertukaran informasi perlu disesuaikan dengan masalah dan konteks yang hendak disosialisasikan.